Part 1

1355 Words
Dibalik kalimat manis: "Maukah engkau menjadi pacarku?" Sebenarnya berbunyi: "Maukah engkau berzina denganku?" Langsung dibaca ya semoga sukaaaa ••• Aiza memandang penampilan dirinya dicermin, semangat baru yang akan dimulai. Dari seragam OSPEK yang dikenakannya mencerminkan dia akan melanjutkan Study disalah satu Universitas tempatnya di Bandung. Aiza saat ini sedang merapikan lagi pakaian nya dengan pernak-pernik yang tak biasa seperti topi dari bola plastik, gelang dari tali rafia berhiaskan gantungan permen untuk mahasiswa, pita-pita kain berwarna senada dengan bandera Fakultas, hingga papan nama dari kardus bekas. Tak terasa baru kamaren Aiza tertawa puas dengan teman SMA nya dan sekarang udah kuliah aja. Aiza melirik sekilas jam yang bertengger manis dipergelangan tangannya itu yang masih menunjukan jam setengah tujuh. Aiza segera turun setelah melihat penampilannya. Aiza memandang lembut sambil tersenyum tipis kearah keluarganya yang saat ini sedang breakfast, tapi tidak bisa dipungkiri Aiza sedikit cemberut karena merasa tidak di panggil oleh Umminya untuk bergabung. Aiza merasa bahagia melihat keharmonisan keluarganya itu. Aiza berjanji Ia akan membanggakan keluarganya. "Assalamualaikum Ummi Abi," Ucap Aiza sambil tersenyum lebar. "Wa'alaikumsalam Sayang, Anak Ummi cantik banget hari ini." Ucap Ummi Maira sambil tersenyum menatap putri kesayangannya. Aiza yang mendengar jawaban Ummi nya hanya tersipu dan memilih duduk disamping Abinya yang pendiam itu. "Sayang, Apa kamu suka dengan Universitas yang kamu pilih?" Ucap Abinya. "Aiza suka banget bi, karena teman Aiza juga milih Universitas yang sama dengan Aiza." Ucap Aiza sambil tersenyum bahagia. "Alhamdulillah kalau begitu Ummi dan Abi turut ikut senang." Ujar Umminya sambil tersenyum simpul. "Sayang, Kamu perginya naik apa?" Ucap Abinya. "Aiza naik Motor aja Abi, takut Abinya telat kalau antar Aiza lagi." Ucap Aiza sambil tersenyum. Aiza melirik lagi jam yang masih bertengger manis di pergelangan tangannya. Omg !! Telat! "Astaghfirullah, Ummi Abi Aiza berangkat dulu ya, Assalamualaikum. " Ucap Aiza panik sambil mencium kedua tangan orang tuanya. "Wa'alaikumsalam, Hati-hati Sayang." Ucap Ummi Abinya dengan lirih heran dengan perilaku anaknya. ••• Aiza memasuki Area kampusnya dengan tergesa-gesa. Ia terlambat. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa pesona seorang Aiza bisa saja memikat siapa saja yang melihat nya. Tapi Aiza tidak terlalu peduli karena saat ini yang dia pikirkan dia harus segera sampai kekampusnya. Jangan sampai dia dimarahi oleh kakak senior nya dihari pertamanya. Itu hal yang sangat memalukan!! Siapa yang tidak terpesona dengan seorang Aiza Munadiah. Aiza yang memiliki ciri fisik yang sangat enak untuk dipandang. Tingginya 165 cm, beratnya 48 kg, kulitnya putih bersih dengan sedikit kepucatan, hidungnya mancung mungil tapi tak semancung orang Turki, dan kedua pipinya dihiasi oleh lesung pipi yang sangat manis jika dilihat ketika ia tersenyum. Rupa yang sangat perfect bukan? Aiza melihat sahabat nya yang sedang melambai tangan nya berniat menyuruh Aiza harus segera sampai sebelum kakak senior mereka menyuruh membuat barisan diLapangan yang luas itu. "Assalamualaikum Nas, Maaf terlambat." Ucap Aiza dengan nafas yang memburu. "Wa'alaikumSalam Za, syukur belum dimulai, kalau udah dimulai bisa kenak marah kamu sama kakak kelas." Ujar Anaz dengan khawatir. Aiza mengamati sekitar, ia mengernyitkan dahinya ketika sahabatnya yang satu lagi tak disekitarnya. "Eh, si Qilla mana?" Anaz berdengus. "Oh si Qilla lagi jajan tuh, capek aku bilangin kalau bentar lagi baris tapi nggak di dengar!" Aiza menggeleng kecil. "Di-- "Heii... Heii pada kangen yaa, sekilas aku dengar kalian ngomongin aku nih?" Qilla merangkul bahu Aiza. Aiza menoleh. "Panjang umur kamu Qil, baru diomongi dah nongol aja!" Qilla menyengir. "Yok lahh, kita baris dah telat banget tauhh, nunggu kalian!" "Yeee siapa juga yang suruh lo nunggu!" Anaz medelik tajam kearah Qilla. Qilla memajukan dagunya seolah menantang. "Udah udah, jangan pada ribut, yok kita baris!" Aiza memisahkan mereka sebelum terjadi perang dunia ketiga. ••• Di hari pertama Ospek memang sangat melelahkan dengan cuaca yang sangat panas bahkan banyak mahasiswa lainnya yang mengeluh dengan cuaca seperti ini. Dapat disimpulkan bahwa kakak senior itu menjelaskan bagaimana kita sebagai Mahasiswa baru (Maba) harus bersikap sopan santun dan ramah kepada senior yang lebih tua. Dan kita juga harus menjalin pertemanan baru dengan Maba lainnya. Setelah selesai, mereka pun melangkahkan kakinya ke kelas yang jaraknya sedikit jauh. "YaAllah panas banget nih bumi." Qilla mengeluh tanpa henti, dengan tangan yang mengipas-ngipas wajahnya. Aiza mengilap piluh di dahinya. "Jangan banyak ngeluh Qill, syukurin aja!" Qilla hanya mengangguk singkat, tapi tetap saja bibir itu tak berhenti mengeluh. Aiza menggeleng kepala melihat Qilla. Aiza memandang Anaz yang hanya diam, sama seperti Qilla, jika dilihat dari raut wajahnya, sahabatnya satu itu pasti mengeluh tanpa diucapkan dari bibir. Anaz menutup wajahnya dengan jilbab. Aiza sedikit heran dengan tingkah sahabatnya yang satu ini. Untuk apa menutup wajah? "Naz, kamu ngapain sih, jilbabnya di buat gitu?" Anaz menoleh. "Panas banget Za, aku takut wajahku tiba-tiba menghitam, kan ga banget Za!" Qilla mendelik mendengar Anaz. "Emang udah hitam Naz, lo kan ga putih juga!" Anaz menatap Qilla tajam. "Yee enak aja lo Qil, aku capek tahu maskeran 24 jam setiap harinya, demi memutihkan wajah, dan akhirnya wajah aku putih walaupun ga putih banget sih." Nada bicara Anaz sedikit memelan diakhir kalimat. "Tuh nyadar." Qilla terkekeh dalam hati. Ia hanya ingin membuat Anaz sedikit kesal. "Udah dong, kalian nih ketemu selalu berantam aja, nggak bosan apa?" Qilla tersenyum. "Gak dong, suka gemes tahu sama Anaz," Qilla mencubit kedua pipi Anaz keras. "Nihh pipinya tuhh tembem banget, hahhaa." Qilla berlari ke kelas, setelah berhasil membuat pipi Anaz memerah. Anaz menghentakkan kakinya kesal bercampur amarah, lalu mengejar Qilla yang sudah berlari jauh darinya. "Ihh Qillaa, awas aja tunggu pembalasan aku!" Qilla hanya membalas dengan menjulurkan lidahnya seolah mengejek. Aiza tersenyum melihat tingkah sahabatnya yang selalu seperti ini, membuat dirinya tidak akan pernah bosan untuk bersama. Semoga persahabatan mereka akan terjalin sampai ke Jannah-Nya. ••• Aiza, Anaz dan Qilla berjalan melewati koridor sambil tersenyum dengan kebercandaan mereka. Setelah Anaz berhasil membalas perlakuan Qilla tadi dengan menggelitik Qilla sampai keluar air mata, dia merasa puas. Dan mereka kembali akrab setelahnya, berkat adanya Aiza yang juga turut serta dalam melerai perkelahian mereka. Mereka berdoa, semoga banyak ilmu yang mereka dapatkan dan juga bermanfaat, bukan hanya bermanfaat di dunia saja, namun juga diakhirat. Apapun yang mereka do'a kan semoga dapat terkabul. Aiza, Anaz dan Qilla mengambil jurusan yang sama yaitu keperawatan. Seolah mereka tidak ingin terpisah sedikitpun. Saat mereka hendak membuka pintu kelas ada seseorang yang lebih dulu membukanya dengan kasar. Seorang gadis yang berparas cantik yang tidak menggunakan kerudung. Aiza tersentak kaget dengan begitu pun sahabatnya. Aiza memandang gadis itu prihatin, itu sama saja kita akan menyeret kedua orang tua ke Neraka, karena gadis itu tidak mau menuruti perintah Allah, perintah untuk seorang Muslimah yaitu memakai jilbab sampai menutupi dadanya. Dalam hati Aiza berdo'a, 'Ya Allah bila memang dia Muslim semoga hatinya bergerak untuk segera menutup auratnya.' "Astaghfirullah, Kamu kok gitu sih kasar banget kenapa tidak dengan cara pelan-pelan saja bukanya?" Ucap Anaz dengan sedikit Emosi. "Uupsss sorry, emang ada masalah buat loe, ni kampus bukan punya loe kan!" Ucap si gadis itu dengan sinis. Aiza, Anaz dan Qilla hanya ber istighfar dalam hati. Dan mereka melanjutkan jalannya menuju tempat duduk. Anaz dan Aiza duduk bersama sedangkan Qilla duduk terpisah dengan kedua sahabatnya itu. Baru saja Aiza ingin meletakkan tas nya, tiba-tiba di kejutkan dengan suara Qilla yang begitu cempreng. "Za, Kamu dengar gak barusan ada gosip kakak senat kita yang ganteng itu, baru aja nembak cewek yang ada di kelas sebelah." Ujar Qila dengan heboh lalu duduk didepan Aiza. Qilla memangku wajah dengan kedua tangannya, seolah sedang menghayal. "Aku iri deh sama mereka apalagi kakak senat kita itu termasuk Most wanted dikampus ini lhoo, beruntung banget ceweknya itu bisa tuh nambah followers." Ujar Qila dengan muka dibuat sedih. Aiza dan Anaz hanya saling pandang sambil pasang raut binggung dengan kata 'Beruntung', beruntungnya apa coba? Yang ada nambah dosa. Padahal sudah jelas dijelaskan dalam surah Al-Isra ayat 32 yang berbunyi : "Dan janganlah kamu mendekati zina sungguh itu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." ~...~ Hihihihi Aku baru pertama kali buat cerita dan itu baru pengalaman pertama.... Semoga kalian suka ya Maaf kalo masih banyak kesalahan or typo bertebaran maklum aajj baru pertama buat kok... Jangan lupa vote biar aku tambah semangat buat ceritanya .... Vote sebanyak-banyaknya oke Salam sayang @safira__rmn02
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD