PS.23

1332 Words

"Sekarang anak Papa lapar, ya. Kita makan dulu." Hadi menggendong Azel dan membawanya menghampiri Senja yang kini tengah mengkhayal. "Kia, Azel lapar katanya," kata Hadi, menggendong Azel dan mendudukkannya di atas tikar. "Hem?" Senja menyeka air matanya. "Ada apa, Senja?" tanya Hadi, melihat airmata Senja, air mata yang menyesal pernah menjadi istri dan seseorang yang selalu diabaikan, jika Askia mengingat itu, rasa sesal dan sakit hatinya kembali menganga. "Hem ... aku nggak apa-apa," jawab Senja. "Anak Mama sudah lapar, ya." Senja mengelus lembut rambut putranya. "Nah ini untuk Azel dan ini untuk Papa Azel," kata Senja, membagi makanan di piring Azel dan Hadi. Hadi tersenyum, sesaat kemudian, suara ponsel Hadi terdengar, membuatnya merogoh kantung celananya. Kanaya menelponnya, me

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD