Bab 4. Minta Dia Datang Kembali!

1390 Words
Pagi harinya, Dave terbangun. Dia melirik ke arah samping tempat tidurnya, namun sudah tak mendapati Anna disana. Dave kecewa. Dia masih mengingat jelas, bagaimana dahsyatnya permainan mereka semalam. Bahkan Dave merasa sangat puas dengan pelayanan yang Anna berikan. Dia pun berjanji, kalau mulai saat ini, Anna akan menjadi wanita panggilan favoritnya. "Simon!" Tak berselang lama Simon pun datang dan menghampiri Dave. Dia membungkukkan badannya di hadapan Dave. "Ya, Tuan Dave, ada yang anda butuhkan?" Dave memijit kepalanya yang terasa berat. "Apa dia sudah pergi?" "Siapa yang anda maksud? Nona Anna?" "Ya, siapa lagi." "Sudah, Tuan Dave, bahkan saya sendiri yang mengantarkannya ke rumah bordir." "Hm, kau sudah memberikan uang tipsnya?" "Sudah, Tuan Dave, seperti yang Anda perintahkan semalam." "Bagus. Tandai dia sebagai orang favoritku! Mulai sekarang, aku akan memanggilnya setiap kali membutuhkan kehangatan." "Baik, Tuan Dave." Setelah itu, Simon pun pergi. Dave beranjak dari tempat tidurnya untuk mandi. Namun pada saat dia menyingkapkan selimut, dia mendapati sebuah bercak darah yang menodai sprei miliknya. Seketika ia mengernyit. "Anna? Apakah itu noda milikmu?" Dave mulai menduga-duga, "Tidak, tidak, tidak mungkin kalau itu milik Anna, bukankah dia hanyalah seorang pekerja seks? Tak mungkin, bukan, kalau dia masih perawan?" Akhirnya Dave pun memanggil Simon kembali. Dia diminta oleh Dave untuk menghubungi Sahukia. Sesuai dengan apa yang diperintahkan Dave, Simon pun menghubungi Sahukia. Tak berselang lama, panggilan itu pun tersambung. "Hallo, Tuan Simon, bagaimana? Kau menghubungiku untuk memuji kinerja pekerjaku, bukan?" Terdengar suara Sahukia dari balik telpon. Dia nampak membanggakan diri atas kinerjanya. "Ini aku!" ujar Dave. Seketika nyali Sahukia menciut. "Oh, Tuan Dave Darian, rupanya. Saya minta maaf, karena telah salah mengira. Jadi, bagaimana? Apa anda merasa puas dengan pelayanannya, Tuan Dave? Anna ini adalah gadis yang luar biasa. Aku pikir, dia tidak mungkin mengecewakanmu!" "Ya, pelayanan yang bagus. Tujuanku menghubungimu, karena aku ingin bertanya padamu! Tolong jawab dengan jujur pertanyaanku, Sahukia! Apa Anna masih perawan saat datang padaku?!" Shaukia tertawa, "Ya, dia masih perawan, Tuan Dave, apa anda kesulitan semalam?" "Shittt!" Dave mengumpat. "Pantas saja, rasanya seperti berbeda," ucap Dave pelan. Namun itu tidak bisa didengar oleh Sahukia. "Tidak. Semuanya berjalan dengan baik. Anna melayaniku dengan sangat baik. Aku puas dengan pelayanannya." Shaukia tersenyum mendengar itu. "Syukurlah kalau begitu, Tuan Dave, aku harap, kau bisa menjadi pelanggan setia kami mulai hari ini. Kami akan menunggu, bookingan berikutnya!" "Ya, tentu. Mungkin aku akan menjadi langganan mulai sekarang." Shaukia tersenyum. Setelah itu, panggilan pun di akhiri. Dave termenung. Dia sungguh tidak menyangka, kalau rupanya, semalam adalah yang pertama bagi Anna. Entah mengapa, dia merasa puas dengan Anna, bahkan dia seperti kecanduan dengannya. "Anna ... Kau memang sungguh luar biasa. Kau akan menjadi kesukaanku mulai hari ini." *** Setelah membersihkan tubuhnya dan bersiap, Dave pun pergi ke kantor untuk bekerja. Namun entah mengapa, pikirannya tidak bisa teralihkan oleh Anna. Bayangan kejadian semalam terus berputar dalam benaknya. Seolah terus mengingatkannya, akan peristiwa yang telah dia alami bersama Anna semalam. "s**t! Kenapa aku tidak bisa berkonsentrasi seperti ini, aku tidak bisa fokus. Bayangan Anna selalu saja menjelma di pikiranku. Apa mungkin aku sudah mulai gila? Hanya dengan satu malam, dia mampu merubah segalanya! Oh, Anna ..., Sepertinya kau bukan Wanita biasa. Aku harus bertemu denganmu lagi, nanti." Dave bergegas menyelesaikan pekerjaannya. Dia sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan Anna kembali. Dia pun meminta Simon untuk menemuinya, dia meminta asisten pribadinya itu untuk menghubungi madame Sahukia kembali. "Simon, panggil kembali wanita yang menemaniku semalam! Aku mau membooking dia lagi untuk malam ini." "Maksud anda, nona Anna, Tuan Dave?" "Ya, siapa lagi?" "Oh, baiklah, Aku akan segera menghubungi Sahukia." Tanpa membuang waktu lagi, Simon pun segera menghubungi Sahukia. Tak berselang lama, panggilan itu tersambung. "Hallo, Tuan Simon, sudah kuduga, kau akan cepat menghubungiku lagi." "Ya, seperti yang kamu harapkan, Sahukia, Tuan Dave meminta nona Anna kembali datang malam ini." "Oh, tapi maaf sekali, Tuan Simon, malam ini Anna sudah di booking orang lain. Dia tidak bisa melayani Tuan Dave. Bagaimana kalau dengan yang lain?" "Tuan Dave hanya menginginkan nona Anna saja, dia tidak mau yang lain." "Coba ditanyakan dulu! Mungkin dia akan berubah pikiran. Lagian, tidak ada bedanya, mau itu Anna, ataupun wanita lain. Mereka sama-sama pekerjaku yang berpengalaman. Aku pastikan, mereka semua tidak akan mengecewakan!" "Baiklah, akan aku tanyakan dulu kepada Tuan Dave." Simon pun menutup panggilannya. "Bagaimana, Simon? Apa Anna bersedia datang malam ini?" "Maaf sekali, Tuan Dave, tapi madame Sahukia bilang, nona Anna sudah di booking orang lain malam ini. Dia tidak bisa datang untuk melayani anda!" "Apa kau bilang?! Anna akan melayani orang lain?! Tidak, tidak, aku tidak bisa membiarkan ini! Cepat hubungi Sahukia kembali, dan minta dia untuk membatalkan semuanya! Anna adalah milikku, dia wanitaku! Hanya aku yang boleh bersamanya, tidak dengan orang lain!" "Tapi, Tuan Dave—" "Cepat hubungi Sahukia!" Simon mengangguk. Dia pun segera kembali menghubungi Sahukia. Namun sayang, kali ini panggilan itu tidak dapat tersambung. Nomor Sahukia sudah tidak aktif. "Maaf, Tuan Dave, tapi nomor Sahukia tidak bisa dihubungi saat ini. Nomornya sudah tidak aktif." "Shittt! b******k! Aku gak bisa tinggal diam. Segera siapkan mobil! Aku akan pergi ke rumah bordir itu, sekarang juga!" Simon mengangguk. Dia pun bergegas menghubungi orang-orangnya untuk menyediakan mobil bagi Dave. Dave pergi ke rumah bordir itu bersama Simon. Dia harus segera sampai ke sana, dan menghentikan semuanya. *** Sementara itu di rumah bordir, Anna sudah bersiap untuk kembali menjalankan tugasnya. Kali ini, Anna mendapatkan pelanggan seorang direktur perusahaan yang juga memiliki kekuasaan. "Anna, ingatlah! Kau harus melayaninya dengan sangat baik. Kau harus memberikan pelayanan terbaikmu untuknya, Apa kamu mengerti?" Anna hanya mengangguk menanggapi itu. Kini dia harus kembali merendahkan dirinya, dan mengulangi kejadian semalam bersama pria yang berbeda. Entah mengapa, Anna tiba-tiba teringat akan persetubuhan dirinya dengan Dave semalam. Jika harus memilih, Anna lebih baik kembali melakukan itu dengan Dave, bukan dengan pria lain. Dia sudah mulai terbiasa melayani Dave. Tapi sayang, sepertinya pria itu hanya akan menggunakannya semalam, tanpa ada malam berikutnya, pikir Anna. Setelah selesai bersiap, Anna pun menaiki sebuah mobil yang sudah menjemputnya. Hingga kemudian, mobil pun melaju meninggalkan rumah bordir itu. Tak berselang lama setelah kepergian Anna, mobil yang ditumpangi oleh Dave dan Simon pun tiba di halaman. Mereka berdua langsung masuk dan menemui madame Sahukia. Shaukia terkejut melihat kedatangan Dave. Dia sungguh tidak menyangka, Kalau pria itu akan merendahkan dirinya untuk datang ke rumah bordir miliknya. "Oh, Tuan Dave, suatu kehormatan sekali, bisa melihat anda datang kesini. Saya yakin, anda kesini karena membutuhkan pelayanan dari pekerjaku, bukan?" Sahukia tersenyum bangga. "Di mana Anna?!" Seketika pertanyaan dari Dave itupun membungkam mulut Sahukia. Dia tidak bisa berkata apapun. "Jawab aku, Sahukia! Di mana Anna?!" Shaukia gemetar. "I-itu, Anna, dia—" "Di mana?!" "Dia baru saja pergi menuju tempat pelanggan barunya, Tuan Dave, Dia akan melayani pelanggannya malam ini!" "Shittt! Cepat hubungi orang itu, dan batalkan kerjasamanya!" "A-apa, Tuan Dave? I-itu tidak mungkin. Kesepakatannya sudah terjadi, saya tidak mungkin membatalkannya begitu saja!" Dave mencengkram leher Sahukia dan mencekiknya. Seketika Sahukia pun meminta ampun. "Baiklah, saya akan segera menghubunginya!" Barulah setelah itu Dave melepaskannya. Shaukia pun bergegas mencoba untuk menghubungi orang yang memesan Anna. Namun sayang, nomor yang dia tuju itu tidak bisa dihubungi. "Maaf, Tuan Dave, tapi nomornya tidak bisa dihubungi!" "Shittt!! Katakan padaku, di mana alamatnya!" "I-itu—" "Katakan, Sahukia! Atau, kau mau usahamu ini aku hancurkan?!" Shaukia lekas menggeleng-gelengkan kepala, "Tidak! Tolong jangan lakukan itu, Tuan Dave, saya berjanji akan mengatakannya padamu!" Mau tidak mau, Sahukia pun memberitahukan alamatnya kepada Dave. Dave pun bergegas pergi setelah mengetahuinya, dia pergi bersama Simon menuju tempat itu. "Cepatlah sedikit, Simon! Aku tidak mau kalau sampai terlambat," ujar Dave dengan tidak sabar. Dia khawatir, Kalau pria itu sudah terlanjur menyentuh Anna. "Sabar, Tuan Dave, saya juga sedang berusaha." Hingga kemudian mobil yang dikendarai Simon itu pun tiba di sebuah Hotel mewah di pusat kota. Dave bergegas keluar dan berjalan menuju Hotel tersebut. Sebelumnya, Sahukia sudah memberitahu Dave, mengenai nomor kamar mereka. Dave bergegas mencari nomor kamar itu. *** Di dalam kamar, pria itu menatap Anna dengan tak sabar. Rupanya pria yang memesan Anna, merupakan seorang pengusaha muda yang lumayan terkenal. "Anna, kamu sangat cantik." Anna hanya tersenyum mendengar pujian itu. "Bisa kita mulai sekarang, Anna?" Anna hanya mengangguk menanggapi. Hingga kemudian pria itupun menjatuhkan tubuh Anna ke ranjang. Namun baru juga pria itu hendak mencium Anna, pintu di dobrak dari luar. "Hentikan semuanya!" Seketika Anna dan pria itupun menoleh ke arah suara.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD