Masih di dapur dalam villa.
Adam melihat Amanda yang berada di dapur tersebut. Secara kebetulan dia ingin merasakan kopi manis yang hangat. Hingga akhirnya, dia meminta Amanda untuk membuatkan dia kopi.
"Bisa bikinin saya kopi, hehehe. Maaf ya saya nyuruh kamu jam tiga gini, mau bangunin Mbok Iyem nggak tega soalnya," ucap Adam.
"Eh, nggak apa-apa kok, tenang aja. Tapi nya... temenin aku di dapurnya, ya?" pinta Amanda.
"Memangnya kenapa?" tanya Adam.
"Aku takut hehehe." Amanda meringis.
"Oalah hahaha, hayo aku temenin kalau begitu, aku mau liat cara kamu bikin kopi," ucap Adam.
"Emangnya Mas Adam nggak bisa buat kopi?" tanya Amanda.
Adam menggelengkan kepalanya.
"Kalau di rumah aku biasa minta tolong pembantu, atau mama yang buatin. Kalau lagi di distro aku beli," ucap Adam.
"Oh, anak orang kaya begitu ya, semua serba dilayani," ucap Amanda.
"Ya nggak gitu juga sih," sahut Adam.
"Oh iya, Mas Adam tadi punya distro, nah distro itu apa, sih?" tanya Amanda seraya merebus air panas untu membuat kopi hangat milik Adam.
"Begini ya, distro itu singkatan dari distribution store atau distribution outlet, atau toko pakaian lah. Sejenis toko yang menjual pakaian dan aksesori yang dititipkan oleh pembuat pakaian, atau diproduksi sendiri. Distro umumnya merupakan industri kecil dan menengah yang sandang dengan merk independen yang dikembangkan kalangan muda. Nah, distro aku ini buatan aku sendiri dengan merek dagang AKlambe," ucapnya.
"Aklambe?" tanya Amanda.
"Iya, artinya Adam Klambe, baju buatan Adam, gitu deh." Senyum yang dilukiskan Adam makin menawan.
"Mas Adam yang buat pakaiannya sendiri, jahit sendiri gitu?"
"Ya bukan aku, ada penjahitnya. Aku hanya buat rancangan modelnya seperti design aus atau celana jeans, topi juga ada. Nanti pihak konveksi yang jahit, lumayan lah bisa buat bantu-bantu Taman Aksara punya Mbak Mira sama anak-anak yatim," ucap Adam.
Amanda sampai menatap pria itu penuh takjub. Adam benar-benar sosok sempurna baginya. Pria tampan kaya raya, pengusaha muda, tetapi masih suka berbagi dan beramal dengan yang membutuhkan. Pria itu juga terlihat menyukai anak-anak. Tatapan gadis itu sampai membuat Adam salah tingkah juga.
"Jangan ngeliatin aku kayak gitu," ucap Adam menjentikkan jarinya di hadapan Amanda.
"Eh, maaf ya. Duh, aku sampai lupa lagi buat kopi."
Amanda lalu meletakkan bubuk kopi hitam dan gula ke dalam cangkir berukir batik, lalu dia tuangkan air panas yang sudah mendidih ke dalam cangkir. Gadis itu tak sengaja terkena air panas di punggung tangannya.
"Duh, panas aw sakit!" pekik Amanda.
Adam langsung meraih tangan gadis itu dan membawanya ke bawah kan air. Getaran cinta itu makin terasa menusuk relung hati Amanda. Dia malah menatap lekat wajah tampan milik pria di sampingnya itu.
"Ya ampun cakep banget," lirih Amanda.
"Kamu bilang apa?" tanya Adam.
"Eh, nggak bilang apa-apa." Amanda langsung menarik tangannya dari genggaman tangan Adam.
Pria itu malah menarik Amanda ke pelukannya. Dia mendekatkan wajahnya ke wajah sang gadis. Embusan napasnya mulai terasa hangat menerpa permukaan pipi gadis itu.
Degup jantung keduanya makin berdetak dengan kencang. Adam makin mendekat dan akhirnya mengecup bibir Amanda dengan penuh kelembutan.
Tiba-tiba, tangan Amanda terasa panas sampai membuatnya kesakitan dan mengembalikan dirinya. Dia tersadar dari lamunan. Gadis itu ternyata masih dan sedang membuat kopi.
"Awww!" Amanda tak sengaja terkena percikan air panas kala itu.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Adam.
"Aku, aku nggak apa-apa." Amanda masih mencoba mencerna bayangan yang tadi dia bayangkan. Senyum tipis tersungging di sudut bibirnya.
Adam langsung memegang jemari Amanda yang terkena air panas. Pria itu langsung membawa tangan si gadis untuk dibasahi di bawah air keran mengalir lalu dibersihkan dengan tisu.
Hati Amanda makin bergejolak. Jantungnya berdegup kencang. Kejadian itu sama persis dengan yang dia bayangkan sebelumnya hanya saja tak ada kecupan bibir kala itu.
"Sudah baikan, kan?" tanya Adam.
"I-i-iya, terima kasih."
Adam tersenyum dengan manisnya lalu mengambil cangkir kopi buatan Amanda dan menyeruputnya.
"Hmm, enak juga ternyata buatan kopi kamu. Manis nya pas, manisnya kaya yang buat," puji Adam.
"Haduh, Mas Adam mah bikin ge er aja, saya jadi malu dengernya," ucap Amanda.
"Bener kok, nanti calon suami kamu pasti suka kopi buatan kamu," puji Adam.
"Ah, Mas bisa aja! Eh, tapi pacar aja saya nggak punya gimana mau cepet punya suami."
Adam tertawa ringan mendengarkan celotehan Amanda. Setelah menghabiskan kopinya lalu pria itu mendekati sang gadis. Dia mendekatkan wajahnya. Mereka kini saling bertatapan sampai membuat Amanda salah tingkah .
"Terima kasih, ya, kamu balik tidur lagi sana!" ucap Adam sambil mengelus kepala Amanda dan berlalu ke kamarnya.
Amanda terpaku dan tak bergerak diam seribu bahasa. Tubuhnya seperti tersihir dan membeku. Setelah sadar mendengar cekikikan salah satu hantu perempuan, gadis itu langsung berlari saat beranjak menuju kamarnya dan melanjutkan tidurnya. Dia tak menyangka kalau barusan membayangkan hal yang tak pernah dia lakukan sebelumnya dan tak patut dia bayangkan itu.
*
Keesokan harinya, matahari terlihat cerah saat menyambut rombongan peserta didik Taman Aksara itu ke halaman belakang dekat kolam renang. Kegiatan pagi di hari terakhir di villa itu akan diisi oleh kegiatan senam aerobik bersama yang dipimpin oleh Nenek Ratih dan Mbak Mira.
"Eh, distro Kak Adam di mana, sih?" tanya Mella.
"Di pertokoan Jaya Baru dekat Mall Kota," sahut Adam.
"Mall itu apa? Aku belum pernah ke Mall soalnya, hehehe," sahut Amanda.
"Oh iya, gimana kalau malem minggu besok kita ke Mall?" Mella mencoba menawarkan pada Amanda untuk mengenalkan Mall pada gadis itu.
"Aku bilang nenek dulu, kalau diperbolehkan sama nenek, nanti aku ikut," jawab Amanda.
"Bagaimana kalau nanti aku yang jemput?" tanya Adam.
"Wah, ide bagus duh nanti ngerasain juga naik mobil Kak Adam, tapi nanti pacarnya marah," ucap Mella.
"Pacar? Mas Adam ternyata punya pacar?" tanya Amanda dengan spontan.
"Iya, aku punya pacar udah mau tunangan malah, tapi dia sibuk banget sama jadwal modelingnya," sahut Adam.
Amanda langsung merasa tertohok seperti ada busur anak panah yang melesat tepat ke jantungnya kala mendengar Adam sudah memiliki seorang kekasih.
Ponsel Adam mendadak berbunyi terdengar suara seorang wanita berteriak sampai pria itu menjauhkan ponselnya dari daun telinga pria itu.
"Duh, cewek kalau lagi PMS suka marah-marah, ya? Aku teleponan di sana dulu, ya," ucap Adam lalu beranjak pergi dari hadapan Amanda dan Mella.
"Pasti ceweknya tuh yang telepon," ucap Mella.