JADILAH MILIKKU

1506 Words
Zalina tersentak kaget mendengar penyataan Ethan. “Maaf, Anda mengatakan apa tadi?” tanya Zalina tak percaya. Ethan menghela napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. “Ya, Lin. Saya jatuh cinta kepadamu. Jujur saya menyukai semua yang ada pada dirimu terlepas dari kejadian kemarin. Saya akan bertanggung jawab atas apa yang sudah saya lakukan,” kata Ethan. Zalina merasa seluruh tulangnya lemas luar biasa. Ia merasa sangat bingung harus menjawab apa. Ethan adalah lelaki pertama yang membuat emosinya sering naik turun. Dia juga lelaki pertama yang sudah menyentuhnya. “Saya –“ “Kamu masih bingung? Apa sikap mamaku yang begitu welcome kepadamu masih membuat ragu?” tanya Ethan. Mendadak saja Zalina meneteskan air matanya. Sejak ia sekolah dulu, terkadang ada rasa cemburu melihat teman-temannya yang memiliki kekasih. Mereka sering bercerita bagaimana serunya punya kekasih. Tetapi, tidak demikian dengan Zalina. Ia tidak pernah mau mempunyai kekasih. Bukan karena ia tidak tertarik kepada lelaki. Tetapi ia takut kepada Kartika. Dan ia takut jika keluarga kekasihnya tidak setuju kepadanya karena statusnya yang tidak memiliki ayah. “Bukan begitu, Pak. Saya tau jika Nyonya Rania ibu Anda sangat baik dan ramah.Tapi, bukan itu yang saya pikirkan,” jawab Zalina dengan sedih. Perlahan, Ethan membimbing Zalina untuk duduk di sofa. Lalu ia memberikan segelas air minum kepada gadis cantik itu. “Kenapa menangis? Apa ada yang sedang kamu pikirkan?” tanya Ethan. Zalina menggelengkan kepalanya perlahan, “Saya nggak pantas untuk menjadi bagian dari keluarga Anda,” katanya. Ethan menghela napas panjang. “Kenapa? Apa keluarga saya tidak cukup baik? Atau kamu memang tidak pernah merasakan cinta untuk saya? Apa kamu jatuh cinta kepada orang lain? Bian?” cecar Ethan. Zalina menggelengkan kepalanya. Bukan! Ia sama sekali tidak pernah merasakan cinta kepada Bian. Lelaki itu memang baik dan tidak kalah tampan dengan Ethan. Tetapi, Zalina tidak pernah merasakan apa-apa. “Bukan, saya tidak pernah tertarik kepada pak Bian. Beliau memang baik dan tampan. Tetapi, saya tidak pernah menyukai beliau,” jawab Zalina. Ethan menghela napas panjang ... lega. Ia tidak bisa membayangkan jika Zalina jatuh cinta kepada Bian. “Lalu?” Zalina menatap Ethan kali ini dengan berani. “Bukan keluarga Anda yang tidak pantas untuk saya, Pak. Tapi, saya yang tidak pantas untuk menjadi bagian dari keluarga Anda. Saya bukan gadis yang pantas untuk Anda perjuangkan,” kata Zalina lirih. Gadis cantik itu menggigit bibir bawahnya, tangannya meremas ujung pakaian yang ia kenakan. Sementara air matanya menetes. Ia merasa takut tetapi Ethan berhak mengetahui siapa dirinya. “Apa Anda mau mendengarkan cerita saya?” tanya Zalina. Ethan mengangguk dengan cepat. “Saya mau, apa yang harus saya tau?” tanya Ethan dengan cepat. Dalam hati ia merasa sangat bahagia. Ia senang Zalina mau membuka hati untuk bercerita kepadanya. “Sejak kecil, saya tidak pernah mengenali siapa ayah saya. Bahkan fotonya pun tidak pernah ada di rumah saya. Bukan karena ayah saya meninggal atau dia tidak bertanggung jawab. Tetapi ... ibu saya pernah menjadi wanita malam. Dia juga pernah menjadi narapidana. Bahkan, saya lahir di dalam penjara. Dan, Anda pasti bisa menebak selanjutnya. Sejak kecil, saya selalu dipanggil anak haram. Itu sebabnya saya tidak pernah mau menjalin hubungan dengan siapa pun. Saya takut keluarga kekasih saya nanti tidak bisa menerima masa lalu ibu saya. Sa- saya ....” Zalina tidak sanggup lagi meneruskan ucapannya. Ia menatap Ethan, “Apa Anda bisa menerima ? Mungkin Anda bisa, tapi bagaimana dengan keluarga Anda? Saya ini anak yang tidak pernah jelas siapa ayahnya. Saya tidak pantas, saya hanya anak haram!” Ethan memeluk Zalina tanpa permisi. Ia tidak tega melihat gadis cantik di hadapannya ini menangis pilu. “Aku dan keluargaku bisa menerimamu. Kamu pantas untukku, Zalina. Aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku. Bahkan jika kamu memintaku untuk menikahimu besok pun aku jamin kedua orang tuaku akan setuju, terutama mamaku,” jawab Ethan. Zalina hanya diam, semua seperti mimpi baginya. “Tidak, saya merasa tidak pantas, Pak.” “Ethan, kamu boleh memanggil aku Ethan jika kita sedang berdua seperti ini,” kata Ethan . Zalina hanya tertawa kecil. “Bapak,” jawabnya membuat Ethan gemas. “Ah, kamu mulai tersenyum. Begitu kan lebih cantik. Ya sudah, aku tidak menerima penolakan. Mulai sekarang kita adalah sepasang kekasih. Aku akan segera memberitahu mama soal hubungan kita. Mamaku pasti akan sangat senang sekali,” kata Ethan dengan wajah ceria. “Tunggu, kalau boleh aku minta masalah hubungan kita ini tolong rahasiakan dulu dari ibuku. Ibu sangat-sangat protektif dengan segala kegiatanku. Bahkan, kemarin pun ketika aku tidak pulang beliau sampai marah dan sedih. Aku tidak berani untuk menceritakan apa yang sudah terjadi kepada beliau. Kamu tahu masa lalu beliau seperti apa. Sekarang, kamu bisa mengerti bagaimana cara beliau memperlakukan aku,” kata Zalina kepada Ethan Ethan menghela napas panjang dan menganggukkan kepalanya perlahan. “Tidak masalah, aku akan berbuat seperti apa yang kamu mau. Kalau kamu mau aku merahasiakan semua itu dari ibumu, maka aku akan merahasiakannya. Tetapi, aku tidak bisa merahasiakan semua itu dari keluargaku. Terlebih dari mamaku. Aku dan mama selalu bercerita dan mama juga sangat menyukaimu,” jawab Ethan. Zalina menganggukkan kepalanya perlahan. “Ya sudah, kalau begitu aku harus keluar. Tidak enak dengan karyawan yang lain. Nanti dikira mereka kita sEthang melakukan hal yang aneh-aneh di dalam sini,” jawab Zalina Ethan tertawa perlahan,”Bosnya di sini aku jadi siapa yang mau protes atau komplain? Tidak ada kecuali kalau mau dipecat,” katanya dengan tengil. Zalina langsung mengerucutkan bibirnya dengan sebal. “Kamu ini memang sangat menyebalkan,” katanya. Ethan tertawa terbahak-bahak melihat sikap kekasihnya itu. Tetapi melihat sikap Zalina yang menggemaskan itu ia merasa senang sekali. “Ya sudah kalau begitu, tapi kamu harus janji istirahat makan siang nanti kamu harus makan siang denganku. Ini perintah aku sebagai bos di sini,” katanya dengan galak. Zalina hanya bisa menggelengkan kepalanya, “Baik, tuan Bos. Aku akan makan siang dengan Anda. Sekarang selamat menikmati sarapan pagi anda dan saya akan kembali bekerja,” kata Zalina sambil mengedipkan mata. Ethan hanya tertawa melihat sikap Zalina namun tiba-tiba ia menyadari satu hal. Wajah Zalina tampak sekali habis menangis. Maka ia pun mengambil tissue kemudian mengusap dengan lembut wajah kekasihnya itu. “Bereskan dulu riasanmu, kamu terlihat habis menangis. Nanti, aku bisa dituduh sudah menganiayamu,” kata Ethan. Zalina tertawa kecil, “Kamu kan memang selalu menganiaya aku setiap hari dengan perintah-perintahmu yang menyebalkan itu,” jawabnya. Ethan langsung melotot berpura-pura kesal,”Hei, apa katamu barusan? Aku menyebalkan?” katanya. “Ya, bos Ethan sangat menyebalkan,” jawab Zalina. Gadis itu pun segera beranjak pergi tanpa menunggu lagi. Ia tidak ingin karyawan lain melihat kemesraan mereka berdua. Walau bagaimanapun mereka harus bersikap profesional di jam kerja. Apalagi ini kantor milik Ethan jadi dia pun harus menjaga wibawanya sebagai seorang pemilik perusahaan. Zalina pun segera keluar ruangan lalu kembali ke mejanya. Ia mengambil kaca cermin kecil dari tasnya kemudian segera membetulkan riasan wajahnya yang memang rusak karena air mata. Ia menghela napas berulang kali dan mengembuskannya perlahan-lahan. Dalam hati ia merasa lega ternyata Ethan memang mencintainya perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan. Ia pun kembali mengerjakan pekerjaannya yang sempat tertunda sekaligus membuat laporan atas meeting yang sudah mereka lakukan semalam. Zalina tidak mau bersikap tidak profesional walau bagaimanapun ia digaji untuk bekerja di perusahaan ini. Jadi meskipun sekarang posisinya adalah kekasih Ethan tetapi dia juga adalah sekretaris Ethan jadi dia harus tetap memperhatikan pekerjaannya dia tidak bisa seenaknya setidaknya mereka harus bersikap profesional. “Selamat pagi, Pak Ethan ada?” Zalina yang baru saja merapikan riasannya mengangkat wajahnya dan terkejut saat melihat Bian berdiri di hadapannya. “Pagi, Pak Bian. Pak Ethan ada. Anda sudah ada janji dengan beliau?” tanya Zalina. Bian menggelengkan kepalanya, “Ah, tidak ... saya belum membuat janji. Tapi, saya yakin jika Pak Ethan akan menerima saya di ruangannya,” kata Bian. Zalina mengganggukan kepalanya. Ia tahu jika Ethan dan Bian memang mempunyai bisnis penting. “Baik, tunggu sebentar biar saya hubungi beliau dulu,” jawabnya. Zalina sempat melirik ke arah Estella yang berdiri di belakang tubuh Bian. Dan gadis itu seperti biasa hanya mencibir dan mendelik dengan tatapan tidak bersahabat. Entah mengapa Zalina merasa jika Estela sangat membencinya. Tetapi ia tidak tahu kenapa sejak awal mereka bertemu dan berkenalan memang tidak pernah ada komunikasi yang baik antara Zalina dan Estela. Zalina pun segera masuk ke dalam ruangan Ethan dan memberitahu kedatangan Bian kepada bos sekaligus kekasihnya itu. Ethan yang mendengar kedatangan Bian langsung mengerutkan dahinya. “Seharusnya, dia datang lusa tapi kenapa hari ini ya?” gumam Ethan, “Ya,sudahlah kamu bisa menyuruhnya masuk saja. Lalu tolong kamu suruh OB untuk membuatkan minuman,” katanya kepada Zalina. Zalina pun mengangguk, “Ya sudah saya keluar dulu ya, Pak,” katanya. Zalina pun langsung keluar ruangan dan mempersilahkan Bian untuk masuk ke dalam ruangan Ethan. Zalina pun melanjutkan pekerjaannya kembali. Tetapi, betapa terkejutnya Zalina saat ia mendapati Estella masih berdiri di hadapannya. “Kamu tidak ikut masuk?” tanyanya. “Tidak, Pak Bian memiliki pembicaraan yang tidak boleh didengarkan oleh siapa pun hanya empat mata dengan Pak Ethan,” jawab Estella dingin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD