Prolog
“Saya mohon hentikan, Tuan. Ini semua tidak benar,” desis Aruna ketakutan dan tentunya napas tersengal.
“Lantas yang benar bagaimana?” bingung Batara di tengah hasratnya yang menggebu.
“Bagaimana kalau Nyonya Hafsah atau orang lain tahu perbuatan kita?” bantah Aruna.
“Tidak akan ada yang tahu kalau kamu tutup mulut atas semua yang terjadi di antara kita. Saya juga akan merahasiakan semua yang pernah kita lakukan dari siapapun. Tidak ada yang perlu dicemaskan lagi. Kamu hanya perlu tenang dan menyerahkan kendali pada saya.”
“Tuan yakin?” tanya Aruna dengan polosnya.
Batara mengangguk dengan sorot mata penuh keyakinan. “Tidak ada yang perlu diragukan,” katanya mantap.
Batara tak berhenti. Ia masih terus menghujam, pinggulnya bergerak menginginkan Aruna. Ia tidak bisa merasa puas dengan gadis itu. Ketika hasrat Batara mulai mereda ia memelankan gerakan di pinggulnya hingga berhenti sama sekali. Hingga kemudian ambruk di atas tubuh Aruna sambil memeluk gadis itu.
~
Batara tersenyum melihat punggung terbuka Aruna karena tidak tertutup oleh selimut. Namun senyum itu sirna ketika Batara melihat ada noda merah di atas ranjangnya.
“Darah apa itu?” tanya Batara pada dirinya sendiri. Wajahnya tampak kebingungan sendiri saat berjalan ke arah ranjang.
Batara duduk di pinggiran ranjang sembari mengangkat selimut yang berada dekat noda darah. Perbuatannya itu membuat Aruna berbalik badan dan terkejut saat mereka beradu tatap.
“Apa ini pertama kalinya untukmu?” tanya Batara.
Aruna mengangguk cepat. “Iya, saya tidak pernah melakukannya dengan siapapun," jelas Aruna takut-takut.
“Kenapa kamu tidak bilang, Aruna?” Wajah Batara tiba-tiba mengetat seperti menahan sebuah emosi.
“Saya sudah mencoba mengatakannya tadi. Tapi Tuan Batara tidak menghiraukan.”
Aruna menangis tersedu sembari memeluk selimut. Ada penyesalan besar dalam dirinya yang membuatnya tak henti merutuki kebodohannya sendiri.
Aruna tidak menyangka kalau jalan hidup mengantarnya ke ranjang hangat milik ayah dari anak yang tanpa sengaja telah diselamatkan olehnya. Sekarang ia merasa seperti wanita yang tidak memiliki harga diri karena mau-mau saja digoda oleh majikannya yang memiliki anak bahkan akan menikah lagi untuk kedua kalinya.
Batara terkejut kalau perempuan yang baru saja ditidurinya masih perawan. Hal itu sangat bertentangan dengan prinsip hidupnya. Dia merasa harus bertanggung jawab karena telah merusak masa depan seorang gadis.
Namun apa yang bisa ia lakukan sementara dalam waktu beberapa minggu ke depan pernikahannya dengan Cantika akan berlangsung. Sial! Ini gara-gara dia sendiri yang tak bisa menahan hasratnya. Dia benar-benar telah tergoda penyelamat anaknya.
~~~
^vee^