Aku tersenyum menatap wajah tenang Radista yang tengah tertidur, bulu mata lentiknya, senyum cerianya serta setiap ucapan menyebalkan yang keluar dari mulutnya terekam jelas oleh otakku. Aku mengelus pipi mulus yang sedikit chubby itu, sepertinya dia kelelahan lantaran semalam kita, ehm-ya kalian tau lah kita habis ngapain. “Sepuluh detik, itu artinya lo bakalan suka sama gue” Spontan aku menarik tanganku yang masih mengelus pipi nya, Radista mengerjap-ngerjap seraya menatapku. “Ngapain pake sok-sokan ngelus-ngelus pipi segala?” tanya dia. Aku mendengus “Baru bangun aja udah ngeselin banget, kan gue makin sayang, Ra” Aku menutup mulut, sialan! kenapa makin kesini aku merasa otak dan mulutku tidak bisa sinkron? apa jangan-jangan sekarang mulutku bekerja sama dengan hati, bukan lagi dengan