39. Malarindu

1466 Words

“Hati-hati, jangan macam-macam di Jakarta. Aku ngawasin kamu dari sini.” Ucapan Mas Dilan semalam masih saja terngiang di telingaku. Belum juga dua puluh empat jam, tapi aku sudah rindu. Oh ya ampun, sepertinya sebentar lagi aku masuk klub cewek-cewek bucin! Aku tidak tahu sejak kapan tepatnya aku jadi seperti ini. Apa baru kemarin-kemarin, atau sebenarnya malah dari awal kami menikah? Aku benar-benar tidak sadar karena tahu-tahu aku merasa nyaman tiap berada di dekat Mas Dilan. “Udah ada titik terang atau belum, Mbak?” Aziz membuyarkan lamunanku. Aku sedikit tergagap, karena memang tidak biasanya aku melamun ketika mengobrol dengan seseorang. “Maaf, Ziz. Maaf...” “Enggak papa, Mbak. Jadi?” “Kamu tanya titik terang, ya? Udah, orang suruhan Papi udah nemuin ATM punya Ririn sempat

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD