Kami masih berada di parkiran sebuah Mall tempat kami berbelanja tadi. Duduk diam, sibuk dengan fikiran masing-masing. Bagiku, semua ini terasa begitu rumit. Sekelebat ingatan tentang segala kenangan manis yang sudah aku lewati bersama Nancy menggoreskan luka di hati. Aku bisa setenang ini karena ada Lisa di sampingku tadi. Jika aku bertemu mereka berdua sendiri, sudah habis Dino aku pukuli. “Kamu kenal Dino?” Akhirnya aku memulai percakapan kami. Lisa menghembuskan nafasnya perlahan kemudian menatapku. Terlihat dengan jelas raut kesedihan dimatanya. “Setahu aku mas Dino itu ayahnya Nadira.” Lagi-lagi orang baru. Kenapa semua ini terasa begitu penuh misteri? “Siapa Nadira?” Seingatku Lina mengenalkan Dino sebagai sepupunya yang masih lajang. “Dia salah satu