17.

1573 Words
“Oh.. Shitt..” Ku remas rambutku berulang kali. Sakit kepala ini tak sembuh juga. Semua karena ulah seorang gadis tetanggaku. Sejak berkenalan dengan gadis belia itu dua tahun lalu, ketenanganku mulai terusik. Hidupku berubah drastis. Dulu ingin sekali aku meluapkan kemarahan pada seorang gadis yang telah lancang memasuki rumahku tanpa ijin. Tapi melihat gadis itu bertingkah konyol hanya terpaku membuatku jadi ingin bermain-main! Ya. Hanya bermain-main. Juga meneliti kondisi psikologis dan sisi liar dari seorang gadis remaja. Tak kusangka, gadis kecil itu begitu agresip dan terlalu polos. Hingga mempermudahkanku untuk memperdayainya. Kutanggapi apa saja keluhan dan sikap pecicilan yang ada pada dirinya. Aku berikan ia perhatian-perhatian kecil. Membuat ia semakin menggila. Sungguh gadis yang sangat naif. Ibuku sangat senang akan kehadirannya. Rumah menjadi sangat ramai dengan tingkah pola anehnya. Ibuku memang menginginkan anak perempuan sejak lama dan gadis itu hadir disaat yang tepat. Aku pun menganggap seolah-olah hanya ingin mempunyai adik. Tanpa ada rasa sayang sedikitpun. Segala perhatian dan hadiah kecil yang kuberikan padanya semata-mata hanya demi ibuku. Sampai sekarang pun aku masih mempertahankan prinsipku jika aku hanya sedang bermain tanpa rasa apapun. Sebab ini hanya bagian kecil eksperimenku sekaligus bisa membuat ibuku bahagia. Mengapa tidak kumanfaatkan saja? Aku tahu gadis itu tergila-gila padaku, hingga melakukan apapun untuk tetap berada didekatku. Aku mulai menyadari jika ia membawa dampak besar dalam hidupku. Mendengar celotehan tidak masuk akal dari gadis itu, tanpa sadar aku bisa tertawa hangat. Bahkan tanganku refleks mengacak-acak rambut gadis itu. Sentuhan pisik pertama yang telah menjadi candu bagiku. Berlama-lama dengan gadis polos, super ceria, super agresif, dan super semberono menjadi kesenangan tersendiri buatku dikala kesendirianku. Gadis itu berhasil membangkitkan “Alter Ego-ku”. Ya, aku seperti mempunyai jiwa yang lain! Jiwa yang selama ini terkekang di dalam tubuhku, merangsek masuk keluar begitu saja mendominasi akal pikiranku. Permainan ini berbalik menjadi bumerang mengancam diriku sendiri. Gadis itu kini telah mampu menusuk titik terlemahku hingga tiada daya. Aku benci keadaan ini! Aku menjadi lemah. Seperti bukan aku yang sebenarnya. Topeng yang selalu aku pakai untuk bersembunyi berubah sedemikian rupa setelah kedatangan gadis itu. Merasakan ada sesuatu sensasi yang berbeda tiap berdekatan dengan gadis itu. Sesuatu sensasi? Ya. Sebuah rasa yang baru aku rasakan. Tanpa ku sadari satu rasa telah mendiami dan tumbuh subur di dalam sana. “Damn.. Aarrghhh…” Teriakku kesal. Kutarik nafas dalam. Mencoba meredam konflik batin yang ada pada diriku. “Apa yang telah gadis itu perbuat terhadapku.” gumamku. Pikiranku melayang jauh. Bagaimana mungkin seorang gadis kecil ingusan membuat diriku tak tahan ingin selalu menyentuhnya jika berdekatan dengannya. Bahkan seakan kesadaranku melemah kata ‘sayang’ terucap begitu saja dari bibirku. Sebelumnya aku menjauhi semua wanita yang berada di dekatku. Bukan karena menyimpang! Aku lelaki normal. Tapi kuanggap semua wanita sama saja ‘perusak’ kecuali ibuku tentunya. Sulit ku percaya, pertahananku hampir saja runtuh malam itu. Aku hampir saja menjamahnya. Sesuatu milikku telah terbangkitkan dibawah sana tanpa bisa kucegah. Wajahku memerah, memanas. Aku menahannya dengan sekuat tenaga. Kupejamkan mata, mengatur nafasku yang kian memburu. Dalam tenang tidur tubuh si gadis menggeliat dipangkuanku. Aku merasa ada sesuatu yang aneh menjalar di setiap sel darah hingga ke nadi. Aku bukan pengidap Frottage! Tapi entah kenapa tanganku refleks menyentuh bulatan indah gadis itu. Tanpa disadari sang empunya. Ku angkat tangan dan menarik nafas dalam-dalam. Otak pintarku membeku tak memberikan jawaban atas tindakanku. Seperti ada percikan api yang timbul semakin berkobar mengganas. Tring Tring… Ponselku berdering, menyadarkanku dari lamunan. Kugeser pola hijau ke atas pada layar ponsel. “Ya. Dimana kau?” ………. “Aku akan kesana! 2 jam lagi.” ………. “Apa kau tahu hotel itu sangat jauh dari rumahku? ………. “Damn you!” Klik. Aku mematikan ponsel. Kusiapkan segala keperluanku membawa koper serta bergegas keluar rumah dengan cepat. Mulai mengendarai mobilku keluar gerbang. Nyitt.. Aku menghentikan mobil seketika. Mataku menajam melihat ke seberang rumah. Kulihat gadis itu diantar seseorang. Entah siapa? Hatiku memanas, wajahku merah padam. “Kau mencoba bermain-main denganku. Lihat saja apa yang akan kulakukan nanti!” aku menggeram kesal. Kukunci semua pintu termasuk gerbang rumahku. Dan melaju dengan kecepatan tinggi. *** ?​ Ting.. Lift berhenti mencapai lantai 8. Aku berjalan menuju kamar seseorang yang sedang menungguku. Tok Tok.. Ceklekk.. “Kau datang juga saudaraku!” “Tidak perlu basa-basi. Apa rencanamu sekarang katakan? Aku tidak punya waktu.” tanyaku tak sabar. Aku melangkah dan duduk di sofa menyandarkan tubuhku. “Ckck.. Mengapa kau marah padaku saudaraku? Bukan aku yang membuatmu cemburu.” cibirnya. “Apa maksudmu Volte? Cepat katakan apa yang sebenarnya terjadi disana sehingga kau datang ke negara ini!” tanyaku kembali. “Kenapa buru-buru saudaraku? Apa kau tidak tega meninggalkan gadis kecilmu sendirian?” ejek Volte. “Jangan ganggu dia!!” bentakku. “Wow.. Apa yang telah diperbuat gadis tengik itu kepada pria es seperti dirimu? Kau menjadi pemarah sekali.” hujat Volte. “Jika kau berani menyebutkannya seperti itu lagi akan ku robek mulutmu.” berangku. “Aku tak akan mengganggu kesenanganmu adikku. Dia sungguh bukan tipeku. Ya.. Walaupun tubuhnya sangat menggoda.” paparnya santai. Volte menjilat bibirnya serta mengusapnya pelan. Membuat emosiku naik tak dapat kutahan lagi. Bugg.. Kupukul ia hingga sudut bibirnya robek berdarah. Tapi Volte tertawa makin keras, seolah pukulanku tidak menyakitkan. Ibu jarinya mengelap darah di sudut bibirnya dan menjilatnya sendiri. “Well.. Kau telah jatuh cinta padanya.” terangnya. Aku membeku menelaah apa yang baru saja kakakku katakan. Selama ini aku tidak mengakui perasaan itu. “Tidak!! Aku tidak mencintainya.” sangkalku. “Kalau kau tidak mau, aku bisa menggantikanmu untuk menyentuhnya adikku.” Volter tergelak kencang. Membuat kemarahanku meluap-luap. Buggh Buggh.. Kupukul kembali Volte, hingga ia terjatuh ke lantai. “Kubunuh kau, jika berani sekali saja menampakan wajahmu di depannya. Gadis itu milikku.” ancamku. Aku mengklaim gadis kecil itu. Aku sendiri tak tahu kenapa sangat ingin melindungi gadis itu. Menjadi sangat marah saat Volte menghinanya. Amarahku yang sejak tadi kusimpan kulampiaskan kepada Volte kakakku. “Posesif eh.. Senang sekali bisa menggoda manusia es sepertimu adikku, ckck.. Kau memang sudah jatuh dalam pesona gadis kecilmu. Tapi kau terus menyangkalnya. Cuihh..” ia memuntahkan sedikit darah segar. “Damn you! Kau benar-benar menjijikan Volte. Lihat dirimu! Kau bahkan rela bisnismu dikuasai musuh hanya karena wanita bersuami! Memalukan.” hujatku. “C’mon kita sudah dewasa. Aku perlu pemuasan! Lagipula wanita Rusia itu yang datang padaku, bukan aku. Em… Ya dia sangat seksi.” Kilah Volte. “Sudahlah, cepat katakan apa rencanamu? Aku akan kerjakan secepatnya. Dad and Mom sedang sakit. Jangan ganggu mereka lagi.” “Aku meminta waktumu satu minggu ke depan. Aku akan mengambil wilayahku kembali dari tangan Romanov.” terang Volte. “Mengapa selama itu? Aku akan menghancurkannya dalam 2 hari.” “Tidak semudah itu adikku. Perebutan wilayah pasar gelap tidak semudah mengambil mainan dari temanmu sendiri. Kau hanya perlu berada di pulau Sisilia selama seminggu. Yang lain itu menjadi urusanku.” terang Volte serius. “Kau ingin aku menjadi Vandals?” cibirku. “Oh.. Ayolah adikku hanya seminggu. Aku yakin gadis kecilmu akan baik-baik saja. Semua ini demi keluarga kita. Terutama Dady!” tekan Volte. Aku merenung sesaat. Jika sudah menyebut nama dady, aku tidak bisa berkutik. Ku tarik nafas dalam, menenangkan pikiranku. “Baiklah.. Aku akan ke pulau Sisilia besok lusa.” aku mengalah. “Ckck.. Kau akan berpamitan dulu dengan gadismu?” ejek Volte lagi. Volte tergelak keras. “Diam kau b******k! Akan ku urus kau nanti. Setelah urusan ini selesai!! Dan ingat, jangan pernah kau memata-matai milikku lagi.” ancam Revan. Volte tergelak geli, lalu tersenyum miring. Aku sungguh tak sadar dengan apa yang baru saja ku katakan. Milikku? “Kau sadar apa yang baru saja kau katakan adikku? Kau bahkan tidak menerima cinta gadis itu!” ejek Volte. Skakmat. “Aku pulang sekarang.” pamitku karena geram melihat tingkah Volte. “Tunggu! Aku masih membutuhkanmu. Apa kau bawa alat-alatmu?” Aku menggangguk kecil tanpa minat. “Lacak Romanov di Distric Solntsevo. Sistem seperti biasa. Kabarkan secepatnya padaku hari ini juga. Aku akan lancarkan aksi pertama.” cetus Volte. “Fuck.. Ok setelah ini aku pulang. Jangan ganggu aku. Lusa aku akan ke pulau Sisilia. Kau puas?” “Heii… Tenanglah adikku. Aku bisa perintahkan anak buahku untuk menjaga gadis kecilmu itu, jika memang kau sangat khawatir padanya.” hibur Volte. Volte tertawa keras. “Diam kau Volte. Tarik kembali anak buahmu atau aku akan menggagalkan rencanamu.” ancamku tidak main-main. “Baiklah adikku. Aku tarik kembali anak buahku yang sedang menjaga calon adik iparku itu.” ucap Volte santai sambil melangkah ke balkon. Volte menghisap cerutunya di balkon hotel melihat pemandangan luar. Pikirannya tengah menerawang ingin mengambil alih wilayahnya yang sudah direnggut klan Romanov asal Rusia. Pukul 9 pagi aku sampai di rumahku. Rasanya lelah sekali. Kucoba menutup mata mengistirahatkan tubuhku yang lelah. Rasanya aku sudah gila. Dalam manikku selalu nampak bayangnya. “Siren.” gumamku pelan. Kucoba tidur kembali meskipun ada perasaan tak nyaman di hatiku. Teringat puluhan pesan singkat yang dikirim oleh Siren. Rupanya ia sangat mengkhawatirkanku. Tapi mengapa dia dengan pria lain? “Gadis bodoh! Aku akan membuatmu tak akan bisa berpaling lagi.” tekadku. Alarm dari layar ponselku berdering membangunkan tidur ayamku. Dilayar ponselku tertuliskan happy brithday Siren. Oh.. Mungkin aku benar-benar gila. Siapa yang telah berani menyimpan tanggal kelahiran Siren di ponselku? Pasti kerjaan ibuku. Aku jadi memiliki rencana lain pada gadisku. Akan kubuat gadis itu bertekuk lutut kepadaku. Itulah hukumannya jika berani bermain-main terhadapku. Trett trett.. Ponselku bergetar. Ibuku mengirim pesan singkat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD