Episode 8. Itu Jahat

1082 Words
"Apa idenya, Ma?" tanya Amora dengan rasa penasaran. "Iya, Ma. Apa ide yang Mama katakan tadi. Apakah idenya bagus karena jika tidak sama saja boong," sahut Naomi balik. "Tenang saja, ini ide bagus kok. Nanti saat pertemuan di rumah ini, kita ungkit saja kenapa dia tidak hamil juga. Mama desak dia untuk hamil nanti kita dengar dia jawab apa. Dan kalau jawaban dia tidak memuaskan, ya Mama minta saja dia bercerai dengan Rangga. Karena keluarga kita tidak ada yang mandul. Semuanya sehat," jawab Nyonya Sherly. Naomi dan Amora saling pandang satu sama lain. Keduanya masih ragu dengan apa yang mamanya katakan. "Ma, kalau Mama mengatakan itu, dia akan ngadu ke Papa jika Rangga selingkuh. Itu bahaya Ma. Apa Mama mau Papa mengetahui jika Rangga selingkuh? Ma, Anggi akan di atas angin jika Papa mengetahuinya. Yang ada, Papa akan murka dan akan ngusir Rangga," ucap Amora yang kurang setuju dengan perkataan sang Mama. "Eh, Mora, dengar ya. Rangga itu tidak mungkin selingkuh, dia itu cuma ngarang. Mana mungkin adik kita itu selingkuh. Rangga itu cinta mati dengan Anggi. Jadi, aku tidak percaya dan kamu jangan percaya begitu saja dengan ucapan Anggi. Kami berdua ikut apa yang Mama katakan," ujar Naomi membela Rangga dan tidak mempercayai tuduhan Anggi juga mengikuti ide sang Mama. "Mama juga yakin anak Mama tidak ada yang selingkuh. Dia tidak mungkin melakukan hal itu terlebih lagi dengan Dina. Dina itu wanita baik-baik, kalau Anggi yang selingkuh Mama percaya. Bagaimana kalau kita balik nuduh dia selingkuh. Sini kalian berdua, Mama mau membisikkan ke kalian ide yang lain." Nyonya Sherly meminta kedua anaknya mendekati dirinya. Naomi dan Amora mendekati Nyonya Sherly. Ketiganya berbisik dan saat mendengar perkataan Nyonya Sherly, keduanya terkejut dan menatap ke arah Nyonya Sherly dengan tatapan tidak percaya. "Itu kejam, Ma. Apa Mama yakin itu akan berhasil. Kalau malah sebaliknya bagaimana?" tanya Amora. "Sebaliknya bagaimana? Kamu bicara yang jelas. Jangan buat kita jadi takut," jawab Naomi. Amora membolakan matanya. Naomi kakaknya tapi dia tidak pernah nyambung kalau bicara. "Ya sebaliknya lah, kita mau melakukan itu ke Anggi, tapi kalau dia tidak masuk jebakan kita dan sebaliknya Papa malah tau jika kita fitnah dia dan yang sebenarnya Rangga lah yang melakukan perselingkuhan itu, maka masalah semakin lebar dan makin bahaya buat kita semua. Dan kamu tahu sendiri Papa banyak mata-mata kalau Papa selidiki dan ketahuan jika ini rekayasa bagaimana?" tanya Amora menatap ke Naomi dan Nyonya Sherly. Naomi dan Nyonya Sherly terdiam saat mendengarkan perkataan Amora. "Bagaimana, Ma?" tanya Naomi membuka suara dan menatap ke arah Nyonya Sherly. "Apa yang bagaimana? Kita tetap melakukannya, jangan takut Mama yang akan lakukan semuanya. Untuk masalah mata-mata tidak akan yang tahu sama sekali. Kalian tenang saja," jawab Nyonya Sherly dengan tegas kalau masalah ini akan dia tangani sendiri. Naomi dan Sherly menganggukkan kepala. Mereka menyerahkan kepada Nyonya Sherly semuanya. *** Di tempat lain, Rangga dan Dina yang sudah selesai bermadu kasih mandi bersama. Keduanya benar-benar menunjukan kemesraan satu sama lain. "Sayang, bagaimana kalau kita ke Mall. Aku mau beli tas yang baru saja launching. Boleh ya?" tanya Dinda sambil merengek dan bergelayutan manja di lengan Rangga. Rangga mendengar rengekkan Dina tersenyum dan mengangguk menyetujui permintaan Dina. "Boleh, selesai mandi kita ke Mall ya. Apapun yang kamu mau akan aku berikan," jawab Rangga. "Serius, ya. Makasih, Sayang. Kamu baik sekali, sudah tampan, kamu juga tidak pelit. Aku makin sayang sama kamu. Love you, Sayang." Dina senang karena Rangga setuju dengan permintaan dirinya. Rangga mengusap surai rambut Dina. Hati Rangga menghangat dan bahagia melihat Dina kekasih hatinya ini senang. Keduanya bersiap untuk pergi dari rumah menuju ke Mall Pondok Indah. Selesai berpakaian, dua sejoli yang mabuk kasmaran bergegas keluar dari rumah dan langsung naik mobil. Rangga meninggalkan rumah dan melaju membelah jalan menuju Mall. "Sayang, bagaimana dengan permintaan aku tadi. Kapan kamu ceraikan istri kamu itu? Aku tidak mau begini-begini terus. Aku mau dihalalkan. Kedua orang tuaku pasti tidak suka anaknya tidak dinikahi. Kita saling cinta dan saling menyayangi satu sama lain, sudah sepantasnya kita menikah. Jangan di tunda lagi, Sayang. Tak baik kata orang tua, harus di segerakan," ucap Dina lagi-lagi merengek meminta Rangga menceraikan Anggi. Rangga mendengar Dina meminta dirinya menceraikan Anggi hanya diam. Rangga tidak tahu harus berkata apa. Dia tidak bisa menceraikan Anggi begitu saja. Dia harus menemukan alasan yang tepat terlebih lagi papanya sangat menyayangi Anggi dan dia juga harus berhadapan dengan kedua orang tua Anggi dan menjelaskan kenapa dia menceraikan anaknya itu. Jangan sampai dia ketahuan oleh keluarga Anggi jika dirinya selingkuh. "Kamu sabar ya, kita pasti akan menikah. Aku masih belum menemukan caranya. Kamu tahu sendiri bagaimana Papa sangat sayang dengan Anggi dan aku juga harus mencari kesalahan Anggi jika aku di tanya oleh kedua orang tua Anggi. Jika sudah pasti aku ceraikan dia, kamu sabar ya, Sayang!"seru Rangga meminta Dina untuk sabar karena dirinya masih mencari cara yang tepat untuk menolak cerai Anggi. Dina mendengus kesal karena dari dulu selalu nanti, nanti. Dina merasa jika Rangga tidak mau melepaskan Anggi. Dina menduga jika Rangga masih mencintai sahabatnya itu. Sesampainya di Mall, Rangga memarkirkan mobil. Setelah itu, keduanya turun dari mobil. Dina memeluk lengan Rangga dengan manja tidak peduli orang melihatnya. Termasuk dua sepasang mata yang menatap Rangga dan Dina yang memasukki Mall Pondok Indah. "Pa, coba lihat itu. Bukannya itu Rangga dan Dina sahabat Anggi ya? Kenapa mereka berpelukan seperti itu. Apa tidak salah lihat ya?" tanya seorang wanita paruh baya saat melihat Rangga dan Dina bermesraan di tempat umum. "Kamu tidak salah. Yang salah itu, kelakuan mereka. Apa si Dina tidak tahu, Rangga itu suami Anggi. Ada apa ini?" tanya pria paruh baya yang menerka ada hubungan apa antara keduanya. "Jangan-jangan, mereka selingkuh? Astafirullah, tidak-tidak itu pasti salah. Kita harus tanya Anggi, ini tidak bisa dibiarkan. Ayo cepat kita ke rumah Anggi. Kita tanyakan ada apa sebenarnya ini, ayo cepat kita pergi!" ajak wanita tersebut untuk pergi ke rumah Anggi menanyakan hal tersebut. Pria tersebut pun setuju dengan ajakan wanita tersebut. Mereka ingin segera mengetahui ada apa ini. Kedua paruh baya itu tidak lain adalah orang tua Anggi. Hati kedua gelisah melihat menantu dan sahabatnya anaknya itu bersama dan terlihat mesra di muka umum. Orang tua Anggi bergegas pergi menuju parkiran dan mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan seseorang. Di tempat tersebut, seorang pria memperhatikan gerak gerik Rangga dan Dina. Pria tersebut mengetatkan rahangnya dan tangannya mengepal dengan erat. Terlihat kemarahan terlihat di raut wajahnya. "Kurang ajar kamu, Rangga." Pria tersebut memaki Rangga dengan suara pelan sambil terus melihat kedua sejoli yang bermesraan tanpa peduli orang sekitar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD