Empatbelas - Dan Terjadi Lagi

1197 Words
“Ah~” “Terus… Ah…..” Gumam Juan yang semakin tinggi hasratnya. Juan tidaklah tak sadar, meskipun kepalanya terasa berat namun dia tau jika yang sedang menyentuhnya adalah Yuno. Ingin Juan menepis sentuhan dari Yuno namun reaksi tubuhnya bertolak belakang. Tubuhnya seolah mendamba sentuhan nikmat itu. Perlu Juan akui jika Yuno sangat pintar memanjakan si ulat Alaska kebanggaannya. Setiap sentuhan Yuno terasa berbeda tak seperti sentuhan pria lain yang pernah menjadi teman bermain Juan di ranjang. ‘Dia begitu ahli. Rasanya tubuh ku begitu terbuai’ Batin Juan. 15 menit kemudian tubuh Juan menegang, dia mengeluarkan seluruh lava hangatnya tanpa bisa dia tahan lagi. Juan sendiri merasa terkejut, hanya dengan bibir dan tangan Yuno mampu membuat dia puas seperti itu. Jika dengan pria lain tak ada satu pun yang bisa membuatnya terpuaskan. Yuno tampak tersenyum puas. Dia rasa sudah cukup melakukan itu. Selain dia penasaran dengan milik Juan, dia juga paham rasa tidak nyaman jika Hasrat itu tak tersalurkan. “Ah. Jadi kotor” Ucap Yuno yang lalu berlari kecil menuju kamar mandi. Tak lama Yuno membawa handuk yang agak basah lalu membersihkan tubuh Juan perlahan. Dengan telaten Yuno membersihkan setiap inci tubuh Juan lalu merapikan pakaian CEO nya itu. “Okey sudah selesai. Mimpi indah ya Boss” Ucap Yuno yang langsung masuk ke dalam kamar mandi. Terdengar suara senandung lagu yang di gumamkan Yuno disertai suara gemercik air shower. Juan membuka matanya perlahan dan tersenyum tipis. Dia yang biasanya dominan dan selalu kasar pada lawan mainnya malah kini merasa senang mendapat perlakuan begitu lembut dari Yuno. Ya, Yuno begitu lembut karena menyentuhnya perlahan hingga puas lalu masih sempat membersihkan tubuh Juan terlebih dahulu sebelum membersihkan dirinya sendiri. Selain itu Yuno tampak begitu sabar dan hanya memuaskan Juan tanpa menuntut dirinya dipuaskan juga. Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, Juan kembali menutup matanya dan berpura-pura tidur. “Nyenyak banget tidurnya” Ucap Yuno mengomentari Juan yang tampak tidur lelap. Yuno memilih tidur di atas sofa, dia tidak ingin saat bangun nanti Juan malah mengamuk melihat mereka berada di ranjang yang sama. Apalagi tahu jika Yuno mencuri kesempatan saat Juan mabuk. Hingga malam semakin larut suhu di dalam kamar tampak semakin dingin. Beberapa kali tampak Yuno bersin. Mendengar suara bersin Yuno membuat Juan beranjak dan menyampirkan jas yang dia pakai ke atas tubuh Yuno. Setelahnya Juan beranjak menuju tombol pengatur suhu dan mengatur penghangat ruangan agar lebih tinggi. Juan memperhatikan wajah Yuno yang terlihat tampan juga cantik bersamaan. Tangan Juan terulur hendak menyentuh wajah pria muda itu. Tiba-tiba Yuno bergerak, mungkin tidak nyaman posisinya tidur di atas sofa yang tak terlalu besar itu. "Kenapa Loe berbeda. Di waktu bangun Loe sangat menyebalkan dan mampu menjawab apa pun. Tapi saat tidur Loe seperti bayi kecil yang sangat tenang” Gumam Juan memperhatikan Yuno. Juan memperhatikan luka di pergelangan tangan Yuno. Entah kapan luka itu ada karena selama pemotretan dia tidak pernah melihat ada luka itu. “Kapan Loe terluka kelinci kecil?” Gumam Juan sambil terus memperhatikan tubuh Yuno. Juan kemudian beranjak hendak kembali tidur di atas ranjang. Kepalanya masih terasa agak berat meskipun dia cukup nyaman setelah mencapai pelepasan tadi. Baru saja Juan hendak bergerak, dia mendengar suara Yuno yang terdengar ketakutan. “Jangan… Lepas… Sakit… Maaf.” Gumam Yuno terus menerus. Terlihat wajah Yuno memucat dan tubuhnya bergetar. Juan terkejut melihat kondisi Yuno. Dia teringat saat dia masih kecil dan mengalami penganiayaan oleh sang ibu. Sebelum Eyangnya Juan -Budirahardjo membawa Juan bersamanya. Juan sempat menjadi objek pemukulan sang ibu dan para bibinya. Juan sempat mengalami trauma berat, beruntung Juan bisa kembali sehat dan melupakan kejadian penyiksaan yang pernah dia alami. Sayangnya hal itu yang membuatnya sangat membenci kaum hawa dan berubah menjadi pecinta sesama jenis. Tak sadar tangan Juan menyentuh kepala Yuno dan membelainya lembut seolah menenangkan Yuno. Seperti apa yang pernah di lakukan oleh pelayan setia keluarga besarnya dulu saat menenangkan Juan yang ketakutan. Perlahan hingga Yuno tenang dan kembali nyenyak dalam tidurnya. Melihat kondisi Yuno sedikit mengetuk pintu rasa iba di hati Juan yang keras dan dingin itu. “Apa Loe juga seperti Gue? Kesepian dan terluka?” Gumam Juan sambil membelai lembut wajah Yuno. Juan mengerjap. Apa yang dia lakukan barusan. Dia begitu lembut pada seseorang. Itu bukan dirinya. “Loe sudah membawa Gue dalam permainan Loe. Jangan harap Loe bisa kabur dari Gue ya kelinci kecil” Ucap Juan sambil tersenyum smirk. Juan perlahan menggendong tubuh Yuno yang lebih kurus dan kecil daripada tubuhnya lalu membaringkan Yuno di atas tempat tidur. Juan tidur di sebelah pria cantik itu dan memeluknya dari samping. Yuno tampak terlelap begitu nyenyak. Tak lama Juan ikut terlelap dalam tidurnya. Dia bermimpi Yuno mencium bibirnya dengan lembut dan kembali memanjakan si Ulat Alaska yang imut dan nakal itu. . . Matahari bersinar dengan terang pertanda alam sudah bangun untuk menyapa para manusia serta makhluk yang ada. Yuno perlahan membuka matanya dan mengumpulkan kesadaran yang sempat terurai. Dia merasakan sebuah tangan besar melingkar di perutnya. Yuno tersentak. Dia ingat jika semalam dia tidur di atas sofa. Bagaimana dia bisa berpindah ke atas ranjang? “Kapan Gue pindah tempat? Apa Gue ngelindur??” Gumam Yuno merasa heran. Tiba-tba Juan mengeratkan pelukannya pada Yuno hingga tubuh belakang Yuno bersentuhan dengan bagian depan Juan yang kian mengeras di pagi hari. Hal yang biasa bukan jika seekor ulat Alaska bangun di pagi hari? “Eh??” Yuno tersentak lebih tepatnya merasa takut jika tidak segera menjauhkan diri dari si Beruang Kutub, apa jadinya saat si Beruang bangun dan tau Yuno satu ranjang dengannya. Mengingat si Beruang yang enggan di dekati ataupun di sentuh Yuno. Bisa-bisa Yuno juga di pecat atau lebih sialnya di telantarkan di negara orang. Bagaimanapun Yuno tidak ingin kariernya berhenti karena membawa CEO-nya yang mabuk ke dalam kamar. Lagi pula Yuno belum sempat menikmati si ulat Alaska milik Juan. Ah lebih tepatnya Yuno sendiri belum di puaskan Juan. Malah Juan yang semalam di puaskan oleh bibir dan tangan Yuno. Jadi tidak adil bukan jika Yuno yang di pecat padahal semalam niat membantu sang CEO yang sedang tinggi-tingginya. Bukankah tidak baik memendam hasrat tinggi? Bisa-bisa merusak syaraf penting di tubuh bukan?? Terus saja Yuno meyakinkan diri tak akan ada pemecatan pada dirinya. Ya semoga. Perlahan Yuno berusaha melepas tangan Juan yang memeluk perutnya. Yuno takut dia semakin tergoda karena di bawah sana milik Juan terasa semakin mengeras. Tentu Yuno akan goyah imannya. “Mau ke mana?” Suara berat Juan terdengar di telinga Yuno dan membuat Yuno mematung seketika. ‘Mampus Gue’ Batin Yuno yang gugup menelan salivanya. Juan mengeratkan pelukannya pada Yuno sambil mencium kecil telinga Yuno. “Bahkan hanya memeluk mu bisa membuat si Ulat Alaska terbangun. Kau harus bertanggung jawab” Juan berbisik di telinga Yuno hingga membuat sekujur tubuh Yuno merinding. “Loe beneran CEO Juan kan? Atau Loe hantu penunggu kamar ini??” Tanya Yuno merasa tidak percaya. Si Beruang Kutub yang dia tau sangat pelit berbicara juga sangat tidak suka jika Yuno mendekatinya. Juan tersenyum smirk dan langsung mengelus Bonnie milik Yuno yang mulai terbangun itu. “Let’s try and you will know I’m Juan or Ghost” Bisik Juan lalu menggigit kecil telinga Yuno dari belakang. “Ah~” Next Ep 15^^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD