Happy Reading!
-
-
-
Akhirnya aku tiba di daerah akademi Violetfay, dimana ada Dominic Hartmann, yang merupakan salah satu penyihir hebat di kekaisaran ini, setidaknya itu informasi yang ku dapat dari pendeta Mathias.
Mataku tidak berhenti mengedip sembari melihat keseluruhan akademi itu dari luar.
"Akademi ini lebih besar dari dugaan ku."
Sebenarnya aku sudah tahu soal akademi ini, bagaimana tidak, akademi ini sangat terkenal akan prestasinya dan dukungan dari kekaisaran langsung, aku tidak tahu banyak, tetapi dulu ketika aku masih menjadi wanita bangsawan yang aktif dengan pergaulan kelas atas, sehingga aku sering datang ke berbagai acara, salah satunya pesta teh, yang merupakan acara paling banyak membahas isu, gosip, berita dan lainnya, lalu saat itu ada salah satu dari teman yang mengundangku memiliki saudara yang bersekolah di akademi sihir ini dan menceritakan sedikit soal akademi ini.
Ada tiga area di akademi ini, yaitu area sekolah, area asrama dan area umum.
Area sekolah berisi fasilitas sekolah sedangkan area asrama berisi fasilitas asrama, kalau area umum merupakan area dimana boleh di kunjungi oleh orang luar selain murid akademi.
Kereta kuda ku sampai di gerbang besar Violetfay, seorang penjaga mendekati jendela kereta ku.
"Katakan tujuan mu nona." Ujar penjaga itu.
"Aku ingin ke area umum, untuk mengunjungi perpustakaan Violetfay." Jawab ku singkat, penjaga itu mengangguk.
Kemudian ia berjalan ke arah Louis yang berada di kursi kemudi, "Nanti tuan bisa pergi ke arah kanan jalan ini." Unjuk penjaga itu mengarahkan Louis.
"Baik, terima kasih." Jawab Louis lalu melanjutkan perjalanan.
Tanpa alasan yang jelas, jantungku berdegup sangat kencang, aku menarik nafas dan menghembuskan nya perlahan untuk menenangkan sedikit. ini sedikit aneh, tapi rasanya aku sangat antusias dengan hal ini.
Tidak lama kemudian, aku sampai di gedung perpustakaan Violetfay, aku terpukau dengan besar nya gedung ini, ada kemungkinan lebih besar dari mansion Garthside.
"Saya akan menunggu di sebelah sana nona." Unjuk Louis di sebuah area kosong depan gedung.
"Baik, terima kasih Louis." ujarku, kemudian melangkah masuk ke arah gedung.
Tangan ku membuka kenop pintu besar gedung ini, lalu bergerak membuka nya, dan.
"Uhuk-uhuk!" aku terbatuk karena di sambut oleh debu-debu yang berterbangan, aku mengibas tanganku dan membuka pintu itu lebih lebar.
"Sepi sekali, juga...kotor dan berantakan..." Ucapku pelan, seperti dugaan ku perpustakaan ini sangat besar, tetapi buku-buku nya tidak tertata rapih, ada yang berada di lemari, juga ada yang bertumpuk di luar lemari, malah beberapa di antaranya berserakan di lantai.
'Sekarang aku tidak bisa membayangkan sama sekali seperti apa tuan Dominic Hartmann yang di maksud pendeta Mathias...'
Pikirku sembari mendengus pelan, lalu aku berjalan menelusuri lebih dalam, gedung ini memiliki dua lantai terbuka, yang seharusnya diisi buku dengan rapih, dan ada dua lorong, seperti nya itu menuju ke tempat lain, tetapi aku mencari sosok tuan Dominic Hartmann.
Tapi aku tidak melihat seorang pun selain buku-buku disini.
'Sepertinya aku harus menunggu disini, aku harap ia tidak lama, aku takut orang tua ku tahu kalau aku tidak pergi ke mansion Castillon...'
Aku terdiam, kemudian teringat lagi dimana Reithel tidak pernah bersikap peduli padaku, ia hanya membiarkan aku berada di sekitarnya, tetapi tidak begitu menganggap diriku.
"Benar, tidak ada yang perlu di khawatirkan, datang atau tidak nya aku ke mansion itu, dia juga pasti tidak peduli." gumam ku sembari mendengus panjang.
Aku bergerak menoleh ke sekitar ku, mencari tempat untuk duduk, tetapi aku mengurung niat ku, ketika melihat buku-buku perpustakaan yang berantakan ini.
'Setidaknya aku bereskan sedikit, akan membosankan jika menunggu tanpa melakukan apapun.'
Aku mendekati salah satu tumpukan buku yang hampir setinggi ku, lalu aku mengambil yang paling atas, kemudian membaca judulnya.
"Sejarah sihir." Baca ku pelan.
Aku melihat ke arah lemari buku yang letaknya tidak jauh dari tempatku berdiri dan beberapa celah kosong pada lemari itu.
Aku berjalan mendekati lemari itu dan membaca judul buku yang berada di sana, dan semuanya mengenai sihir.
Aku menatap tumpukkan buku yang tadi.
'Ada kemungkinan semua buku ini berkaitan dengan hal yang sama.'
"Baiklah kita rapihkan yang ini dulu, tetapi kita harus menurunkan buku yang di lemari ini dan mengurutkan ulang." Aku berbicara sendiri.
Aku menurunkan seluruh buku yang masih berada di lemari, ada beberapa rak lemari yang tinggi, tapi aku melihat tangga kecil, aku mengambil tangga itu dan melanjutkan pekerjaan merapihkan buku itu.
Setelah selesai menurunkan seluruh buku itu, kemudian aku mengelompokkan semua bukunya lalu merapihkan ke lemari, butuh waktu sekitar sejam, hingga akhirnya aku menyelesaikan satu lemari.
"Hahaha, lihat ini sangat rapih, kerja bagus diriku." Ujarku sambil menepuk-nepuk bahu ku sendiri.
Kegiatan tadi membuat ku senang, dan aku juga puas akan hasil kerja keras ku.
Aku melipat kedua tanganku di depan d**a, lalu menghela nafas pelan, dan terpikir oleh sosok tuan Dominic Hartmann yang di maksud pendeta Mathias.
'Pendeta Mathias bilang, beliau memang tinggal disini, tapi aku tidak melihat batang hidungnya sama sekali, bahkan di sini tidak ada siapapun.'
Aku teringat kembali dengan peristiwa jelang hukuman mati ku, dimana banyak orang yang tidak peduli padaku, hal ini membuat dadaku terasa sesak.
Aku bergerak menggeleng kepalaku, lalu mengelus dadaku pelan, dan berusaha bernafas tenang.
'Aku harap tuan Hartmann tidak seperti mereka, tetapi jika pendeta Mathias yang menyarankan seharusnya ia berbeda, karena pendeta Mathias juga sosok yang sangat berbeda dari anggota kekaisaran yang kutahu.'
"Wah Benar-benar hebat, kerja bagus nona, terima kasih telah meringankan pekerjaan ku." Ucap seseorang sembari mengelus kepalaku, seketika gerak ku berhenti dan aku terdiam, kepalaku menoleh ke sosok yang tiba-tiba muncul di sampingku.
Sosok pria tinggi besar berambut jingga cerah dengan manik mata hijau tosca yang tajam, pria itu menatap ku sedangkan aku terkejut dalam diam menatapnya.
"Hai?"
"UWAHHHHHHH!!!!!" aku langsung menjauh dan memberi jarak dengan pria itu.
"Si-si-si-siapa kau??" Tanya ku dengan sangat terbata-bata.
"Oh maaf, apa aku mengejutkan mu?" Ujar nya sambil berjalan pelan menghampiri ku.
"Sangat..." Aku menekan kata ku dengan pelan, kemudian mendengus pelan dan mengelus d**a.
"Tu-tunggu! Katakan siapa kau." Aku sedikit panik melihat dia memotong jarak ku sedikit demi sedikit.
"Aku Dominic Hartmann, salah satu penyihir terhebat di kekaisaran Roxane, penjaga perpustakaan Violetfay dan salah satu master yang mengajar akademi ini, salam kenal nona, omong-omong Mathias memberi tahu ku, kau mencari ku kan?" Ucap panjang pria itu, seketika aku terdiam mengangkat kedua alis.
"Ah...ja-jadi kau tuan Dominic Hartmann, benar aku mencarimu." ujarku, tetapi kemudian aku menautkan alis bingung.
'Eh? kapan pendeta Mathias memberitahunya??'
"Barusan dia mengirimkan anigi miliknya untuk memberitahu ku." sahut tuan Hartmann, seakan membaca pikiranku.
"Anigi?" Aku mengerutkan alis semakin bingung.
"Kau tidak tahu? ku pikir kau tahu, padahal itu hal sangat dasar dalam sihir, itu artinya kau bukan penyihir ya." Ucapnya, Alisku mengerut menatapnya tidak mengerti.
"Mathias memberitahu ku bahwa kau butuh bantuan, tapi sebenarnya aku malas." ucapnya sembari menyilang tangannya di depan d**a, seketika aku sedikit kesal dengan orang ini.
'Tidak Eloise, kau harus sabar, disini posisinya kau membutuhkan nya, setidaknya aku harus bertahan hingga mendapat apa yang ku inginkan, yaitu informasi.'
"Walau begitu, dia bilang kasus mu sangat menarik, karena itu coba kau ceritakan secara singkat dengan satu kalimat mengenai kasus mu." Pria itu menunjukkan jari telunjuk nya sembari tersenyum.
Mataku terbelalak terkejut, "eh satu kalimat??", karena aku butuh banyak kalimat ketika menceritakan tentang diriku pada pendeta Mathias.
"Cepat 10 detik dari sekarang, satuuu, duaaa." Pria itu mulai menghitung sembari mengayun-ngayunkan jari nya.
"Ah ituuu, tunggu sebentar!" Aku kebingungan, aku menatap ke berbagai arah secara acak dan berpikir.
"Limaaaa, enammmm." Hitungan nya semakin berkurang, aku mengatupkan gigi ku kencang, orang ini benar-benar membuatku panik sekaligus kesal.
"AKU ADALAH ORANG YANG KEMBALI DARI MASA DEPAN!" ucapku dengan kencang hingga bergema di ruangan ini.
"Sebenarnya kau tidak perlu berteriak." Ujar nya menaikkan sebelah alisnya.
"Kau membuatku panik...." Aku kembali menekan kalimat ku dengan pelan dan menatapnya sedikit jengkel, pria itu menarik senyum miring kemudian ia memegang dagunya dan menatapku dengan alis terangkat sebelah.
"Buktinya?" tanya pria itu, aku mengangkat kedua alisku.
"Buktikan, coba ceritakan salah satu yang akan terjadi di masa depan, apapun itu.
Aku tidak bisa langsung mempercayai mu, karena kau bisa saja berbohong, aku bukan Mathias yang polos dan baik hati ya." Jelasnya, sembari mengangkat kedua bahunya.
Aku terdiam sebentar.
'Wajar sih jika dia menanyakan hal itu.'
Aku tahu satu hal yang akan pasti terjadi, dan itu akan berpengaruh pada kekaisaran.
"Yang mulia kaisar Gellius....akan mulai sakit keras empat tahun lagi."
Benar, saat hukuman mati ku di putuskan olehnya, beberapa hari setelahnya aku mendengar dari sipir penjara kalau kaisar Gellius sakit keras, kondisinya belum terlalu parah, ia masih bisa menghadiri beberapa hal penting, tetapi dengan syarat dia harus di awasi tabib dan meminum obat yang banyak.
Saat itu kondisi kekaisaran juga menjadi semakin kacau karena putri Charol belum sadar hingga hukuman mati ku dilakukan.
Aku terdiam menundukkan pandangan ku, sepertinya ia tidak akan percaya.
"Hmm, tidak kuduga kau tahu, berarti kau benar-benar kembali ke masa lalu ya." Ujarnya dengan ringan.
Aku mengangkat kepalaku dan menatapnya dengan mata berbinar-binar, "Kau percaya padaku?" tanya ku, pria itu mengangguk.
"Kaisar mengatakan nya padaku soal sakitnya, dan hal itu juga hanya di beritahu orang tertentu saja, jika orang seperti mu tahu, ada kemungkinan besar itu terjadi." ujarnya, sedangkan aku menghela nafas lega ketika mendengarnya.
"Baiklah, sesuai yang kukatakan dan kau inginkan, aku akan membantu mu." ucap pria itu, aku tersenyum sumringah, tetapi.
"Tentu saja dengan syarat." Tambah pria itu dengan senyum penuh arti, seketika sabit di bibir ku menghilang dan menatap pria itu dengan alis bertautan.
'Yah memang tidak mungkin gratis, ingatlah Eloise, tidak semua orang itu baik.'
Aku menarik nafas pelan dan menatap tuan Hartmann, "Baiklah, apa syaratnya tuan? akan ku penuhi semampu ku." ujar ku sembari menautkan tangan, pria itu mengangguk-angguk dengan senang, dan berjalan lebih mendekat padaku, sedangkan aku tetap diam sembari meremas gaun ku.
'Aku harap ini tidak sulit...'
Pria itu menarik nafas dan bicara.
"Jadilah asisten ku di perpustakaan ini."
-
-
-
To be continued