Bilang i Love you

954 Words
"Martabak telor empat kalee... Spesial..." Ucap Qiran kesal. Sungguh dia kesal hatinya selalu dipermainkan. Dia merasa seperti kertas yang diajak terbang lalu dijatuhkan dari ketinggian. Terkadang Rayza pengertian dan amat perhatian. Tapi terkadang dia menyebalkan dan selalu menguji kesabaran Qiran. Qiran bahkan tak bisa menebak jalan pikiran pria itu. Jangankan menebak, membedakan mana yang serius dan mana yang bercanda saja tak mampu. "Bukan De, nasi goreng... spesial... Hehehe... Kamu tuh lucu banget sih De..." Ucap Rayza terkekeh. Ingin sekali Rayza mengusap puncak kepala gadis pujaannya. Tapi dia masih menahan diri. Belum waktunya. Panggilan De yang diucapkan Rayza kali ini terdengar begitu lembut membelai telinga Qiran. Bahkan dadanya langsung berdesir bahagia. Rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu menggelitik perutnya. Terdengar tulus dan penuh kasih sayang. Tapi Qiran langsung menggeleng keras, dia tak mau baper lagi. "Da De Da De... Udah aku bilang... Aku ga suka kamu panggil begitu." Ucap Qiran semakin kesal. Wajah gadis itu memerah karena malu bercampur marah. "Terus maunya dipanggil apa? Mamah... Bunda... Atau Ummi?" Ucap Rayza semakin gencar menggoda Qiran. "Emang aku emak mu?" Ucap Qiran semakin ketus. Omelan Qiran rasanya seperti bumbu penyedap masakan yang membuatnya tak pernah bosan. Rayza selalu suka ekspresi Qiran saat kesal. Dengan pipi menggembung dan bibir yang manyun. Seperti ikan buntal saja. "Owh... Sayang ya? Apa Babby?" Ucap Rayza kembali. "Rayza udah deh... Pergi sana!!!" Ucap Qiran kesal sambil memukul tubuh Rayza dengan bantal. Tapi Rayza malah tertawa bahagia. "Ish... Ish... Ish... Sama calon suami harus sopan. Ga boleh cuma panggil nama aja. Ayo latihan panggilan Abang... A... Bang..." Ucap Rayza terus menggoda Qiran. Membuat gadis itu semakin brutal memukuli tubuh Rayza dengan bantal. "Aaww... Aawwww... Aaww... Sakit De... Hahaha... aaawww... Aawwww... Hahaha..." Pekik Rayza sambil tertawa. Sungguh Rayza merasa sangat bahagia kali ini. "Rasain tuh... Makanya kalo ngomong jangan asal." Ucap Qiran sambil terus memukuli Rayza dengan bantal ditangannya. "Pergi sana pergi... Dasar cowok nyebelin. Bujang tua ga laku-laku. Ngarep banget dapet daun muda... Sory ya... Aku ga rela tuh sama kamu." Ucap Qiran ngos-ngosan karena kelelahan. Tapi Rayza justru tersenyum sumringah. Ucapan Qiran sama sekali tidak menyinggung harga dirinya. Rayza bisa melihat dari netra coklat sang gadis yang tak berani menatapnya. Itu artinya Qiran tak bersungguh-sungguh atas apa yang dia ucapkan. Bahkan bisa jadi itu adalah kebohongan yang menutupi kegugupannya. "Yakin ga mau sama aku. Kan aku ganteng, mapan, keren dan seperti yang kamu katakan tadi aku Macho. Kamu lupa tadi sudah memuji aku?" Ucap Rayza tak bosan menggoda Qiran. "Ih apaan sih... Kapan aku bilangnya? Ga ngerasa tuh." Ucap Qiran berusaha memberikan tatapan menantang pada Rayza. Tapi netra hitam Rayza selalu berhasil melumpuhkan pertahanannya. Akhirnya Qiran memalingkan wajahnya karena tak sanggup menatap Rayza terlalu lama. "Aduh... Calon istriku ini masih muda tapi udah pikun. Kaya nenek-nenek jompo aja." Ucap Rayza. Dan kalimat itu sukses membuat hati Qiran kembali mendidih. Qiran pun membentuk kelopak matanya menjadi bulat sempurna ke arah Rayza. Bukannya takut, Rayza justru semakin tertawa. Sungguh dia tak menyangka akan dilamar dengan cara yang menyebalkan seperti ini. Di n****+ manapun tak ada acara lamaran yang ngawur seperti ini. Apalagi drama Korea, ga mungkin banget. "Tau ah... Becanda aja terus. Bully aja aku terus. Belum puas kamu? Terus aja ngomong sampai berbusa. Aku mau tidur... Hus... Hus... Hus... Sana. Aku pusing. Di kampus aku di bully, di rumah aku diledekin." Ucap Qiran ketus. Kemudian merebahkan tubuhnya di ranjang dan menarik selimut hingga kepala. "Mau bobo?" Tanya Rayza sok imut. "Bukan... mau makan... ya iyalah mau tidur, mau apa lagi kalo di kasur selain tidur?" Ucap Qiran ketus. "Kuda-kudaan De..." Ucap Rayza kembali menggoda Qiran. Qiran pun langsung bangkit dan kembali memukul Rayza. Tapi kali ini tidak menggunakan bantal. Melainkan menggunakan jam Beker yang di simpan di atas nakas. Nasib sial sang Beker itu harus bertubrukan dengan kening Rayza yang keras. POKK... "Aawww... Sakit De." Ucap Rayza. "Udah sana pergi ah... Bukannya menghibur malah bikin tambah bete tau ga sih..." Ucap Qiran ketus. " Iya... iya... De... Ya udah Abang keluar dulu ya..." Ucap Rayza membawa piring kotor Qiran hendak keluar kamar. Namun saat di pintu pria tampan itu menghentikan langkahnya. Menunggu Qiran membuka wajahnya yang ditutupi selimut. Tak lama kemudian, Qiran benar-benar membuka selimut itu untuk memastikan kepergian Rayza. Tapi sayangnya Rayza malah sedang asik memandang ke arah dirinya lalu kembali bicara. "Abang serius De... Abang mau nikah sama kamu. Kamu pikirkan baik-baik ya... Assalamualaikum." ucap Rayza kemudian menutup pintu kamar Qiran. "Waalaikum salam..." Gumam Qiran menjawab salam Rayza. Qiran pun bangkit dan berloncatan dia atas ranjang. Tak peduli jika ranjang itu harus ambruk karena dirinya. yang jelas dia harus mengekspresikan emosinya. Bukan karena bahagia. Tapi karena terlalu kesal dengan sikap Rayza yang hobi tarik ulur perasaannya. Qiran pun kembali menjatuhkan dirinya di atas ranjang kemudian menenggelamkan wajahnya di atas bantal. Dia benar-benar syok dengan apa yang diucapkan oleh dokter tampan yang notabene adalah majikan dadakannya. "Argghhh... Halu nih gue pasti lagi halu... Aduh... Bisa gila lama-lama kalo gini. Dasar dokter aneh... Mana ada orang tiba-tiba langsung ngajak nikah? Dimana-mana tuh... Nembak dulu... Bilang I love you dulu kek... Basa-basi dulu kek. Dasar dokter aneh... Dokter syaraf kali dia ya. Kebanyakan ngobatin syaraf orang ,eh syarafnya dia yang rusak." Ucap Qiran bermonolog. Sedangkan tepat di belakang pintu Rayza tersenyum mendengar ocehan Qiran. Tanpa sadar dia pun menepuk keningnya sendiri. "Iya bener juga kata Qiran... Dimana-mana bilang I love you dulu baru ngajak nikah..." Ucap Rayza bermonolog. Pria itu tersenyum sumringah. Bahkan saat langkahnya mulai menjauh dari pintu kamar Qiran pun, bibirnya tak pernah lepas dari senyuman. Sungguh suasana ini benar-benar berbeda. Kehadiran Qiran sukses memberikan warna begitu indah di hari-hari yang biasanya kaku dan serius. "Oke Qiran... Besok aku bilang I love you sama kamu." Ucap Rayza terkikik geli membayangkan bagaimana reaksi Qiran.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD