Author POV
Waktu subuh sudah datang jam masih menunjukkan pukul empat dini hari. Seperti ada guncangan hebat yang dirasakan Ayuni pada tubuhnya jiwanya masih berada di dalam alam mimpi. Mimpi yang tadinya indah saat ia berada di tengah-tengah hamparan bunga malah seketika berubah menjadi bencana. Terjadi gempa yang sangat dahsyat membuat tanah tempat ia berpijak sampai terbelah dua. Dengan wajah ketakutan ia berlari di mimpinya itu. Tiba-tiba ada suara yang menggelegar memanggil namanya.
"Woy bangun bangun. Mandi terus shalat sana!" Agil masih terus mengguncangkan tubuh di balik selimut itu dengan kasar namun masih belum ada tanda-tanda tubuh itu sadar.
"WOY BANGUN MAU IKUT KE BANDARA APA GAK?" teriak Agil sudah melebihi suara sound sistem dengan volume paling tinggi seraya mengguncangkan tubuh Ayu lebih keras dari sebelumnya.
"GEMPA!" pekik Ayu seraya bangkit dengan cepat dari posisi rebahan nya.
BUG
Benturan pun terjadi Agil yang berdiri tepat di samping Ayu dengan membungkukkan badannya tidak sempat menghindari gerakan Ayu yang bangun tiba-tiba alhasil Agil meringis kesakitan karena keningnya terkena kepalan tanganan adiknya. Syukurin siapa suruh jahil. Batin Ayu yang merasa kesal.
"Aww sakit Yu." ucap Agil memegangi keningnya seraya mundur beberapa langkah dari sisi ranjang itu. Ayu yang sudah kembali ke alam sadarnya langsung meneriaki lelaki yang mengganggu tidur dan mimpi indahnya itu.
"Kak Agil aish menyebalkan sekali. Ngapain sih pagi-pagi buta bangun adek. Rusakin mimpinya adek aja" pekik Ayu yang sudah di duduk bersila di pinggir ranjangnya.
"Mau ikut antar Anul ke bandara gak? Kalau mau ikut, kakak tunggu 5 menit sudah harus siap!" ucap Agil sambil berjalan ke pintu meninggalkan kamar adiknya.
"Astaga adek lupa. Ikut kak ikut kak." Icap Ayu seraya bangkit dari posisinya. "Mana cukup 5 menit buat mandi sama shalat kak." lanjutnya lagi yang baru sadar ia hanya di berikan waktu sesingkat itu untuk bersiap-siap.
"Ya sudah 10 menit." Saut suara yang sudah menjauh dari kamarnya.
Ayu langsung bergegas memasuki kamar mandi. Membersihkan badannya secepat kilat. Lalu menunaikan kewajibannya.
****
"Ma mana ke tiga lelaki itu? " tanya Ayu pada sang Mama yang sedang berdiri di pintu masuk utama rumah mereka.
"Itu lagi pada gotong koper."
"Mama gak ikut antar kak Anul?"
"Kalian saja yang pergi mama sama papa gak ikut. Lagian anaknya mama hanya pergi sebentar saja nanti juga ketemu lagi pas liburan. Kalian saja yang mengantar para anak muda." Ucap sang mama seraya memberikan senyum termanisnya.
"Baiklah. Adek samperin mereka dulu ya ma." pamit Ayu seraya menyalami mamanya dan berlalu pergi ke garasi mobil yang berjarak beberapa meter dari rumah utama.
Dengan santainya Ayu berjalan di sana, udara yang sejuk terasa menyegarkan badan pagi buta itu. Baru saja ia mulai memikirkan sesuatu namun seketika pikirannya di buyarkan dengan suara teriakan beberapa meter dari tempatnya sekarang. Suara siapa lagi kalau bukan suara Agil.
"Heh putri tidur cepetan dikit jalannya kita udah mau berangkat nih!" Pekiknya ketus. Ayu hanya membuang muka ke sembarang arah tanpa menjawab dan mempercepat langkahnya.
"Kapan sih kalian itu akurnya?" ucap Aichal yang sudah siap di kursi pengemudi. Ayu yang duduk di sampingnya hanya mencibir.
"Gak akan akur mah kita!" jawab Agil yang kini duduk di kursi belakang bersama Anul.
"Ya sudah Chal jalan saja biarkan saja tom and jerry ini, aku tidak mau sampai terlambat karena kelakuan mereka." pinta Anul tanpa menunda lagi Aichal langsung tancap gas meninggalkan rumah itu menuju bandara. Anul sengaja memilih jadwal penerbangan paling awal, sehingga sesampainya nanti ia bisa menggunakan waktu ekstra nya untuk istirahat dan berbenah di kosan barunya.
Sepanjang perjalanan mereka isi dengan bernyanyi bersama, tentunya ditambah sedikit suara petasan dari Aichal dan Ayu yang membuat keributan. Ada saja yang mereka perdebatkan entah intonasi suara, kecepatan, bahkan lirik yang memang sudah benar saja di ributkan oleh mereka. Beberapa hari terakhir ini mereka memang sedikit kurang akur, ada saja yang mereka ributkan dan tentunya Agil yang sengaja mencari gara-gara dengan adik perempuan satu-satunya itu. Akhirnya karena geram Anul pun melayangkan sebuah pukulan yang mendarat di kepala Agil.
PLAK
Telapak tangan Anul mendarat sempurna membuat Agil meringis kesakitan.
"Aw sakit tau." Rintih nya seraya mengusap bagian kepalanya yang terkena sentuhan telapak tangan Anul.
"Ribut aja lagi biar aku tambahin nikmat sakit mu." gertak Agil geram.
"Syukurin di pukul kan jadinya!" ledek Ayu seraya menjulurkan lidahnya ke Aichal. Saat Aiqal ingin menjitak itu jidad dengan cepat Ayu memutar tubuhnya ke depan lagi.
"Halah Gil kayak kamu gak tau aku aja. Waktu ku di dekat bocah ini tinggal hitungan minggu bro. Gak seru kalau pergi sebelum puas gangguin dia." Terang Aiqal dengan jujurnya.
"Astaga kakak tega banget sih.!" ucap Ayu seraya menunjukkan wajah sedihnya setelah mendengan penjelasan sang kakak.
"Hehe maaf ya. cup cup." Agil menghampiri Ayu lalu memberikan pelukan hangatnya ke sang Adik dari belakang.
"Aku gak mau di peluk juga. Kan bentar lagi aku pergi. Aku sedih lho bakalan ninggalin kalian." Saut Anul seraya memasang tampang sedih pura-pura nya yang sontak membuat Aichal tertawa geli melihat tampang saudara kembarnya yang di buat-buat dari pantulan kaca spion di atas kepalanya.
"Ogah aku masih normal ya." Bantah Agil cepat dan reflek menarik tubuhnya sampai menempel pada pintu mobil seraya menyilang kan kedua tangannya menutupi d**a bidangnya.
"Pelit amat sih lu sama saudara sendiri." Kata Anul ketus. Ke empat bersaudara itu pun tertawa sampai mereka dikagetkan dengan suara klakson mobil yang memekik telinga. Sebuah mobil sport berwarna putih sudah menyalip mereka dengan kecepatan penuh.
"Sombong amat sih sampai buat orang mau jantungan. Jalanan sepi gini juga pakai acara menyembunyikan klakson dengan suara kenceng begitu. Kagak ada akhlak emang." gerutu Ayu kesal.
"Sabar sudah biarin aja mungkin lagi buru-buru." kata Aichal seraya menambah kecepatan laju mobilnya.
Setelah beberapa menit kemudian akhirnya mereka sampai juga di bandara. Aichal menghentikan mobilnya ketika sudah berada di jalur pemberhentian penumpang. Ada mobil putih terparkir di depan mobil mereka, itu mobil putih yang tadi menyalip mereka dengan bunyi klakson terhebatnya. Ayu hanya memicingkan matanya ketika melihat mobil itu. Tapi tunggu ia melihat sosok yang pernah ditemuinya tempo hari di kampus. Pria itu sedang berdiri di samping pintu mobil dengan satu tangan menggenggam pegangan sebuah koper berukuran sedang di hadapannya. Dan satu tangannya lagi sibuk mengotak atik ponsel di genggamannya.
"Imam, mau pergi kemana dia?" gumamnya seraya membuka pintu mobil di ikuti ketiga kembarannya.
Dan saat itulah sang pria menoleh ke arah suara 4 bersaudara itu. Pandangan Imam dan Ayu pun bertemu. Tampan sekali pria yang berdiri beberapa meter dari tempatnya berdiri. Wajah gantengnya yang di hiasi kaca mata bening bentuk kotak, rambut cepak yang sedikit berponi belah tengah dengan kaos putih polos serta celana jeans warna biru tua. Ya ampun pemandangan yang sangat indah di pagi buta begini. Seperti melihat sosok bidadara saja sudah seperti oppa-oppa korea. Ayu hanya tertegun memandangi keindahan di hadapannya sampai ia tersadar ketika sebuah tangan menepuk pundaknya.