"Buka baju lo sekarang!" pinta Aska penuh penekanan.
Bunga menggelengkan kepala seraya menggigit bibir bawahnya keras.
"Gue bilang buka, ya buka!" Aska mulai menaikan nada suaranya.
"Tapi, Tuan, saya itu 'kan hanya pembantu di rumah ini, apa Tuan tidak malu jika nanti berhubungan sama saya, terus saya hamil, Tuan punya anak dari seorang pembantu?"
"Jangan banyak omong, layani gue sekarang!" Aska mendorong tubuh asisten rumah tangganya hingga terhempas ke atas ranjang. Menatap gadis cantik itu seolah seperti buruan yang siap dinikmatinya.
***
Beberapa jam sebelumnya, tepat di sebuah restoran mewah tampak seorang pemuda berwajah tampan baru saja mengakhiri hubungan dengan kekasihnya secara sepihak.
"Kita putus!"
"Nggak! Aku gak mau putus dari kamu, Aska! Salah aku apa? Kurang aku apa? Aku udah berikan semuanya sama kamu, aku bahkan selalu nurut sama kamu," jawab sang gadis sedikit terisak.
"Ya, jawabannya udah jelas. Gue bosan sama sama lo, Eva, dan kita udah gak cocok," jawab Aska santai tanpa merasa bersalah.
"Pokoknya aku gak mau putus sama kamu!" Eva penuh penekanan.
Aska seketika berdiri tegak seraya mengenakan kaca mata hitam untuk menutupi kedua matanya. "Terserah lo aja, pokoknya gue mau kita putus. Titik!" tegasnya penuh penekanan lalu hendak melangkah.
"Sebenarnya lo cari cewek yang kayak gimana sih, Ka?" sahut Eva seraya mengusap kedua matanya yang sempat berair. "Gue ini cantik, iya. Tajir, iya. Setia juga, iya! Kalau gue yang sempurna kayak gini aja masih buat lo bosen, gue sumpahin lo dapet jodoh pembokat!"
Aska tersenyum miring lalu kembali melangkah tanpa menanggapi sumpah serapah yang baru saja dilontarkan oleh wanita yang baru saja ia sakiti hatinya.
"Dasar bad boy! Gue sumpahin lo dapet bini yang lebih jelek, bau, norak dan miskin!" teriak Eva penuh emosi.
Akan tetapi teriakannya tetap saja diabaikan oleh Askara Wijaya Kertarajasa putra semata wayang dari Hartawan Kertarajasa pengusaha kaya raya yang memiliki perusahaan timah legal terbesar di negara ini. Pemuda berusia 25 tahun itu melanjutkan langkah kakinya tanpa terusik dengan teriakan Eva bahkan tidak peduli meskipun dirinya tengah menjadi pusat perhatian bagi para pengunjung yang sedang menyantap makanan di meja masing-masing. Aska meninggalkan restoran menggunakan mobil sport Lamborghini berwarna hitam salah satu koleksi pribadinya.
Pemuda itu melajukan kendaraan mewahnya dengan kecepatan tinggi karena keadaan jalan yang memang sedikit lenggang membuatnya bisa dengan leluasa memutar stir. Sampai akhirnya, Aska terpaksa menginjak pedal lem secara mendadak karena seorang wanita yang tiba-tiba saja menyebrang dan hampir saja tertabrak oleh mobil miliknya.
"Sial!" umpatnya kesal lalu segera keluar dari dalam mobil. "Hey! Kalau nyebrang liat-liat dong, emangnya jalanan ini punya Nenek moyang lo apa?"
Aska berjalan menghampiri seorang wanita yang tengah terduduk tepat di bahu jalan karena terjatuh. Wanita berpakaian sederhana lengkap dengan tas berukuran besar yang melingkar di bahunya itu sontak menoleh dan menatap wajah Aska tajam lalu bangkit dan berdiri tegak.
"Hey! Seharusnya situ yang harus hati-hati, mentang-mentang horang kayah, seenaknya wae gitu kekebutan di jalan? Dasar edan!" umpat sang wanita menggunakan aksen Sunda kental menatap wajah Aska tidak kalah tajam.
Aska seketika mengerutkan kening. "Alah! Ngomong apaan sih lo? lo dari desa ya?" decak Aska tersenyum menyeringai.
"Hayu minta maaf dulu sama aku, 'kan kamu hampir nabrak aku tadi," pinta sang wanita seraya berkancah pinggang.
"Minta maaf? Hahahaha! lo yang salah kenapa gue yang harus minta maaf?" Aska kembali berdecak kesal.
"Dasar horang kayah gak tau etika ya, udah salah masih aja gak mau ngaku. Baik, kalau kamu nggak mau minta maaf sama aku," sahut wanita yang masih belum diketahui namanya itu lalu meraih batu krikil yang berada tepat di bawah kakinya.
Wanita itu tiba-tiba saja berjalan menghampiri mobil Lamborghini yang memiliki harga selangit itu dan menggoresnya memanjang, membuat Aska seketika merasa terkejut hingga kedua matanya membulat bahkan seperti hendak melompat dari tempatnya bersemayam saat ini. Bibir seorang Aska pun nampak dibuka lebar benar-benar merasa kesal.
"Hey! lo lagi ngapain? Haaaa!" bentak Aska segera menghampiri lalu menghempaskan tubuh wanita itu kasar. "Apa lo tau berapa harga mobil ini, hah?"
"Aku tak peduli, nyawaku juga mahal tau!" decak wanita itu santai, tanpa tau bahwa mobil yang baru saja dia gores memiliki harga ratusan juta atau bahkan miliaran.
Aska mendekatkan wajahnya tepat di depan goresan memanjang yang berada dipermukaan mobil mewahnya. Wajahnya terlihat kesal, kedua alisnya pun nampak saling ditautkan merasa tidak habis pikir dengan kelakuan wanita berpenampilan kampungan bahkan sepertinya dia baru saja tiba di kota Jakarta karena membawa tas berukuran besar. Untuk beberapa saat, Aska seketika teringat apa yang baru saja diucapkan oleh Eva, wanita yang baru saja ia putuskan beberapa waktu yang lalu. Apa mungkin ini adalah karma yang harus ia terima karena terlalu banyak menyakiti hati wanita? Gelar bad boy bahkan disematkan kepadanya karena sikapnya yang kasar juga kerap bergonta ganti pasangan. Aska memejamkan kedua matanya sejenak dengan kedua tangan yang mengepal.
"Dasar wanita nggak tau diri!" umpatnya seraya menoleh ke arah di mana wanita asing itu berdiri. Namun, sosok tersebut sudah tidak berada lagi di tempatnya. "b******k! Kemana perginya tuh orang? Dasar kurang ajar, udah rusakin mobil gue malah kabur gitu aja. Haaaaa!"
Aska berteriak kencang seraya menatap sekeliling, wanita yang ia cari sama sekali tidak terlihat di manapun di tempat tersebut. Ia bahkan belum sempat menuntut ganti rugi atas kerusakan mobil kesayangannya. Aska memukul-mukul tinjunya ke udara sebagai pelampiasan atas rasa kesal yang ia rasakan.
"Haaaa! Sial-sial-sial!" teriaknya memekikkan telinga.
***
Pukul 16.30, Aska baru saja kembali ke rumahnya usai memperbaiki mobilnya terlebih dahulu di bengkel khusus yang biasa memperbaiki mobil Lamborghini. Pemuda itu harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit agar mobil mewahnya kembali terlihat mengkilap seperti sedia kala bahkan penampakannya seperti mobil baru. Namun, sebagai putra dari salah satu orang terkaya di negara ini Aska tidak merasa keberatan mengeluarkan berapa pun uang demi kendaraan beroda empat kesayangannya itu
"Akh! Hari ini gue bener-bener sial!" umpatnya seraya memarkir mobilnya di bagasi di mana mobil lainnya nampak berjejer hampir memenuhi ruangan luas tersebut.
Pemuda itu pun segera membuka pintu mobil kemudian keluar dari dalam sana dengan wajah yang ditekuk kesal. Aska berjalan ke arah pintu utama dan hendak masuk ke dalamnya kemudian. Namun, ia terpaksa menahan langkah kakinya saat seorang wanita dengan kepala menunduk melintas tepat dihadapannya.
"Selamat sore, Tuan Muda," sapa asisten rumah tangga dengan rambut yang diikat di ujung kepala.
Aska menatap punggung wanita tersebut. Pakaian yang dikenakan oleh asisten rumah tangganya itu terlihat tidak asing di matanya.
"Tunggu!" pinta Aska membuat sang asisten sontak menghentikan langkahnya. "Kamu pembantu baru di sini?"
Sang asisten hanya menganggukkan kepalanya tanpa memutar badan juga masih dengan kepala menunduk.
"Dasar gak sopan! Kalau di tanya sama majikan itu noleh dulu, gimana sih?" sahut Aska kesal.
"I-iya, Tu-an Mu-da!" jawab sang asisten seketika memutar badan.
"Ka-kamu!"
Bersambung