Sepersekian detik Qiran speechless. Dia merasa tak ada kalimat yang bisa mewakili rasa terkejutnya. Tapi dia berusaha menyadarkan otaknya yang mulai kegeeran.
"Nikah?" Pekik Qiran tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Rayza.
Mata gadis itu mengerjap cantik. Bulu mata lentik dan mata besar Qiran tampak manis saat berkedip. Membuat Rayza kembali terpesona akan kecantikan alami Qiran yang indah bagai matahari terbit yang mengintip di ujung pantai. Cantik dan menawan.
"Iya nikah. Bila perlu hari ini juga. Jadi saat aku ke kampus kamu, aku bisa membawa surat nikah. Masalah selesai." Ucap Rayza dengan entengnya. Pria itu bicara tanpa beban seolah-olah pernikahan adalah hal sepele.
PLUK...
Qiran geram mendengar ucapan Rayza yang tak pernah berpikir sebelum bicara. Dia pikir pernikahan itu urusan mudah dan sepele? Sungguh Qiran bingung dengan jalan pikiran pria di hadapannya. Karena terlalu kesal akhirnya Qiran memukul kening Rayza dengan sendok yang sebelumnya dia gunakan untuk makan.
"Aaww... Sakit tau." Ucap Rayza mengusap keningnya yang lumayan sakit.
Rayza benar-benar tak menyangka selain ketus ternyata Qiran juga ringan tangan. Sudah beberapa kali dia menjadi korban kekerasan gadis itu. Kaki memar karena diinjak dan sekarang kening benjol karena di pukul sendok. Tapi entah mengapa interaksi ini menyenangkan.
"Siapa tahu tu otak ketinggalan di jalan. Biar pulang ke empunya." Ucap Qiran asal membuat Rayza tertawa terbahak-bahak.
Rayza benar-benar tak menyangka. Setiap kata yang diucapkan Qiran tak pernah bisa dia tebak. Kali ini otaknya disamakan dengan benda yang bisa tertinggal jika empunya lupa. Sungguh Rayza geleng-geleng kepala mendengar ucapan Qiran.
"Hahahaha... Hahahaha... Kamu pikir otakku sandal jepit bisa ketinggalan? Hahahaha... Qiran... Qiran... Kamu kalo ngomong aneh deh." Ucap Rayza tertawa hingga mengeluarkan air mata. Sungguh Rayza sendiri bingung, mengapa di depan Qiran dia bisa tertawa selepas ini. Mungkin karena pembawaan Qiran yang cuek dan apa adanya membuat Rayza tak perlu repot-repot menjaga imagenya.
"Enak aja kamu bilang aku aneh. Kamu tuh yang aneh. Asal ngomong aja. Kamu pikir pernikahan itu mainan? Kalo ngomong tuh dipikir dulu. Asal banget sih tuh mulut." Ucap Qiran mengomel. Membuat Rayza tersenyum karena merasa gemas melihat ekspresi Qiran yang cemberut.
"Mulut aku engga asal kok. Serius. Seribu rius bahkan," ucap Rayza santai.
"Aneh," gumam Qiran kesal.
"Aneh apanya?" tanya Rayza bingung.
"Kamu yang aneh," ucap Qiran.
"Yaudah coba jelasin anehnya di mana," ucap Rayza penasaran.
"Jangan main-main kalau ngomong. Jangan asal," ucap Qiran ketus.
"De... Abang serius. Siapa bilang Abang main-main? Yuk nikah." Ucap Rayza lembut. Tapi justru membuat Qiran alergi mendengar panggilan De dari mulut pria itu.
"Apaan sih pake ade-adean abang-abangan..." Ucap Qiran berusaha untuk tidak baper kali ini. Walaupun jujur jantungnya sudah mulai berkhianat. Panggilan Ade dan Abang terdengar sangat manis di telinganya. Sayang Qiran tak mau tampak baper karena sikap pria itu. Terlebih lagi mereka baru kenal.
"Kan panggilan spesial..." Ucap Rayza dengan wajah seriusnya. Sungguh dia ingin meyakinkan Qiran bahwa dia tidak main-main seperti yang dikatakan gadis itu. Tapi sayangnya Qiran malah enggan menatap wajah Rayza. Qiran takut dirinya kembali terjerat pesona pria tampan nan mapan di hadapannya. Biar bagaimanapun Qiran masih wanita biasa yang mudah terkena rayuan gencar pria itu.