Seorang wanita tengah merangkul lengan seorang pria dan memagut leher pria itu. Seorang pria yang bernama Javendra memiliki istri dan kehidupan yang layak, ia seorang konglomerat yang diberikan kemudahan dalam hidupnya oleh keluarganya. Dan, menikah dengan seorang wanita bernama Zeela, wanita yang ditunjuk keluarganya untuk dijadikan seorang istri, sementara Javendra tak tertarik dengan hubungan pernikahan. Hanya saja hidupnya telah di atur oleh keluarganya, jadi ia tetap harus mengikuti apa yang di atur keluarganya.
Lama menikah, Javendra akhirnya membuka hati untuk Zeela, Javendra merasa hidup berdua dengan istri lebih baik daripada hidup sendirian.
Hanya saja kebosanan datang menyelimutinya, ia bosan dan jenuh bercinta dengan istrinya, meskipun setiap kali bercinta Zeela memberikan kenyamanan yang luar biasa, tapi Javendra bosan jika melalui itu terus menerus dan jujur saja Zeela tidak lagi memberikan kenyamanan baginya. Hingga akhirnya Javendra menyewa wanita malam untuk memuaskan nafsunya.
Zeela tahu jika suaminya itu menyewa wanita malam, Zeela juga tak masalah jika suaminya melakukan itu, bagi Zeela wajar jika suaminya ingin suasana yang baru. Zeela pun merasakan hal yang sama, Zeela juga jenuh dengan pernikahan mereka dan melalui aktifitas yang itu-itu saja.
"Sayang, sekali saja," kata Zeela.
Javendra menolak dan menggelengkan kepala. "Aku sedang tak ingin."
"Malam nanti kamu akan menyewa wanita malam lagi?"
"Untuk hari ini tidak. Aku sedang fokus menyiapkan launching," jawab Javendra.
"Oh iya. Adikku akan datang hari ini, kamu sambut dia dengan baik, katakan kepadanya aku pulang agak malam, mungkin juga akan menginap di kantor, banyak sekali yang harus aku siapkan untuk launching pekan depan." Javendra menoleh dan menatap wajah istrinya.
Zeela mengangguk dan berkata, "Geovan akan datang?"
"Iya."
Zeela mengangkat ujung bibirnya dan mengangguk semangat. Tentu saja ia senang adik suaminya itu akan datang.
"Geovan akan menginap di sini?" tanya Zeela.
"Dia akan tinggal mulai hari ini bersama kita. Jadi, katakan kepadanya untuk memilih kamarnya sendiri."
Zeela mengangguk. Zeela akan punya teman di rumah jika suaminya tak di rumah, jadi Zeela tak akan kesepian lagi.
"Aku pergi dulu, kamu harus sabar menjadi istriku, karena waktuku sudah terbagi sejak dulu. Aku harus bekerja dan aku harus di rumah, jadi jika tak sabar menjadi istriku, banyak hal yang bisa kamu lakukan," kata Javendra mengecup bibir istrinya.
Javendra selalu saja mengatakan hal itu, membuat hati Zeela merasa tak dibutuhkan lagi, sementara Javendra begitu menikmatinya di ranjang, begitu lah pernikahan bagi Javendra tak ada yang bertahan lama, apalagi urusan ranjang.
Bagi Javendra, istrinya itu tak lagi memberikannya kepuasan nafsu seperti yang ia inginkan.
***
Beberapa hari telah berlalu, yang Irene lakukan hanya belajar dan belajar, ia tak tahu apa pekerjaannya, mengapa ia harus belajar seperti ini, yang terutama bagaimana cara sopan pada tamu, dan bagaimana caranya berbahasa Inggris, formal dan informal.
Irene juga sering melihat beberapa wanita yang tinggal serumah dengannya di jemput oleh seorang pria, mobil mewah setiap malam terlihat didepan rumah mereka dan satu persatu wanita pergi meninggalkan parkiran rumah tersebut.
Kepala Irene seperti akan pecah rasanya, karena setiap hari ia harus belajar. Untung saja ia wanita yang pintar dan wanita yang cepat tanggap, jadi pembelajarannya akan lebih mudah.
Sudah seminggu ia di Los Angeles, tapi ia belum tahu pekerjaannya, jika ia bertanya kepada teman-teman serumahnya, tidak ada yang mau menjawab, mereka hanya mengatakan pekerjaan itu akan menjadi candu baginya jika sudah melakukannya sekali.
Irene makin bingung dan ia berusaha mencerna perkataan itu. Namun, belum juga mendapatkan kesempatan untuk mengetahuinya.
Irene duduk di dekat bar mini di rumah mereka, hari sudah mulai malam, semua wanita menjelma seperti seorang bidadari, jika di rumah mereka terlihat sederhana dan apa adanya, namun jika sudah mulai gelap banyak yang berubah menjadi seorang wanita seksi dan make-up yang menor, juga bibir yang begitu merah.
"Jihan, apa saya boleh bertanya?" tanya Irene.
"Kamu mau menanyakan apa pekerjaan kita?"
"Iya. Bukankah aku harus tahu?"
"Untuk apa mengetahuinya? Semua yang datang kemari tuh akan tahu pekerjaannya apa setelah kedatangan tamu."
"Memangnya tamu-tamu itu seperti apa?"
"Yang menjemput setiap hari, itu namanya tamu, jadi tamu itu harus dilayani dengan baik," jawab Jihan meneguk air mineral di tangan kanannya. Hampir saja tandas.
Irene melihat semua teman serumahnya yang sudah bersiap dan sangat cantik, bahkan rok mereka begitu pendek, memperlihatkan paha mereka yang putih.
Irene bingung harus menyimpulkan apa melihat teman-temannya. Namun, Irene penasaran apa yang sebenarnya terjadi, wajah mereka semua terlihat menor, pakaian mereka begitu seksi, bahkan rambut mereka wangi sekali, membuat Irene ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Kamu akan tahu pekerjaanmu apa, dan kalau kamu udah tahu dan udah menguasai pelajaran ini, kamu harus menyiapkan jantungmu. Jangan sampai pingsan," kekeh Jihan lalu melangkah pergi meninggalkan Irene yang masih duduk di depan bar mini.