"Bagus ! Saya jadi gak perlu repot-repot habisin uang buat menghidupi anak yang bukan darah dagingku. Mulai detik ini kamu bukan istriku lagi. Kutalak tiga kamu Niken!"
Bagai tersambar petir rasanya Niken mendengar talak dari Fahri. Suami yang dia cintai mentalak dirinya langsung padahal dirinya sedang hamil 5 bulan. Dia pikir gertakannya akan membuat Fahri menyadari akan kesalahannya, tapi yang terjadi justru Fahri mentalak cerai dirinya.
"Baik." Kata Niken tegas sambil menghapus air matanya.
"Terima kasih mas Fahri atas talaknya. Saya tunggu surat perceraian dari anda secara hukum. Ingat satu hal mas, selama aku menjadi istrimu tidak pernah sekalipun aku membantahmu, tidak pernah sekalipun aku melawanmu, dan aku juga tidak pernah melakukan apa yang kamu tuduhkan kepadaku." Kata Niken dengan berlinang air mata kembali.
"Mulai hari ini aku sudah bukan istrimu lagi. Dan aku tidak akan lagi menginjakkan kakiku lagi disini. Aku bersumpah mas, hari-harimu tidak akan pernah merasakan kebahagiaan, karena disetiap hembusan nafasmu dan aliran darahmu akan selalu ada bayangan anak dalam kandunganku ini. Anak yang katamu hasil dari perselingkuhanku dengan Niko. Dan ingatlah mas, disaat kamu sudah menyadarinya dia sudah bukan anakmu lagi." Lanjut Niken.
"Ayah, ibu Niken pamit. Maaf kalau selama ini Niken belum bisa menjadi menantu yang baik untuk ayah dan ibu." Pamit Niken.
"Maafkan ayah nak. Ayah tidak bisa menjadi orang tua yang baik untuk kamu dan cucu ayah."
"Tidak ayah. Ayah sudah cukup baik pada Niken. Niken sudah menganggap ayah sebagai ayah kandung Niken sendiri. Niken sayang sama ayah." Kata Niken sambil mencium tangan ayah mertuanya.
"Masih bolehkan ibu menganggapmu anak ibu ?"
Niken mengangguk.
"Sampai kapanpun Niken tetap anak ibu. Niken sayang sama ibu."
"Niko makasih ya atas kebaikan kamu selama ini. Maaf kalau aku ada salah."
"Ken, gue antar pulang ya?"
"Terima kasih. Tapi saya bisa pulang sendiri Niko."
"Assalamualaikum."
******
5 tahun kemudian
"Jadi bagaimana ?"
"Maaf bos kami belum bisa menemukan keberadaan ibu Niken."
"Bodoh sekali kalian! Sudah kubayar mahal-malah masak cuma nyari perempuan saja tidak bisa ?"
"Maaf pak, tapi kami sudah mencarinya hampir kesetiap desa di setiap kecamatan juga tidak menemukan keberadaan bu Niken."
"3 tahun aku membayar kalian, tapi tidak berhasil sama sekali! Tidak becus !"
"Maaf bos dari Sragen, Karanganyar, Klaten, Boyolali kami sudah memutarinya tapi tetap tidak ada bos."
"Jogja ? Magelang ? Selidiki juga !"
"Siap bos. Kami permisi dulu."
Seperginya dua orang suruhan Fahri dia memijit pelipisnya yang tidak sakit. Dia kemudian mengambil ponselnya. Hidup Fahri hancur semenjak dia berpisah dengan Niken. Perceraian Fahri dengan Niken berjalan dengan sangat cepat. Niken tidak pernah datang sama sekali dalam persidangan sehingga itu mempermudah proses cerai yang dilakukan oleh Fahri.
"Halo Shinta !"
"Halo sayang .... Tumben kamu nyari aku ?"
"Siapkan saya gadis yang paling cantik."
"Lagi ? Kan dua hari lalu sudah ?"
"Jangan banya bicara ! Saya bilang ingin ya ingin! Bukankah kamu juga mendapatkan uang imbalan dariku !" Bentak Fahri.
"Fahri ! Fahri ! Beruntungnya mereka kamu bayar mahal-mahal hanya untuk menemani karaoke doang. Tidurin dong !"
"Gue gak butuh tubuh mereka !"
"Okeoke .... Gue ngerti. Kayanya sumpah Niken bener-bener kejadian ya ? Atau emang jangan -jangan elo bener-bener ...... "
"Sekali lagi lu ngomong, gue ga akan mau lagi kenal sama elo!"
"Iya, iya. Nanti malam seperti biasa kan ? Nanti gue telpon kalo cewek pesenan elo udah ready."
Telpon mati.
Hidup Fahri benar-benar hancur saat sidang putusan perceraiannya dengan Niken dikabulkan oleh hakim. Bahkan Fahri sudah tidak bisa lagi menemukan jejak Niken di kota ini. Awalnya dia merasa biasa, tapi semakin lama dia merasa ada yang hilang dari hidupnya. Dia mencoba mencari hiburan. Bersama Shinta dia mencoba melakukan semuanya. Dari mabuk hingga hampir makelove. Tapi itu belum sampai kejadian karena di dalam fikiran Fahri selalu muncul wajah Niken. Berapa banyak uang yang Fahri hamburkan untuk membuang segala kegundahan hatinya setiap kali dia teringat akan bayangan Niken.
Fahri menyerah, karena dia merasa rugi membayar berjuta-juta uang untuk menyewa perempuan bayaran tapi tetap saja junior miliknya tidak bisa menegang, secantik dan seseksi apapun perempuan yang dibawa Shinta untuknya pada akhirnya hanya berakhir dengan sebuah perbincangan saja.
"Keluarlah !" Perintah Fahri.
"Tapi bahkan kita belum ?"
"Saya tidak memintamu kesini untuk berhubungan denganku. Apakah Shinta tidak mengatakannya padamu ?"
"Shinta sudah bilang, tapi aku pikir dengan uang sebanyak itu kamu akan ..... "
"Saya hanya butuh teman untuk berbincang. Bukan untuk tidur bersama."
"Apa aku kurang cantik ?"
"Cantik. Bahkan sangat cantik." Puji Fahri.
"Lalu kenapa ?"
"Saya tidak membutuhkanmu untuk itu. Haruskah saya ulang sekali lagi ?"
"Oke oke. Aku mengerti. Terima kasih untuk bayaran kamu. Jika kamu membutuhkanku, kamu bisa cari aku kapan saja."
"Oke." Jawab Fahri singkat.
******
Niko tersenyum bahagia. Karena hari ini dia mendapatkan izin cuti dari kantornya. Niko memilih untuk tidak bekerja satu perusahaan dengan kakaknya Fahri. Dia memilih mencari pekerjaan di tempat lain. Saat ini dia terpilih menjadi seorang manager dari restoran cepat saji di Solo.
Setiap 3 bulan sekali Niko meminta cuti kepada bosnya yang ternyata teman kuliahnya dulu untuk cuti 2 hari. Dia bilang ingin refreshing ke Jogja. Padahal yang sesungguhnya adalah dia ingin menemui Niken dan putrinya disana.
"Kamu boleh benci dengan kakakku. Tapi kamu jangan membenciku." Kata Niko.
"Aku tidak pernah membencimu Niko. Aku hanya perlu waktu untuk melupakan segalanya yang berhubungan dengan mas Fahri."
"Apakah aku juga ?"
"Tidak Niko, bukan seperti itu maksudku. Aku .... "
"Biarkan aku menolongmu. Anggaplah aku orang lain. Anggaplah aku tidak ada hubungan apa-apa dengan bang Fahri. Aku janji hanya kita yang tau. Bahkan aku akan menutupinya dari keluarga besarku termasuk abang."
Ya. Selama ini Nikolah yang memberikan tempat tinggal untuk Niken. Dia yang banyak membantu Niken dari keterpurukan. Dia juga yang membawa Niken dan orangtua Niken pergi dari kota Solo dan hijrah ke Jogja untuk menjauh dari segala sesuatu yang berurusan dengan Fahri. Tidak bisa dipungkiri, entah sejak kapan itu benih cinta itu mulai muncul di dalam di Niko. Pada awalnya dia berusaha untuk menepisnya karena Niken adalah kakak iparnya. Tapi semenjak perceraian itu Niko berjanji akan menjaga dan merawat Niken. Bahkan dia akan menerima anak Niken sebagai anaknya jika memang Niken mau menerima cintanya nanti.
Niko melihat cincin bermata merah itu sekali lagi sebelum akhirnya dia menutup kotak perhiasan berbentuk hati itu. 5 tahun sudah cukup lama bagi Niko memendam rasa yang dia miliki pada Niken, dan hari ini dia akan mengutarakan semuanya pada Niken. Niko bahkan berencana ingin melamar Niken.
"Beli es degan gula jawa 1 ya mbak." .
"Nikooooooooooo !!!!!!" Teriak Niken.
"Suprise !"
"Kok gak bilang sih mau kesini ? Aku kan jadi ga nyiapin makanan buat kamu."
"Kalo ngomong, nanti gak surprise."
"Halah .... Tapi kan aku gak ada apa-apa disini."
"Banyak. Ada pecel, ada sayur bayem, ada oseng kikil, masak gak ada?"
"Doyan ?"
"Doyanlah. Deandra mana ?"
"Tadi pergi sama ibu Nik, Deandra minta diantar ke rumah Mila teman sekolahnya."
"Dean udah sekolah ?"
"Udah. Dia merengek minta sekolah, niatnya mau taun depan aja biar gak kelamaan sekolahnya. Tapi dia ga mau."
"Ya gpp, kan biar dia nambah temen juga kan. Buat pengalaman dia aja. Tapi jangan terlalu dituntut ini itu. Kasian soalnya."
"Niatku juga gitu. Yaudah sih yang penting dia ngerti aja belajar itu apa. Oiya kamu cuti berapa lama ?"
"Cuma dua hari. Besok sore aku balik ke Solo."
"Tumben cepet ?"
"Iya, soalnya bos lusa mau ke Jakarta, jadi aku harus udah ada disana buat jaga resto besok."
"Oh ....."
"Maaf ya aku gak bisa sering-sering kesini buat ngunjungin kamu, ibu dan Deandra. Sebenarnya aku juga ingin sering-sering. Tapi pekerjaanku tidak bisa mengijinkanku untuk sering-sering kemari." Kata Niko sambil meraih tangan Niken.
"Ga apa Niko, aku ngerti. Kamu bisa ngluangin waktu buat jenguk kita aja kita udah seneng kok."