8.OBJEK PERGOSIPAN

1482 Words
Happy Reading ^_^ *** "Nih, gue balikin wadah lho. Plus gue isiin donat juga buat lo-lo pada." Sebuah wadah bekal diletakkan ke atas meja, lebih tepatnya di antara dua perempuan yang tengah bertukar bekal. Mereka adalah Saras dan Jessica. Keduanya pun mendongak secara bersamaan dan menjumpai sosok Adrian yang terlihat bangga sekali atas tindakannya. "Nggak ilang kan? Suudzon terus sih lo sama gue, Jess." Jessica meraih wadah tersebut dan membukanya. Dan benar, ada empat donat berukuran sedang. Lumayanlah buat cemilan kalau rasa lapar menyerang secara tiba-tiba. "Bukannya suudzon ya, tapi berkaca aja pada pengalaman. Dari gue kerja di sini, persentase lo balikin wadah yang lo pinjem itu kecil. Noh, wadah plastik bekas salad gue itu buktinya." Jessica menggerutu. "Itu plastik jadi gue nggak ungkit. Tapi ini kalo ilang ya nggak ikhlas lah. Ini dari kaca woooyyyy!" imbuh Jessica sambil mengangkat wadah bekalnya. " "Wadah gue juga pernah jadi korbannya. Dan nggak balik. Herannya, lo buat apa sih nimbun begituan? Lo nggak ada piring apa gimana di apart lo itu, hah?" "Lhooo, kok menghina?" Adrian tampak protes, tapi kemudian cengirannya muncul. "Ya memang nggak ada makanya gue suka ngambilin yang ada di sini." "Anjir!" Saras dan Jessica berseru kompak. Ketiganya tertawa bersamaan atas obrolan absurd mereka tersebut. Ikut nimbrung, Adrian pun turut mencomot chicken wings buatan Saras. Rasanya tak usah diragukan lagi. "By the way, kalian tau nggak," Adrian menggantung kalimatnya karena sedang asik menggerogoti chicken wings miliknya. Tapi siapa sangka saat dia sudah selesai dengan makanannya dan hendak melanjutkan kalimatnya, semua mata kini sudah tertuju padanya. Woah, woah. Ternyata kalimat tersebut masih sangat ampuh untuk menarik atensi semua orang. Adrian tergelak. "Nungguin yaaaa?" godanya yang dibalas Saras dengan pukulan ringan menggunakan tutup bekalnya. "Lo kalo mau bergosip itu jangan setengah-setengah ya." tuding Jessica dengan sebal. "Bener. Udah ditungguin malah lawak." "Ya lagian kalian ini gampang banget dibuat penasaran. Kan gue jadi seneng," jawab Adrian. "Tapi ini bukan bergosip atau pun berghibah ya. Just sharing aja." Jessica dan Saras berpandangan lama. Ah elahhhhh lamaaaa!! "Gue kemaren liat Pak Devian." "Gue juga kemaren liat Pak Devian, anjir. Emang lo doang yang punya mata." Jessica membekap bibirnya atas respon brutal Saras. Perempuan itu tergelak sampai kepalanya terlempar ke belakang beberapa kali. "Gue belum selesai, anjir." balas Adrian. "Nah ini nih yang membuat cerita ini wajib disharingkan ke kalian." Jessica dan Saras saling lirik. Adrian itu tipikal laki-laki humble yang punya banyak kenalan. Jadi kalau dia membawa sebuah berita, maka seharusnya berita tersebut hampir sepenuhnya valid. "Dia sama perempuan yang gue duga sebagai pacarnya." "Orang sini?" Adrian mengangguk. "Hoax nggak nih?" Jessica menyuarakan pendapatnya dengan sumbang. Pasalnya, radar berbahaya di kepalanya berdenging. Dia merasa tidak aman, apalagi Devian Mahendra belum memberi kepastian tentang perjodohan mereka yang seharusnya tidak boleh disebarluaskan apa pun alasannya. "Cermati kata-kata gue," ulang Devian. "Gue bilang gue duga, jadi gue belum memastikan. Lagian dia orang baru, cenel informasinya belum banyak. Lagian siapa sih yang mau menyelidiki die. Pak Devian lho orang pusat. Backingannya orang direksi. Apa nggak babak belur kalo budaak korporat kayak kita sok-sokan menyelidiki beliau?" Saras mengangguk-angguk. "Tapi kalo dipikir-pikir sih masuk akal. Katakanlah kemampuan manajemen dia baik, tapi dia lho nggak punya basic di bidang laboratorium. Trus dia fine-fine aja gitu ditugaskan di sini. Ya pasti ada something-lah makanya dia setuju." "E-Emangnya lo liat di mana?" Bukan dirinya kan, batin Jessica memastikan dengan gelisah. "Di parkiran mobil basement." Mendengar itu, Jessica langsung membuang muka dan mengutuk dirinya sendiri. Padahal kemarin dia yakin sekali tidak ada siapa pun di basement selain dirinya dan Devian. Ya Tuhan, ya Tuhan... "Kemaren itu gue mampir bentar ke bagian RnD karena temen gue lembur. Eh pas balik malah dapet suprise. Nggak nyangka banget sih gue." kata Adrian lagi sambil melirik Saras dan Jessica bergantian. Dilirik seperti itu, Jessica tidak punya pilihan selain menampilkan senyum terpaksanya. Mereka bertiga -Jessica, Saras, dan Adrian- adalah bestie dalam bidang pergosipan, jadi jangan sampai dia terlihat tidak antusias dengan gosip yang wah ini. Terlepas fakta bahwa dialah yang sedang digosipkan oleh kedua temannya tersebut, batinnya mengingatkan. "Lo liat mukanya nggak?" tanya Jessica untuk memastikan. Inilah yang terpenting menurutnya. "Nah itu!" Adrian menjentikkan jarinya dengan heboh. Mata Jessica membeliak. Dia panik. "Lo liat?" "Nggak." Ingin rasanya Jessica menggeplak kepala Adrian agar tidak terlalu berlebihan saat menceritakan sesuatu. Kan bikin panik saja. Untung saja Jessica tidak punya riwayat penyakit jantung. Coba kalau punya, bahaya sekali pastinya. "Posisi gue tuh dibelakangi sama si cewek. Mukanya doi keliatan, tapi muka perempuannya nggak. Jadinya gue cuma liat punggungnya. Itu pun samar-samar karena kehalang kaca mobil yang agak gelap." Adrian menjeda. Raut wajahnya tampak berfikir keras. "Tapi kayaknya nggak asing deh." imbuhnya pelan. Tanpa sadar Jessica mengambil sebuah buku yang berada tak jauh dari jangkauannya. Perempuan itu mengipasi dirinya sendiri yang mulai gerah karena cerita Adrian belum menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir. Ingatkan Jessica untuk jangan sering-sering bergosip lagi di masa mendatang. Ternyata begini rasa tidak nyamannya ketika seseorang yang tidak tahu apa pun menjadi objek pergosipan. Demi Tuhan, bukan begini ekspektasinya saat memutuskan mencegat Devian dan masuk ke dalam mobilnya kemarin. Ya Tuhan, maafkanlah hamba yang suka bergosip ini. Janji deh nggak bakal sering-serint gosip lagi. Tapi bisa nggak gosipan hari ini di stop sampai sini? Dia sudah nggak kuat. "Penglihatan elu mah nggak akurat. Inget nggak lo yang pas salah ngenalin istrinya koordinator kita? Anjir, bikin malu aja." serang Jessica untuk membungkam mulut Adrian yang masih gatal ingin bercerita. Kapan sih berhentinya?! Si tersangka terkekeh sambil menggaruk kepalanya. "Ya itu mah khilaf doang." "Nggak percaya gue. Yang ini juga nggak percaya." kata Jessica. "Jangan terlalu dipercaya, Mba Saras. Ini bocah pasti ada linglungnya." "Demi Tuhan, yang ini nggak linglung. Gue serius." Adrian mengangkat jarinya membentuk huruf 'V'. "Masalah orangnya yang kayak familiar boleh diragukan. Apalagi mata gue emang minus sedikit kan. Tapi gue nggak linglung yang masalah perempuan itu." tambahnya dengan meyakinkan. Saras pun makin terbawa suasana. Dan Jessica semakin kesal karena tidak berhasil mengacaukan momen pergosipan ini. Merasa buntu, Jessica pun mengambil sepotong chicken wings dan menjejalkannya ke mulut Adrian. Tapi bukannya berhenti, pergosipan itu tetap berlanjut. Malah sepertinya lebih syahdu karena dibarengi dengan makan. "Sayang banget sih lo nggak liat mukanya. Coba lo lebih lama di situ, pasti bisa tuh liat mukanya si cewek. Gue penasaran banget!" "Gue juga penasaran banget, tapi gue nggak sanggup ngeliat aksi mereka selanjutnya. Jiwa jomblo gue meronta-ronta!" Mata Saras membeliak, begitu juga dengan Jessica. Bedanya, kalau Jessica sepenuhnya karena rasa panik, nah kalau Saras sepenuhnya karena penasaran. Saking penasarannya perempuan tersebut sampai mencubiti bahu Adrian untuk memaksanya bercerita lebih cepat. "Mereka ngapain woooyyy!!!" Saras kegirangan sendiri. Perut Jessica mulas. Intensitas kipasan Jessica pun makin cepat karena kegugupannya menjadi berkali-kali lipat. "Mereka gini?" Saras memberi kode ciuman dengan kedua tangannya. Mata Jessica mendelik melihat isyarat itu. Demi Tuhan, dia geli sendiri. "Lebiihhhh!!" Delik mata Jessica pun makin menjadi-jadi mendengar jawaban Adrian. Sambil terus menguping Jessica mencoba mengingat-ingat apa saja yang dilakukannya di mobil Devian kemarin itu. Nggak ada yang terjadi kok, tapi kenapa gosipnya seliar ini? "Gue liat..." Jessica memasang pendengarannya baik-baik. Dia harus mendengar semua gosip tentangnya dengan seksama. Harus! "... si perempuan nunduk." Detik pertama biasa saja. Jessica juga masih tidak memahami maksudnya dengan baik. Hanya nunduk kan? Lalu lebihnya yang dimaksud Adrian itu apa? Dan detik selanjutnya barulah Adrian memberi kode melalui gerak tangan mengepal, naik-turun, yang langsung dipahami oleh Saras sebagai kaum-kaum yang sudah menikah. Melihat tatapan Saras, barulah Jessica paham. Gerakan tangan naik-turun yang dimaksud Adrian adalah... "Anjing!!! Nggak mungkinlah. Lo gila aja ya kalo bikin gosip!!" seru Jessica dengan panik. Akhirnya kalimat mutiara Jessica debut lagi setelah sekian lama tertidur pulas. "Anying, Jessica! Suara lo lebih ngagetin dari gosipan yang Adrian kasih. Si bocah!" gerutu Saras sambil mengelus dadanya. "Ya lagian si Adrian bikin gosipnya aneh-aneh. Itu bisa dianggap pencemaran nama baik lho!" protes Jessica "Ya yang namanya bergosip nggak ada judulnya yang baek-baek, Neng. Makanya ada istilah keep silent. Paham sampe sini, Neng Geulis?" "Saras bener. Lagian lo bisa-bisanya lo nyaut sebrutal itu. Emang orangnya elu? Kan bukan." Jessica langsung bungkam. Ingin rasanya dia menepuk keningnya karena kebodohannya barusan. Ya mau bagaimana lagi, sebagai seseorang yang tahu kebenarannya, wajar bagi dia untuk meluruskan. Apalagi kecurigaan teman-temannya sudah terlalu ruwet. Bisa-bisanya mereka berfikir seperti itu. "Coba elu pikir deh, Ras. Di mobil, berduaan, dan kebetulan tempat sepi—pasangan mana yang adrenalinnya nggak terpicu? Apalagi dengan fakta kalau mereka kudu berakting selayaknya orang asing meskipun mereka papasan." Kalian bayangin apa sih woyyyyy? Nggak kayak gitu lho aslinyaaa, batin Jessica ingin meraung-raung, tapi tidak bisa. "Nggak kuat gue bayanginnya. Asli. Makanya gue pergi." Adrian geleng-geleng kepala. "Biarlah kelakuan nakal bos kita cuma gue simpan sendiri. Eh, tapi kalian udah tahu, jadi kalian harus mendedikasikan diri untuk menjaga rahasia ini ya. Jangan sampe bocor, okay?" Dan kalian adalah orang paling bodoh kalau percaya pada omongan orang yang sudah membocorkan sebuah rahasia. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD