1 : Awal
Kenan masih merasakan tatapan itu menusuk punggungnya, tatapan dari seorang wanita yang ia tinggalkan di lobi bangunan apartemen.
Tak ada sedikit pun titik penyesalan lahir di hati, yang ada ia merasa lega keluar dalam garis frustrasi meskipun tahu ini hanya sebentar. Setelah menyelesaikan studi nanti atau kembali saat liburan, Kenan tak menampik bahwa ia akan merasakan lagi seperti apa hubungan pernikahan tanpa cinta.
Mobil milik ayahnya membawa ia menuju bandara. Kenan sengaja tak membiarkan Nada ikut mengantarkan sampai ke bandara, karena sudah pasti rencana pertemuannya dan perempuan yang dicintai akan batal.
Sesampai di bandara, ia melihat wanita itu duduk di deretan bangku tunggu. Kenan menghampiri Viona, memeluk tubuh yang selalu membuatnya nyaman. Tangisan di bahu pun pecah.
Kenan berpikir, bahwa ia diciptakan hanya untuk membuat orang-orang didekatnya merasakan sakit. Viona bukan orang pertama ia torehkan luka, wanita yang ditinggalkan di lobi tadi menjadi terakhir saat Kenan memutuskan kembali ke London lebih cepat karena menghindari pernikahan serta kekangan orang tua.
“Jangan lupain aku, ya,” ucap Viona di sela tangisnya.
“Aku janji, itu nggak bakalan terjadi,” bisik Kenan menenangkan.
“Kalau aku libur, aku janji bakalan ke London buat ngelihat kamu.” Viona menenggelamkan wajah di d**a bidang Kenan, “kamu nggak perlu balik ke Jakarta, aku yang ke sana.”
Kenan setuju dengan apa yang diucapkan Viona, tetapi ia tidak terlalu berharap. Mengingat Ayah dari Viona sangat tak menyukai hubungan mereka berdua, akan sulit bagi wanita itu pergi ke London dengan maksud menemui Kenan.
“Kamu nggak perlu janji.” Kenan mengecup puncak kepala Viona, “tapi aku tetap nungguin kamu.”
Viona mendongak menatap bola mata hitam legam Kenan. “Jangan lirik cewek lain, ya.”
Kenan mengangguk.
“Jangan telat makan.”
Ia kembali mengangguk.
“Tidur jangan larut.”
“Iya, Sayang.” Kenan mengecup kening Viona, “aku cinta kamu,” bisiknya.
Viona tersenyum senang sekaligus pilu. “Aku juga,” balasnya.
Kenan tahu ini tidak sehat, masih menjalani hubungan romansa bersama perempuan lain di saat ia telah memiliki istri yang sangat mencintainya. Namun, ia tak bisa mengelak pada rasa yang telah hadir lebih dulu di antara ia dan Viona, maka jangan menyalahkannya karena mengabaikan wanita itu.
Kenan benci Nada, ia tak menyukai wanita itu yang begitu mencintainya. Ia tak menyukai fakta bahwa Viona dan Nada adalah saudara sepupu. Saat ia menjatuhkan Nada di hadapan Viona, sudah pasti ada pembelaan dari kekasihnya itu.
Baik Kenan maupun Viona sudah terluka dengan perjodohan tersebut.
Jadi, maafkan dirinya yang mencari kebahagiaan di sela takdir yang tak ia inginkan.
∞
Suara pena menggores kertas dan juga suara tombol ditekan menyeruak terdengar di dalam ruangan kedap suara. Ialah Kenan, sosok yang kini tengah duduk di balik meja sedang menautkan kening, tanda bahwa sedang menekuni pekerjaanya.
Sebagai pewaris tunggal perusahaan yang telah dirintis sejak kakek buyut, pria tersebut tak ingin membuat kesalahan hingga berujung usaha keluarga hancur di tangannya. Sejak menyelesaikan studi S2 di London, Kenan kembali dengan tujuan menggantikan sang ayah dalam pekerjaan tersebut.
Namun, meskipun sudah pensiun, beberapa kali ia harus mendapatkan kunjungan dadakan di kantor atau apartemen untuk mendengarkan deretan petuah. Semua ucapan ayahnya selalu mengarah ke peringatan tentang menjadi CEO, dan juga tentang pernikahannya.
Kenan memijat pelipis, ia bersandar sebentar di sandaran kursi, kemudian kembali menatap laptop. Pekerjaan ini telah ia lakukan sejak jam sembilan pagi sampai sekarang waktu menunjukan tiga puluh menit sebelum waktu pulang.
Meskipun sibuk bukan berarti ia akan melupakan jam makan. Sosok yang ia sayangi selalu mengingatkan sekalipun itu hanya dalam bentuk suara tanpa sosok dan juga tulisan di layar. Namun, Kenan tetap menuruti karena jika tidak habislah riwayatnya.
“Sayang, ayo pulang.”
Kenan mengalihkan pandangan ke arah pintu di mana seorang wanita tengah berdiri dengan anggun, memakai rok dan blus yang mencetak jelas tubuh indah tersebut. “Sebentar, kamu duduk dulu,” ucap Kenan dan kembali tenggelam ke dalam layar tipis di hadapannya.
“Kamu suka gitu, deh, kalau udah di depan kerjaan,” omel wanita tersebut.
“Tinggal dikit, kok, Yang. Kamu duduk dulu.” Kenan kembali memberikan isyarat kepada Viona untuk duduk di sofa.
“Sepuluh menit nggak selesai, aku bakalan seret kamu.” Viona masih tetap mengomel, tetapi mengikuti ucapan pria tersebut.
Sudah enam belas tahun Kenan menjalin kasih dengan Viona. Namun, tak kunjung meresmikan ke dalam suatu hubungan yang lebih serius. Syarat tersirat dari orang tuanya yang tak mengizinkan, karena ia yang masih berstatus suami orang. Lebih tepatnya, ia harus bercerai terlebih dahulu.
Viona tetap sabar menunggu sampai berkas gugatan cerai lengkap dan masuk ke deretan berkas di pengadilan agama. Lima belas tahun Kenan menyandang status sebagai suami dari Nada Adinan, dan selama itu pula Kenan Mahadri ingin lepas dari hubungan tersebut. Alasannya adalah ingin menikahi Viona, sepupu dari istrinya, kekasih sejak ia di bangku SMA.
Di umur yang ke 33 tahun ini, Kenan berencana akan segera menyelesaikan perceraian dan langsung menarik Viona ke pelaminan. Sudah sangat lama ia menunggu tanpa kepastian dari istrinya, wanita yang tidak ia inginkan.
“Sepuluh menit.” Viona memecahkan keheningan, “ayo.”
Menghela napas, Kenan merapikan apa yang ada di hadapannya dan bermaksud untuk menyelesaikan di apartemen, “Aku beresin ini dulu, ya.”
----
Seperti biasa, setelah mengantarkan Viona pulang, Kenan akan masuk ke dalam apartemen bersuasana dingin dan sunyi. Ia sudah terbiasa dengan keadaan ini, sejak tujuh tahun yang lalu saat ia kembali dari London menyelesaikan studi. Saat itu, ia mengajak Viona ke rumah orang tuanya dan langsung diberikan respons tak baik. Bukan hanya karena ia sudah beristri, tetapi juga karena kedua orang tua tak menyukai sifat wanita itu.
Viona seorang model yang telah merintis karir sejak masih duduk di bangku SMA, dan berlanjut sampai satu tahun lalu. Entah angin dari mana, wanita itu berhenti dari profesinya dan memilih untuk mencoret-coret di atas kertas. Pilihan wanita itulah membuat Kenan gencar untuk menceraikan sang istri, dan tentu ditentang oleh kedua keluarga.
Wanita yang ia cintai telah dibuang oleh keluarga sejak Kenan membawa Viona ke hadapan orang tuanya dan mengatakan maksud serta tujuan mereka. Ialah satu-satunya orang yang berada di sebelah wanita itu.
Kenan menyalakan shower dan membasahi tubuh lelah dengan air hangat. Entah kenapa, setiap menginjakkan kaki di dalam apartemen, ia merasa masuk dalam kegelapan yang disebut dengan kesepian. Tentu Kenan tak ingin berasumsi bahwa hal ini disebabkan oleh Nada.
Pemicu berkas perceraian masih berada di dalam laci meja kerja, karena istrinya menghilang entah ke mana. Bahkan kedua orang tua wanita tersebut tak tahu keberadaan Nada. Kenan sedikit menaruh curiga jika wanita itu disembunyikan agar tidak pernah datang ke sidang perceraian mereka, karena suatu syarat dari ayahnya.
Saat menyelesaikan studi strata satu, Kenan kembali dan bermaksud untuk menceraikan Nada. Sungguh ia terkejut saat orang tua wanita itu malah mengira bahwa Kenan mengajak Nada ke London.
Suara ketukan di pintu kamar mandi membuat Kenan mematikan shower. “Siapa?”
Apartemen ini bukanlah tempat pribadi baginya, selain ia yang bisa berlalu-lalang di sini, orang tuanya, kekasih, dan juga sahabat dengan sangat mudah akan masuk seakan pemilik sah tempat tersebut. Kenan akui, ia pun bukanlah pemilik sah apartemen yang ia tempati sekarang. Ini adalah hadiah pernikahan dari orang tuanya dan di atas namakan oleh sang istri. Saat wanita itu kembali, maka Kenan harus bersiap untuk dilempar keluar.
“Gue, Juna.” Suara sahutan terdengar dari balik pintu.
“Tunggu di sana, gue mau mandi dulu.” Kenan kembali menyalakan shower.