Bab 2. Ancaman dan Kebenaran

1213 Words
Anna bersimpuh di kaki Juan. Dia berharap pada laki-laki itu untuk tidak meninggalkannya di sana. “Aku mohon, Juan, jangan lakukan ini padaku! Jangan tinggalkan aku di sini,” ujar Anna mencium kaki Juan. Bukan mengabulkan permintaannya, Juan malah menendang wajah Anna hingga gadis itu jatuh terjungkal. “Menyingkirlah dari hadapanku, Anna! Sudah aku bilang, aku sudah menjualmu ke tempat ini dan mulai sekarang, tinggallah di sini!” Anna menggeleng-gelengkan kepala. “Tidak! Tolong jangan lakukan ini, Juan! Jangan tinggalkan aku di sini! Aku tidak mau ada di tempat ini!” “Kamu tidak bisa menolaknya, Anna! Kalau sampai kamu berontak, aku tidak akan segan-segan melenyapkan papamu!” “Apa maksud kamu?!” Anna sangat terkejut saat Juan menyebut sang papa yang kini sedang sakit. Juan tersenyum, kemudian dia pun menghubungi seseorang melalui panggilan video. Tak berselang lama, Juan pun memperlihatkan ponselnya itu pada Anna. Di layar tersebut, tampak Diego–papanya sedang terbaring di atas bangsal. Terlihat juga Barbara tengah bersiap untuk membungkam wajah Diego dengan bantal, sementara Clara, dia bersiap untuk mencabut alat bantu pernapasannya. Melihat itu, tentu Anna merasa shock. Dia sungguh tidak menyangka, rupanya, saudara dan ibu tirinya itu ikut terlibat dalam hal ini. “Mama?! Clara?! Jadi, kalian ….” Barbara dan Clara tertawa mendengar ucapan Anna. Mereka merasa puas, melihat Anna ada dalam posisi sulit seperti saat ini. “Ya, Anna, seperti yang kamu lihat! Nyawa papamu ada di tangan kamu sekarang. Hidupnya, akan bergantung padamu! Jika kamu tidak menurut dan melakukan apa yang kami suruh, maka jangan salahkan kami, kalau kamu akan benar-benar kehilangan papamu ini!” Barbara tertawa setelah berucap. Anna menggeleng-geleng tak percaya. “Kalian sungguh jahat! Kenapa kalian tega melakukan ini sama Papa?! Kurang baik apa Papa sama kalian berdua selama ini?! Dia tidak pernah membeda-bedakan di antara kita! Tapi apa? Apa yang kalian lakukan padanya sekarang? Kalian justru ingin melenyapkannya?! Kalian jahat!” “Ya, Anna, kami memang jahat! Kami egois karena kami tidak ingin harta warisannya jatuh ke tanganmu!” “Kalau hanya tentang warisan, kalian boleh ambil semuanya, semau kalian. Tapi tolong! Lepaskan Papa! Jangan kalian sakiti dia!” “Kami tidak akan puas kalau hanya melakukan itu, Anna. Kami juga ingin kamu hidup menderita!” Clara tertawa. Anak buahnya Madame Sahukia membawa Anna dan menariknya paksa. Sementara Juan, dia langsung melakukan transaksi dengan wanita pemilik rumah itu. Anna masih terus meronta. Namun apalah daya, semua percuma. Lawannya adalah pria-pria yang bertubuh kekar. “Apa kau bisa pastikan, kalau gadis itu tidak akan kabur dari tempat ini?!” “Aku akan bicara lagi dengannya nanti. Aku pastikan, kalau dia tidak akan melawan!” “Baiklah, lakukan apa pun asalkan dia mau bekerja padaku! Karena malam ini, aku benar-benar membutuhkan jasanya!” Juan mengangguk. Setelah itu, dia pun pergi ke kamar di mana Anna berada. Melihat kedatangan Juan, Anna yang sedang duduk sambil menangis itu pun langsung menghampiri pria itu. Dia melayangkan satu tamparan keras ke pipi Juan. “Ah, s**t!” Juan meringis. Dia memegang pipinya yang terasa panas atas tamparan yang dilayangkan Anna barusan. Juan pun menatap Anna tak terima. “Anna! Beraninya kau menamparku?!” Namun bukannya takut, Anna justru membalas tatapan Juan dengan amarah. “Tamparan itu, tidaklah sebanding dengan apa yang telah kamu lakukan, Juan! Aku benar-benar tidak menyangka, kalau kamu akan tega menjualku seperti ini! Kamu anggap apa, aku selama ini? Cinta yang aku berikan padamu begitu tulus, tapi kamu malah membalasnya dengan cara seperti ini?!” Juan tertawa mendengar ucapan Anna. “Apa kamu bilang? Cinta? Kamu bilang mencintaiku, Anna? Cinta mana yang kamu maksud? Kamu bahkan tidak pernah memberikanku kesempatan untuk menyentuhmu. Apa itu, yang disebut cinta, hah?!” Juan menatap Anna nyalang. “Jadi, karena itu kamu menjualku, hah?! Karena kamu kesal, tidak mendapatkan itu dariku?!” “Ya, mungkin itu salah satu alasannya. Aku benci sama kamu karena kamu selalu menolakku!” “Cinta tidak harus dengan persetubuhan, Juan, bukankah kita juga sebentar lagi akan menikah? Kita bisa melakukannya setelah itu, tidak harus sebelum menikah.” “Aku maunya saat itu, Anna! Tapi setiap kali aku meminta, kamu tidak pernah mau memberikannya!” Anna terdiam. Ya, memang selama ini dia selalu menolak Juan saat pria itu meminta Anna untuk melayaninya. Tapi dia sungguh tidak menyangka, kalau Juan akan tega menjualnya hanya gara-gara hal tersebut. “Kalau begitu, sekarang kamu boleh melakukannya, Juan, tapi tolong! Jangan tinggalkan aku di tempat ini! Aku tidak mau ada di sini.” Anna mengemis. Berharap kalau pria itu akan berubah pikiran dan membawanya kembali. Akan tetapi, Juan justru malah mendorong Anna agar menjauh. “Maaf, Anna, tapi sekarang aku sudah tidak berselera lagi. Lagian, aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan dari Clara, saudarimu!” “Apa maksudmu?!” Juan tertawa, kemudian dia memperlihatkan sebuah foto di layar ponselnya. Di mana foto tersebut, merupakan foto dirinya dan Clara saat berada di ranjang. Keduanya berpelukan tanpa mengenakan pakaian. Anna pun mengepalkan tangannya melihat itu. “Jadi, selama ini kamu punya hubungan di belakangku sama Clara, Juan?!” Juan tersenyum. “Ya, Clara adalah kekasihku! Dia jauh lebih menyenangkan ketimbang kamu, Anna! Kamu sangat membosankan. Aku tidak menyukai itu!” Anna bangkit dan hendak menampar Juan. Namun, laki-laki itu menahan tangan Anna dan mendorongnya. “Aku peringatkan padamu, Anna! Sekarang kamu sudah jadi miliknya Madame Sahukia. Jadi, menurutlah padanya! Kalau tidak, jangan salahkan aku, kalau kami semua akan mencelakai papamu yang sekarat itu!” “Juan!” Mendengar amarah Anna, Juan malah tersenyum. Merasa puas dengan apa yang terjadi pada Anna dan pergi meninggalkannya begitu saja. Anna terus menangis, dia tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Keadaannya benar-benar tertawan. Jika dia melawan, maka nyawa papannyalah yang akan melayang. Hingga tiba-tiba, Madame Sahukia datang. Dia menghampiri Anna beserta anak buahnya. Wanita itu menatap Anna dengan bangga, jelas dia puas dengan apa yang didapatkannya, sudah dipastikan, kalau Dave Darian Davis tidak akan kecewa dengan persembahannya. “Kamu! Kamu sudah tahu, 'kan, apa yang harus kamu lakukan jika kamu berada di tempat ini?! Kamu harus melayani para pelangganku!” Anna bergidik ngeri mendengar itu. Jangankan untuk melayani para p****************g, Anna bahkan belum pernah melakukan itu sama sekali. “T-tapi, Madame, a-ku belum pernah melakukan itu, a-ku–” “Aku paham dengan apa yang kamu pikirkan, Anna, tapi kamu tenang saja! Aku akan mengajarimu!” Madame Sahukia pun membawa Anna ke suatu tempat. Di mana di tempat itu, seorang pria sudah terbaring di atas ranjang. Madame Sahukia memperlihatkan kepada Anna, mengenai bagaimana caranya untuk bisa menyenangkan pelanggan. Anna diminta wanita itu untuk mempelajarinya. Tak membutuhkan waktu lama, Anna pun sudah pandai menggoda seorang pria. Setelah dirasa bisa, Madame Sahukia pun meminta orangnya untuk menyiapkan Anna. “Anna, dengarkan aku! Malam ini, kamu akan menerima pelanggan pertamamu! Dia adalah seorang CEO muda dari perusahaan besar. Aku harap, kamu akan melakukannya dengan baik malam ini. Jangan sampai mengecewakanku! Kamu ingat, kalau kamu berani macam-macam, aku akan melaporkan ini pada Juan! Dan mungkin, dia tidak akan tinggal diam kalau mengetahui itu!” “Tidak, tidak, aku mohon! Tolong jangan laporkan apa pun pada Juan, aku janji, kalau aku akan melakukannya dengan baik. Tapi tolong, jangan katakan apa pun padanya! Aku tidak mau papaku celaka!” Sahukia tersenyum. Dia pun akhirnya menghubungi Simon–asisten pribadi Dave dan meminta orangnya untuk menjemput Anna.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD