" Kak Imam, kok bisa ada di sini?" tanya Ayu heran karena dirinya memang belum menerima kabar kalau kenalan barunya itu sudah kembali dari Jakarta.
" Kejutan." ucap Imam disertai senyum manisnya yang selalu bikin meleleh setiap orang yang melihatnya.
Imam mengeluarkan sesuatu yang di keluarkan dari belakang punggungnya, dan menjulurkan tangannya ke Ayu. Terlihat dua kotak coklat berbentuk hati kecil-kecil tersusun rapi di sana dan satu kotaknya lagi berisikan coklat berbentuk kotak dengan tulisan angka-angka di atasnya.
" Dari mana dia tau aku suka coklat" batinnya.
" Ini titipan dari kak Anul" tutur Imam. Wajah Ayu langsung berubah ia memutar bola matanya dengan malas.
" Kirain" gumamnya dengan suara pelan. Sudah saja dirinya berharap itu coklat memang sengaja Imam yang berikan untuknya taunya hanya titipan dari kakak kesayangannya.
" Ayok masuk! Oh ya dari mana kamu tahu rumahku, tadi bahkan Anisya yang menelpon dan bilang dirinya ada di depan rumah tapi ternyata dia hanya mengerjai ku" ucap Ayu panjang lebar.
" Tidak usah kita di sini saja." tolak Imam halus dan melangkah ke arah kursi kayu berwarna putih yang ada di teras depan tepat di samping pintu utama.
Ayu mengikutinya di belakang lalu mereka berdua duduk di kursi-kursi itu yang di pisahkan oleh meja kecil bundar di tengahnya. Ayu meletakkan dua kotak berisi coklat itu di atas meja bundar di sampingnya.
" Tadi aku yang minta tolong pada Anisya untuk menelpon mu setibanya aku di sini dan masalah alamat rumah mu kak Anul yang ngasi tau" jelas Imam.
Ayu hanya menatap wajah lelaki di sampingnya itu dengan senyum kecilnya.
" Oh ya kenapa sepi sekali di sini?" tanya Imam kembali karena Ayu tidak mengeluarkan komentarnya.
" Orang-orang masih sibuk dengan pekerjaannya kak, astaga aku lupa bagaimana pertemuan kak Anul dengan pramugari itu kak? " tanya Ayu setelah mengingat sesuatu.
" Pertemuan mereka hanya sebatas di bandara itu saja, aku tidak tahu kelanjutannya karena waktu itu aku harus segera pergi ke rumah sakit." jawab Imam sekenanya.
" Rumah sakit? Emang siapa yang sakit kak, atau jangan-jangan kakak yang lagi sakit?" tanya Ayu dengan wajah cemasnya.
Imam yang sedari tadi sudah gemas melihat gadis di depannya itu kini tak sudah tak bisa menahan dirinya menepuk pelan pucuk kepala Ayu.
Plak.
Ayu yang mendapat perlakuan seperti itu yang tak terduga hanya menampakkan wajah kaget dan herannya.
" Ish ini cowok kenapa sih, tiba-tiba nepuk kepala dikira ini kepala gendang apa" gumam Ayu dalam hati.
Imam malah tersenyum lebar melihat gadis di sampingnya itu.
" Ya sudah dek, kakak balik dulu ya!" pamit Imam seraya berdiri dari duduknya.
" Loh belum aja aku buatin minum kak."
" Tidak usah repot-repot untuk sekarang. Repotnya nanti kalau sudah ada acara." tolak Imam dengan kata-kata penuh makna yang sukses membuat Ayu bingung dan terlihat berpikir kembali.
" Eh ya kak. Hati-hati di jalan" ucap Ayu gugup dan ikut berdiri.
Imam pun melangkahkan kakinya meninggalkan rumah itu. Ayu tak banyak bertanya Imam ke sini menggunakan apa karena tidak terlihat sedikit pun ada kendaraan yang terparkir di halamannya. Mungkin ia parkir di luar pikir Ayu. Setelah melambaikan tangan ke Imam, Ayu kembali memasuki rumahnya langsung berjalan menuju kamarnya tak lupa ia membawa dua kotak coklat itu. Hari sudah semakin sore dan sebentar lagi akan gelap.
" Apa maksudnya tadi ya si Imam bilang repot kalau sudah ada acara" Ayu bermonolog pada dirinya sendiri ketika menaiki tangga menuju kamarnya " tau ah gelap" lanjutnya lagi dan kini mempercepat langkahnya.
*****
" Aku telpon kak Anul saja ah tega sekali dia sampai hari ini tidak memberikan kabar padaku. Hebat sekali si personil triplets itu." gerutu Ayu yang sekarang tengah duduk bersila di atas ranjang besarnya.
Dengan sigap ia meraih ponsel yang ada tepat di hadapannya dan langsung melakukan panggilan video pada sang kakak. Panggilan pertama nihil karena Ayu tak mendapatkan jawaban.
" Aish sok sibuk sekali dia" lagi-lagi Ayu berbicara sendiri dan kembali lagi mencoba menghubungi kakaknya.
Tak beberapa lama setelah deringan ke lima panggilan video nya tersambung. Ayu sedikit menjauhkan ponselnya ke depan agar wajahnya terlihat.
" Assalamualaikum cantiknya kakak" sapa Anul dari seberang sana dengan wajah berserinya.
" Waalaikumsalam. Wah wah lagi bahagia banget ya pak wajahnya berseri-seri begitu seperti pengantin baru!" goda Ayu pada sang kakak.
" Mulai sudah itu untaian kata kelebihan di kasi micin (penyedap rasa). Kakak kan emang selalu berwajah seperti ini dek." puji Anul pada dirinya sendiri dengan gaya sombongnya.
" Cih kemarin aja layu kayak bunga hampir sekarat sekarang pasti sudah di siram lagi pakai air salju makanya jadi seger lagi" sindir Ayu yang membuat Anul hanya bisa terkekeh melihat wajah adiknya yang memenuhi layar ponselnya itu.
" Ya elah dek lebai amet dah. Mana ada bunga bakalan seger di kasi es dingin yang ada mah beku dia"
" Lagian kakak sih aneh ya es di mana-mana emang dingin mana ada yang panas. Habis obat kayaknya kakak tuh, hatinya kakak emang sudah di bekukan sama si gadis terbang jadinya susah buat di cairkan wanita lain." cibir Ayu lagi.
" Eh gadis terbang apa maksudnya dek?" tanya Anul yang kini bingung dengan istilah yang di lontarkan adik semata wayangnya.
Ayu yang sadar dengan ucapannya langsung tepok jidat sendiri.
" Hadeh ngapain aku ikutan make istilahnya si Imam lagi" gumam Ayu pelan.
" Kamu bilang apa dek?"
" Kagak ada kak itu maksudnya si pramugari maaf jadi keikutan make istilahnya si Imam deh. Kakak ya tega sekali mentang-mentang ketemu mantan eh lupa sama adik sendiri." protes Ayu yang kini sudah memanyunkan bibirnya.
" Astaga dek, kakak gak mungkin lupa sama adik tercinta dan tersayangnya kakak ini tapi kakak benar-benar sibuk dek ngurus berkas-berkasnya kakak karena jadwalnya tiba-tiba berubah mendadak." tutur Anul.
" Bukannya karena sibuk kencan sama kak Rose?" tanya Ayu hati-hati takutnya Anul akan tersinggung.
Rose si pramugari yang di temui Imam dan Anul ketika di pesawat kemarin adalah wanita yang pernah singgah dan mengisi hati Anul bahkan sampai saat ini gadis berkerudung itu masih tetap memiliki tempat khusus di hati Anul. Mereka putus dua tahun lalu karena Rose memutuskan untuk berhijrah dan mengenakan hijab yang kini menutupi mahkotanya. Meskipun prosesnya berat karena pekerjaannya namun perlahan-lahan niatnya dijalankan dengan mantap dan akhirnya bisa di terima oleh pimpinannya.
Anul hanya bisa mendukung keputusan baik sang kekasih. Mereka tetap berteman namun gadis bernama Rose Cantika Ningrum itu semakin menjaga jaraknya dengan Anul membuat dirinya tak enak hati dan akhirnya komunikasi keduanya menjadi renggang. Sesekali Anul hanya menanyakan kabar mantannya itu namun hanya di balas dengan pesan singkat dan seperlunya saja.
" Ah masak?" ucap Ayu dengan wajah tak percayanya.
" Dek, kamu kan tau sendiri Rose sekarang seperti apa. Jadi pertemuan kakak kemarin dengannya juga hanya sebatas pertemuan biasa di bandara itu saja setelahnya kami kembali lagi seperti semula."
Ayu hanya manggut-manggut mendengar penjelasan kakaknya. Tapi Ayu tau walaupun hanya pertemuan singkat hal itu sangat membekas di hati sang kakak. Buktinya sampai saat ini pertemuan itu masih membuat hati kak Anul nya berbunga-bunga. Semoga saja bunga itu tidak akan pernah layu, semoga takdir Tuhan mempersatukan mereka batin Ayu.
" Oh ya kak makasih ya untuk hadiahnya." ucap Ayu yang kini berseri karena mendapatkan dua kotak coklat berukuran lumayan besar itu.
" Hadiah? Kakak gak pernah ngasi kamu hadiah dek. Kakak kan baru saja pergi kemarin" kini Anul kembali lagi dengan kebingungannya.
" Hah berarti coklat ini bukan dari kakak?" tanya Ayu seraya mengubah pengaturan kameranya menjadi tampak belakang untuk menunjukkan dua kotak coklat yang tadi di berikan Imam yang mengatas namakan pemberian dari kakaknya.
" Bukan dek, emang yang tadi ngasi kamu siapa?" Anul balik bertanya.
" Imam kak yang ngasi katanya dari kakak" terang Ayu yang kembali mengubah posisi kameranya.
Anul nampak tertawa di layar ponsel Ayu.
" Bisa aja itu dokter muda. Tapi romantis juga gayanya kakak suka. Hahaha"
" Maksudnya kak Anul?" tanya Ayu tak mengerti.
" Sudah lupakan dek. Intinya itu temen baru kamu lagi ke bucinan!"
" Ke bucinan? Bener bener dah kak Anul habis obat kayaknya tubuh Imam seksi begitu di bilang bucin"
" Astaga dek dek. Itu mah buncit kali dek, bucin itu mabuk cinta. Sudah ah kakak mau lanjut beberes duru. Salam sama mama dan papa ya. Bye" Anul memutus sambungan panggilan videonya.
Ayu masih terdiam menatap layar ponselnya yang sudah gelap.