Jadi Kang Ghosting

1064 Words
"Emm sudah dua hari ini kenapa dia tiba-tiba menghilang dari peradaban ya. Apakah sesibuk itu dia?" Batin Ayu yang kini tengah duduk di dalam tamannya. Sudah dua hari ini lelaki yang baru dikenalnya itu memang tidak pernah menghubunginya alias menghilang tiba-tiba. Kek nge gosthing gitu lah, jadi panik kan. Gadis cantik itu nampak tengah berpikir, masa ya sih dia yang harus menghubungi Imam duluan? Itu lah yang kini tengah ada di pikirannya. Di liriknya ponsel yang sedari tadi menemaninya duduk di gazebo bambu yang ada di taman itu. Sore ini ia memang tengah bersih-bersih taman sebelum besok pagi para pekerja akan datang untuk menjebol tembok yang ada di bagian belakang hamparan taman mawar miliknya agar tanah yang kini sudah resmi miliknya itu bisa tersambung. Ayu banyak menghabiskan waktunya di rumah dan sesekali mengunjungi butik milik mama nya itu karena jadwal kuliahnya sudah tidak ada. Ia hanya akan ke kampus sesuai jadwal kunjungan yang sudah di buatnya dengan para pembimbing KTI nya itu pun terkadang gadis cantik itu langsung datang ke rumah dosen untuk berkonsultasi. "Ah besok pagi aku coba ke kampus saja kali saja aku bertemu dengannya di sana. Kan adiknya masih ospek untuk sampai Minggu depan!" gumamnya berbicara sendiri. Seseorang pun terlihat memasuki taman itu, seorang pria muda dengan baju kaos putih dan celana jeans berwarna navy. Pria itu terus berjalan mendekati Ayu. "Dek mau ikut?" tanya si tampan itu ketika sudah berada tepat di hadapan adiknya. "Mau ke mana kak?" Ayu pun kembali bertanya. "Biasa kunjungan hotel di Kuta, dari pada kamu melamun sendiri di sini. Gak bosan apa di rumah terus!" celetuk Aichal pada adik semata wayangnya itu. Ayu nampak berpikir sejenak. "Oke dah aku ikut kak, tapi masa mau aku ganti baju dulu ya." Ucapnya yang menyetujui saran salah satu personil kakak kembarnya itu. "Sudah nggak perlu pakai acara ganti baju segala. Kita kan cuma mau kunjungan doang bukannya ke acara gala dinner." Tukas Aichal. "Ih lebay amat kakak mah. Ya sudah lah ayok kalau gitu." Ayu pun mulai mengikuti langkah sang kakak, ia memang hanya mengenakan baju kaos lengan panjang dan celana panjang berbahan katun dengan rambut yang tengah di kuncir. "Kita pakai mobil apa motor kak?" tanya Ayu pada sang kakak di saat mereka sudah sampai garasi. "Mobil lah dek, gila apa ke Kuta mau pakai motor bisa panas pinggang sama p****t dek." Jawab Aichal yang kini mengeluarkan kunci mobilnya dan membuka kunci pintu mobil tersebut. Ayu hanya membalas dengan senyum lebarnya yang menampakkan barisan gigi putihnya. Dua bersaudara itu pun memasuki mobil putih tersebut dan langsung memasang sabuk pengaman masing-masing. "Kak Agil masih belum pulang ya?" tanya Ayu lagi. "Belum dek masih sibuk ngurus lesehan dan restonya yang akan di tinggal Minggu depan." Jawab Aichal yang kini sudah tancap gas melajukan mobilnya. Raut wajah Ayu seketika berubah murung. "Emm berarti kak Agil jadi berangkat hari Minggu ini?" "Yups, dan kakak akan berangkat keesokan harinya." Aichal langsung memaksa kan senyum lebarnya. Tentu pria muda itu juga sedih akan meninggalkan orang tua dan saudarinya. Walaupun kepergian mereka hanya beberapa tahun saja tapi tetap saja baik dirinya maupun saudara kembarnya yang satu lagi akan sangat merindukan keluarga dan rumah mereka. Pasalnya Agil dan Aichal akan pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan S2 mereka. Agil akan ke Belanda sementara Aichal akan ke Paris. Jadilah sang adik sulungnya itu akan lebih banyak sendiri di rumah mengingat orang tua mereka juga bisa di bilang super sibuk. "Bakalan sepi dong nanti!" Lirih gadis itu yang kini tengah menundukkan kepalanya. "Ya kan sudah ada tu si Imam yang akan nemenin." Cetus Aichal mencoba menghibur. "Nemenin apaan, dua hari ini aja dia menghilang kak." Dengan cepat Ayu malah merespon pernyataan sang kakak. "Wah gercep ya jawabnya." Aichal terkekeh. Gercep itu maksudnya gerak cepat. "Ish kakak ini biasa aja kale." Tukas Ayu yang kini menoleh ke sisi kirinya menatap keluar kaca pintu mobil tersebut. Mereka sudah keluar dari perumahan. "Eh tapi kok dia bisa menghilang dek? Kayak hantu aja. Kamu kenal dia dari mana sih?" Aichal malah mulai kepo dengan pertanyaan beruntunnya. "Hehe kakak mulai kepo deh. Gak tau juga kak mungkin sibuk kali, ato lagi pergi ke luar kota kayak dulu pas kita ketemu di bandara. Manusia lah dia kak kan ada wujudnya. Gak sengaja ketemu di kampus kak waktu Konsul sepulang dari Bali. Dan dia ternyata temannya Abang Ucup. Ya sudah deh dia minta di kenalin ke adek, begityu." Tutur Ayu panjang lebar kali tinggi seraya menoleh ke arah sang kakak. "Abang Ucup pacarnya si cewek kacamata dan kawat gigi itu maksud mu?" Tanya Aichal memastikan. "Ih kakak mah sudah tau nama orang masih aja dikatain begitu." Ayu memasang wajah cemberutnya karena sang kakak tak pernah mau memanggil nama sahabatnya itu. "Lah ketimbang kakak bilang si Betty La Fea." Aichal malah menegaskan maksudnya. "Ya sama aja kak. Nggak usah pakai di tegaskan pula." Ayu pun kembali memalingkan wajah ke luar kaca mobil itu. "Hahaha." Aichal tertawa bahagia. "Betah juga mereka pacaran ya?" lanjutnya lagi yang kini malah berganti membahas pasangan yang merupakan sahabatnya adiknya itu. "Sudah lah kak adek gak mau ngegibahin mereka." Ucap Ayu yang menolak untuk membahas hubungan dua orang itu. Karena sejujurnya ia juga sudah teramat bosan dengan kelakuan pasangan itu. Sebentar sebentar mereka ribut dan akan bergantian mengadu padanya, eh selang sejam lagi pasti mereka baikan lagi. Dan hal itu yang buat Ayu malah jadi pusing. Mau gak di respon dua orang itu sahabat baiknya, kan ngeselin juga lama-lama. "Hahaha." Lagi-lagi Aichal menertawakan adiknya. "Terus si Imam itu kerja di mana? Atau dia masih kuliah sama kayak kamu dek?" "Entah lah kak adek gak tau. Belum pernah nanya. Hahaha." Ayu malah tertawa karena ia baru sadar kalau dirinya belum menanyakan hal seperti itu pada Imam. Nanyain dia dari mana aja belum, apalagi nanya tentang pekerjaan atau kegiatannya. Mendengar jawaban sang adik Aichal hanya bisa geleng-geleng kepala. "Terlalu mah kamu dek, cewek itu ya di mana-mana kalau kenalan sama cowok yang di liat pertama kali itu tampangnya, kendaraannya, pekerjaannya baru deh statusnya." Cibir Aichal yang tentunya apa yang dikatakan itu tak sepenuhnya serius. "Ajaran sesat kakak mah. Masa status di paling akhir, lah kalau dia ternyata suami orang bagaimana? Ngacok kakak mah." "Ya gak apa-apa yang penting kan dompetnya dek. TEBEL." Aichal tertawa senang karena bisa menggoda sang adik. "Nauzubillah, amit-amit dah jangan sampai ke jalur yang begitu." Ayu pun mulai mengetuk jidadnya sendiri sudah seperti gaya ketika mengetuk pintu rumah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD