Ketika Tuhan kini mencampurkan kondisiku. Antara impianku yang menjadi kenyataan. Namun kondisi yang berlawanan. Juga posisi yang berseberangan. Emosiku begitu campur aduk, apalagi setiap aku bertemu pria ini. Setiap hari aku bertemu dengannya dalam ruang yang sama, tak lantas membuat aku terbiasa. Apalagi dengan sikap dingin dan tatapan benci darinya. Disebut menyakitkan, namun aku enggan mengakui jika aku sakit. * “Ada apa, Kak?” tanyaku pada Kak Arthur. Kenapa dia mengajak Tiff untuk pergi ke tempat yang sepi. Kak Arthur tak mungkin mengajakku untuk melakukan sesuatu yang aneh dengannya. Jika di kamar saja ia terlihat anti padaku, apalagi di tempat umum begini. Ah, jangan berpikir yang aneh-aneh. Kak Arthur masih belum menjawab, ia menoleh ke kiri dan kanan untuk memasti