"Maria Cullen, saya memilih engkau menjadi istri saya. Saya berjanji setia kepadamu dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit, dan saya mau mencintai dan menghormati engkau seumur hidup.”
"Adrian Castello, Saya memilih engkau menjadi suami saya. Saya berjanji setia kepadamu dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit, dan saya mau mencintai dan menghormati engkau seumur hidup.”
Riuh tepukan tangan memenuhi gedung besar itu.
Adrian, sang mempelai pria membuka tudung wajah wanita yang baru saja menjadi istrinya. Mereka bertatapan beberapa saat, tatapan tanpa nyawa dan isyarat Adrian untuk mencium wanita itu.
Mata Maria terpejam dan Adrian segera mencium wanita itu, membuat tepukan dan ruangan semakin heboh.
Mereka satu hari untuk menjalani berbagai rangkaian acara pernikahan sebagaimana harusnya.
Hingga saat tengah malam, pesta usai, mereka menginap di hotel yang telah di siapkan oleh kedua keluarga.
"Aku lelah, jangan berharap ada malam pertama hari ini." ucap Adrian langsung membuka pakaiannya, menyisakan celana pendek, pria itu melempar diri ke atas kasur.
"Kau gila? Kau pikir aku mengharapkan hal itu terjadi? Punggungku hampir patah, dan kau sangat jorok sekali. Badan penuh keringatmu dan kau belum mandi. Menjijikkan." cela Maria sambil menghapus riasannya.
"Terserah apa yang mau kau katakan, istriku, aku tak peduli." ucap Adrian yang matanya sudah tertutup.
Maria memutar bola matanya. Dia seorang dokter, penggila kebersihan dan tidur bersama pria yang sedari pagi beraktivitas tanpa mandi hingga malan hari membuatnya merasa geli.
"Tolong siapkan satu kamar untukku." gadis itu menelepon asistennya, menghela nafas kasar karena tak nyaman dengan keringat di tubuhnya.
"Kau mau pergi?" tanya Adrian saat gadis itu bergerak keluar.
"Ya. Kau pikir aku mau tidur dengan pria jorok sepertimu?" ucapnya menghina.
Adriana hanya menyeringai. "Oh, baguslah. Aku adalah suamimu. Mulai besok hingga kita mati aku akan tidur di sampingmu. Senang memikirkannya."
Maria berdecak, wanita itu keluar dari hotel itu, segera menuju kamar yang sudah di pesankan untuknya.
Maria tidak tau bagaimana kehidupannya kedepan, namun sepertinya tidak akan berubah banyak, dia akan tetap melakukan apa yang dia lakukan sebelumnya. Dan Adrian pun juga begitu.
Maria tidak mau berfikir panjang tentang pernikahannya. Kalau nanti mereka tidak cocok, berarti harus berpisah, namun jika Adrian bisa di ajak bekerja sama, maka mereka akan tetap bertahan.
Maria membersihkan dirinya di bawah guyuran shower. Gadis cantik itu keluar dengan handuk terlilit di tubuhnya, dia terkejut saat melihat Adrian sudah berada di atas kasurnya.
"Apa yang kau lakukan!" mood gadis itu berubah.
Adrian mengangkat tas di tangannya. "Bajumu di antarkan ke kamar kita, aku takut istriku akan kedinginan jika harus telanjang malam ini. Apalagi tanpa pelukanku."
Maria mendengkus, menarik tas itu. "Sudah. Sekarang kembali ke kamarmu! Aku tak suka baumu!"
Adrian tidak tersinggung, pria itu malah terkekeh. "Kalau aku membersihkan diri, kau mau tidur denganku?"
"Aku ingin istirahat, jangan membuatku pusing." ucap Maria kesal.
Adrian mengangguk. "Baiklah, malam ini kubiarkan kau menikmati waktumu sendiri. Karena besok aku ingin meni*urimu." ucap pria itu blak-blakan.
"Kau gila?" tanya Maria sarkas.
"Ya. Aku gila jika aku tidak tergoda dengan tubuh istriku yang ternyata sangat-sangat seksi. Aku menantikan malam kita. Bagaimana pun kita harus membuatkan orang tua itu cucu." ucap Adrian. "Baiklah, selamat malam istriku." Adrian berlalu begitu saja, meninggalkan Maria yang menatap pria itu jengkel.
***