Hari pernikahan pun tiba. Walau belum pulih Edna berusaha untuk tetap kuat dan didandani sejak subuh.
Akad nikah mereka akan dilakukan pukul 10 pagi, lalu dilanjutkan resepsi hanya untuk keluarga dekat dan kerabat.
Edna terlihat cantik dengan kebaya pengantin melangkah perlahan keluar dari kamarnya di iringi sang ibu dan mama Rita saat akad nikah akan dimulai. Mata Edna tertuju pada Dru yang duduk mengenakan beskap pengantin di tengah ruangan. Ia terlihat sangat tampan dan terlihat begitu tenang.
Walau begitu rasanya Edna ingin menangis saat Dru tak melihat kearah dirinya sama sekali. Di dalam hati Edna ia merasa begitu takut jika Dru sebenarnya tak menginginkan pernikahan ini dan dirinya hanya akan menjadi beban untuk Dru nanti. Saat akad nikah dinyatakan sah, perlahan Dru menggenggam jemari tangan Edna di bawah meja dan membuat Edna menoleh ke arahnya.
Melihat Dru tersenyum kepadanya airmata Edna pun menetes. Ada perasaan lega dan takut didalam hati Edna yang kini sah menjadi seorang istri. Dru segera menghapus air matanya dengan jemari tangan perlahan lalu mencium pipi Edna seraya memeluknya mencoba menenangkan gadis yang kini menjadi istrinya itu sambil berbisik,
“Kita akan baik baik saja…”
Edna pun mengangguk perlahan dan membalas pelukan Dru dan mendapat pandangan haru dari pada tamu.
Pesta ratu dan raja sehari pun usai. Kini Dru dan Edna sudah berada didepan rumah Dru dengan pak Kus dan beberapa asisten rumah tangga yang membantu membawakan beberapa barang ke rumah sang pengantin.
Mulai hari itu juga Dru dan Edna akan tinggal bersama sebagai suami istri di kediaman Dru. Dru yang masih kesal tak ingin berlama-lama di rumah orangtuanya saat pesta pernikahan usai. Ia ingin segera membawa Edna keluar dari rumah itu.
Saat pintu terbuka, Dru membantu Edna yang masih berjalan perlahan dan membantunya duduk disofa. Rumah Dru tampak banyak berbeda karena ditata ulang agar Edna merasa lebih nyaman. Barang-barang Edna pun sudah memenuhi lemari dan kamar Dru. Semua sudah beralih tempat.
Dru mengambilkan Edna segelas air putih saat semua asisten rumah tangga itu pulang setelah membantunya berbenah. Sedangkan Edna tengah mencoba melepas sanggulnya perlahan.
"Sini aku bantu,” ucap Dru sembari berdiri dibelakang Edna yang duduk di depan meja rias saat pria yang kini berstatus suaminya itu masuk sambil memegang gelas.
"Mas,” panggil Edna perlahan saat Dru sibuk membantu Edna.
Dru menghentikan gerakannya dan menatap Edna dari cermin dihadapan mereka. Edna terdiam, tiba-tiba saja ia tak tahu harus berkata apa-apa. Setelah hampir berminggu-minggu mencoba menghubungi Dru, kini pria itu muncul disisinya berstatus suami.
Dru pun duduk dihadapan Edna dan mengusap perlahan lengan Edna. Ia tahu, pasti banyak pertanyaan di benak Edna dengan semua keputusannya.
"Harusnya mas Dru tak perlu sejauh ini membelaku," ucap Edna pelan sambil menatap Dru yang berjongkok dihadapannya.
"Siapa yang membela kamu Ed? Aku juga sedang membela diriku sendiri dengan mengandalkan kamu. Saat ini hanya ada kamu dan aku dan kita mengandalkan satu sama lain sebagai suami istri yang sah."
"Kenapa kamu gak pernah membalas pesanku dan menghubungi aku mas?"
"Aku takut kamu tak setuju akan keputusanku. Maaf jika sikapku terlihat memaksa ...aku…"
Dru tak bisa melanjutkan kata=katanya. Edna mengulurkan tangannya ke arah Dru, ia merasa sangat berterima kasih karena sampai detik terakhir Dru masih mau melindunginya. Dru membalasnya pelukan Edna dan mengecup kening Edna sayang dengan perasaan lega.
Malam pun datang, sepasang pengantin baru itu tengah duduk dimeja makan menikmati sisa makanan di acara pernikahan mereka tadi siang.
"Kamu mau coba kue pengantin kita?" tanya Dru sambil membuka kulkas lalu mengambil sepotong cake dan memberikannya pada Edna yang masih tampak lemas dan banyak diam. Tiba-tiba terdengar suara mobil berdecit berhenti mendadak di depan rumah Dru lalu terdengar suara pintu yang dipukul dengan keras berkali-kali.
"Buka pintunya Dru! Sialan kamu!" suara Grace berteriak terdengar dari diluar rumah.
"Mas,” panggil Edna cemas.
Dru segera menarik Edna untuk berdiri dan memasukannya kedalam kamar lalu menguncinya dari luar. Terdengar suara Dru membukakan pintu dan suara Grace yang menangis histeris dan mencaci maki Dru dengan penuh kemarahan. Di dalam kamar Edna hanya bisa berdiri mematung. Pernikahannya ini menyakiti banyak orang.
Entah berapa lama, kemudian suasana diluar sana menjadi hening dan Edna melihat dari balik jendela Grace yang memasuki mobil nya sambil menangis dan mengendarai nya dengan kencang. Pintu kamar pun terbuka. Dru masuk dengan wajah kusut dan terlihat beberapa bekas cakaran di leher dan pipi Dru. Edna menangis saat melihat luka di wajah Dru.
"Aku gak apa apa,” ucap Dru sambil menghapus air mata Edna.
"Bagaimana kamu gak apa apa?! Kalau kamu dituduh berkhianat oleh Grace!”
Dru hanya diam. Ia membenarkan ucapan Edna, bagaimanapun ia memiliki hubungan perasaan dengan Grace. Tapi kini dihadapannya adalah Edna, istri sahnya bukanlah Grace. Tak ada yang tahu jodoh itu akan berakhir dimana dan dengan siapa.
***
Tak ada bulan madu untuk Edna dan Dru. Mereka menikah di hari sabtu dan di hari senin ini sudah kembali bekerja.
"Ini kunci rumah, setiap hari aku akan mengantarkan kamu ke kantor, tapi pulangnya mungkin kamu harus banyak pulang sendiri, karena waktu kerjaku tak tentu. Aku usahakan, untuk selalu makan malam bersama," ucap Dru sembari memberikan sebuah rangkaian kunci pada Edna saat mereka akan meninggalkan rumah untuk berangkat kerja.
Mobil pun melaju mengantarkan Edna ke tempat kerjanya.
"Ed, nanti langsung pulang ya. Kamu kan belum sehat betul," pesan Dru sambil membukakan safety belt untuk Edna dan mengecup bibir Edna sebelum keluar dari Mobil.
Edna terdiam tersipu sesaat, ia tak menyangka Dru akan melakukan hal itu di depan umum. Sejak hari pertama menikah, Dru selalu memberikan kecupan di bibir dan di wajah Edna jika mereka sedang bersama. Ia masih merasa canggung, karena sebelumnya mereka tak pernah sedekat dan seintim itu. Edna hanya mengangguk dan turun dari mobil suaminya dan masuk kedalam kantornya. Di kantor, Edna disambut meriah oleh teman temannya. Mendengar Edna sakit lalu menikah membuat seisi kantornya heboh. Ia mendapatkan beberapa kado yang diberikan oleh atasannya.
Saat sedang asik berbincang Edna melihat Ghe tengah berdiri menatapnya dari jauh. Ia pun segera menghampiri Ghe dan Ghe tiba tiba membukakan pintu kantornya untuk Edna masuk.
"Selamat ya Ed, Buat kesembuhan kamu dan pernikahannya,"ucap Ghe saat Edna masuk ke dalam ruangannya.
Edna hanya mengangguk dan menunduk. Suasana terasa canggung dan hening.
"Aku pikir kita bisa berhubungan lebih jauh,” guman Ghe tiba-tiba.
“Tapi, aku mengerti keputusan kalian, Aida sudah menceritakan semuanya.”
"Tapi, aku tidak melakukan sesuatu…”
"Iya, aku tahu, Aku percaya sama kamu," potong Ghe sambil menghampiri Edna dan menyelipkan rambut Edna kebalik telinga seperti biasanya.
"Aku agak patah hati lihat kamu jadi istri orang sekarang?”
Edna hanya diam dan memandang Ghe penuh penyesalan, ia tak menyangka akan reaksi Ghe terhadap dirinya. Andai ia punya kesempatan kedua, tapi tak bisa. Takdir mereka berkata lain.
***
Sudah sebulan ini Edna menjadi Nyonya Dru. Kini ia menjadi gadis penurut dan baik dan tak ada lagi sikap kasar atau ucapan keras seperti dulu saat ia masih seorang Edna tanpa embel-embel istri seseorang. Edna mencoba menerima statusnya yang baru dan ia harus berusaha menjalankan statusnya. Hari-hari Edna dan Dru menjadi hari-hari yang menenangkan. Edna belajar berdandan saat di rumah, agar saat Dru pulang bisa melihatnya tampak cantik.
Walau begitu Edna masih sering merasa gugup jika melihat Dru pulang dan menghabiskan waktu bersama sebagai suami istri, apalagi kini Dru tanpa segan bersikap lebih mesra dan sering menyentuhnya. Tak ada yang spesial dari pernikahan mereka. Tiba-tiba saja sepasang pengantin baru itu menjadi pasangan yang lebih betah di rumah dan hanya ingin menghabiskan waktunya bersama-sama.
Dru merasa terharu saat melihat Edna berusaha menjadi istri yang baik dengan belajar memasak dan membersihkan rumah. Ia tak pernah mengeluh walau terlihat lelah saat pulang kerja juga harus tetap merapikan rumahnya. Tak ada lagi Edna yang berantakan seperti biasanya.
Didalam hati Dru seolah telah muncul benih cinta untuk Edna. Ia mulai tak sabar untuk segera pulang atau menjemput istrinya di mana pun Edna berada. Seperti hari ini, Dru pulang kerumah dan melihat Edna berdandan cantik dengan menggunakan dress rumah yang manis.
"Hai sayang," panggil Dru spontan saat melihat Edna terlihat cantik lalu menghampiri dan memeluknya sayang sambil mengendus-endus leher Edna yang wangi lotion lembut.
Semburat merah diwajah Edna yang bersih membuat Dru gemas dan segera menciumi istrinya.
"Ayo mandi dulu. Hari ini aku gak masak, beli makanan di foodcourt kantor aja," kata Edna sambil mengambilkan handuk lalu mendorong Dru untuk masuk ke dalam kamar mandi.
Selesai mandi sepasang suami istri itu pun makan malam bersama sambil bercerita tentang kesibukan mereka hari itu. Edna tak sadar jika Dru memperhatikannya tanpa henti. Jantung Dru berdegup kencang ketika melihat Edna yang tiba-tiba berubah dewasa setelah menikah.
Ia tak pernah menyangka pernikahan ini akan mendamaikan hati dan hidupnya. Ia tak pernah mengira pasangan yang akan membuat hidupnya mulai teratur adalah seorang gadis yang baru tinggal bersamanya sejak 5 tahun yang lalu. Perasaan yang terpendam beberapa waktu lalu kini seolah mendapatkan tempatnya dengan leluasa untuk tumbuh cinta dengan indah.
Edna duduk disisi Dru sambil membawakan suaminya es krim setelah makan malam usai dan akan mereka akan menghabiskan waktu untuk menonton film. Melihat bibir Edna belepotan es krim spontan Dru menghapusnya dengan tangannya dan tiba-tiba mencium bibir Edna dan melumatnya perlahan. Bibir keduanya bertemu dan rasa dingin bekas Es krim malah membuat hati mereka menjadi hangat. Dru terus menerus melumat bibir Edna dengan lembut, sedangkan Edna merasakan tubuhnya lemas karena ia tak pernah mengalami pengalaman itu sebelumnya.
Edna duduk mematung menatap Dru. Hatinya merasa takut dan berdebar tak menentu saat Dru mulai menciumi wajah dan lehernya perlahan. Ia mengerti tanda itu.
"Kamu takut?" tanya Dru berbisik di telinga Edna.
Edna mengangguk pelan.
"Aku tak akan memaksa jika kamu memang belum mau," ucap Dru berbisik sembari mengelus rambut Edna yang halus.
"Aku akan tunggu sampai kamu percaya padaku. Yang paling penting kamu tahu, hanya aku yang akan jadi pelindungmu, yang akan menjagamu. Apapun yang terjadi pada kita, sah adanya. Karena kamu milik aku dan aku milik kamu, sampai Tuhan memisahkan…," bisik Dru sambil terus menciumi leher Edna.
Edna merasa gugup dengan sikap dan cumbuan Dru, tapi ia pun tak bisa menolak. Perlahan ia meremas kaos yang digunakan Dru.
Melihat Edna tampak pasrah, hasrat Dru semakin memuncak, ia segera menggendong Edna dan membawanya ke dalam kamar.
“Mas, aku takut…,” bisik Edna menegang saat ia melihat Dru mulai birahi dan menyentuhnya lalu mulai membuka pakaiannya.
"Percaya padaku, kita jalani saja dulu, aku tak akan memaksamu," ucap Dru dengan suara serak menahan birahinya.
Hal ini akan menjadi malam pertama untuk mereka berdua setelah satu bulan menikah. Dru menatap Edna penuh gairah saat melihat tubuh Edna yang tinggal mengenakan pakaian dalam. Perempuan yang dulu ia anggap tomboy ini ternyata memiliki tubuh yang indah dan membuat hasrat kelelakiannya membuncah kuat.
Sedangkan Edna hanya mencengkram bahu Dru kuat kuat saat Dru mencumbu tubuhnya. Di antara hasrat dan rasa takutnya, ia berdoa semoga Dru tak kecewa akan tampilan diri dan kekakuan sikapnya.
Ia tak punya pengalaman apapun tentang bercinta dan Dru akan menjadi yang pertama.
***
Edna menangis di sudut kamar dalam gelap. Sedangkan Dru sudah tak ada di dalam ruangan. Malam pertama mereka gagal karena Edna terlalu tegang sehingga ia merasa sangat ketakutan dan menolak Dru untuk menyetubuhinya. Dru merasa dongkol karena birahinya memuncak, tapi ia tak bisa memaksa Edna yang begitu kesakitan dan takut sampai menangis saat ia berusaha menyatukan tubuh mereka berdua. Akhirnya Dru menghentikan semuanya dan segera membersihkan diri lalu keluar dari kamar untuk menenangkan pikiran dan mencoba menurunkan hasratnya. Edna yang merasa menyesal karena tak bisa memuaskan Dru hanya bisa menangis di pojokan dalam gelap di dalam selimut.
Terdengar suara tivi di depan kamar menyala, menandakan Dru tengah berada disana. Edna mengenakan pakaiannya perlahan dan mengintip dari balik pintu dan melihat suaminya membuka sofa bed dan tengah duduk sambil selonjoran sambil menonton tivi dengan pandangan kosong. Edna coba memberanikan diri untuk membuka pintu dan keluar dari kamarnya, matanya sudah sembab karena menangis. Dru menatap Edna yang berdiri bingung di depan pintu dan merasa iba membuat Edna merasa bersalah karena acara percintaan mereka yang pertama tak berhasil. Dru melambaikan tangannya memanggil Edna untuk mendekatinya. Edna mendekati Dru dan duduk disamping Dru dengan kikuk.
“Sini, berbaring disampingku…,” pinta Dru lembut sambil menarik Edna ke dalam pelukannya lalu mencium kening istrinya sayang.
“Maafkan aku.“
“Stt … gak apa apa, aku akan menunggu sampai kamu benar benar siap…,” bisik Dru sambil mencumbu Edna sesaat lalu menariknya kedalam pelukan dan memeluk edna erat sambil memejamkan mata.
Ia sadar, hubungannya dengan Edna bukan berawal dari rasa cinta satu sama lainnya, mungkin butuh waktu untuk Edna untuk bisa menerimanya sebagai suami dan mencoba mencintainya dan memberikan tubuhnya seutuhnya. Dru yakin suatu hari nanti mereka bisa bersama seutuhnya.
Bersambung.