“Lepaskan,” ucap Luka setelah beberapa saat ia ada di pelukan Jovanka. Ia merasa aneh dengan situasi ini. Seharusnya ia marah karena ada seseorang yang berani menyentuhnya. Namun, ini Jovanka! “Oh, maaf! Maafkan saya, Tuan,” ujar Jovanka seraya melepaskan tubuh Luka dan mundur beberapa langkah. "Saya ... saya hanya tidak ingin Anda melukai Nona Bella." Luka mendesahkan napas panjang. Rasanya ia masih ingin berada di pelukan hangat Jovanka. Baru kali ini, ia merasakan seseorang menempel di tubuhnya dengan spontan, tetapi begitu lembut dan hangat. Ia bukannya pria tidak normal yang tak punya khayalan atau mimpi bersetubuh dengan wanita, tetapi ia hanya tidak pernah menginginkan untuk melakukannya dengan siapa pun. Dan baru saja, secara mendadak Jovanka ada lekat di tubuhnya. Ia merasa ane