Bab 11. Semua demi Mami

1148 Words
Harumi terjaga dari tidurnya, ia ingin bangkit karena ingin buang air kecil tapi selimutnya seolah tertekan benda berat dan besar membuatnya tak bisa bergerak. Harumi menoleh dan melihat suaminya tengah tertidur lelap diatas selimutnya. Entah mengapa Harumi merasa sebal melihat kehadiran Gin, sehingga dengan sengaja ia menendang dari dalam selimut dan pura-pura kembali tertidur. Merasakan tendangan seseorang membuat Gin terjaga segera dan ia langsung terduduk. Melihat Harumi masih tidur, Gin hanya bisa mengusap wajahnya dan melihat ke arah jarum jam di dinding yang telah menunjukan pukul 5 pagi. Perlahan Gin bangkit dan meninggalkan kamar Harumi perlahan, ia tak ingin membuat Harumi terbangun dan menyadari bahwa tadi malam ia tidur bersamanya. Harumi menghela nafas lega ketika melihat Gin keluar dari kamar. Perlahan ia pun duduk dan melihat ada baskom juga handuk kecil untuk kompres di atas nakas disamping tempat tidur. Ia masih teringat Gin masuk dan memberikannya obat sehingga pagi ini panasnya sudah mulai turun. Ia membenci suaminya sekaligus merasa berterimakasih karena masih memperhatikan dirinya saat sakit. Tepat pukul 8 pagi, sebuah mobil berhenti didepan pintu gerbang kediaman Harumi dan Gin. Seorang pria tampan turun dan menekan bel rumah itu. Pria itu adalah Alex yang sengaja datang untuk menjemput Harumi untuk berangkat ke kantor bersama. “Ada siapa bu?” tanya Gin yang tengah sarapan pagi ketika mendengar seseorang menekan bel. “Itu, ada tamunya mbak Harumi, namanya pak Alex. Katanya dia teman kantor mbak Harumi.” Mendengar ucapan bu Ipah, Gin segera berjalan kedepan rumah dan menemui pria yang telah ia lihat kemarin saat bertemu Harumi dan Alex di restoran. “Selamat pagi,” sapa Alex menyapa Gin tenang. “Pagi, silahkan masuk,” ucap Gin sambil membukakan pintu Gerbang dan mempersilahkan pria itu masuk ke dalam rumah. “Saya hanya datang untuk menjemput Harumi,” ucap Alex tenang dan mengulurkan tangan pada Gin. Gin pun membalasnya. “Harumi masih dikamar, hari ini ia sakit ,” jawab Gin sambil melipat tangannya di d**a. Tak lama Harumi keluar dari kamar dan berjalan ke ruang tamu untuk menemui Alex. “Lex, sudah kubilang tak perlu menjemputku, aku bisa sendiri,” gumam Harumi ketika melihat Alex diruang tamu bersama Gin. “Aku cemas kalau kamu pergi sendiri, karena kamu sedang sakit. Wajahmu pucat sekali,” ucap Alex cemas dan berjalan menghampiri Harumi. Terdengar suara dehem dari Gin membuat Alex berhenti dan tak menyentuh Harumi. Ia harus tahu diri. “Mohon maaf kalau boleh tahu siapakah mas Alex ini?” tanya Gin bertanya pada Harumi. “Dia atasanku di kantor mas, sekaligus teman SMA ku. Dialah orang yang menolongku selama ini,” jawab Harumi menjelaskan siapa Alex sambil menatap pria itu dalam penuh rasa terimakasih. “Terimakasih mas Alex, atas bantuannya selama ini pada Harumi. Jika memang mas Alex adalah atasannya pasti mas Alex tidak keberatan jika hari ini Harumi tinggal di rumah untuk beristirahat.” “Mas!” “Aku tak keberatan, apapun demi Harumi aku pasti menolong dan mengijinkannya. Tentu saja aku peduli dengan kesehatan Harumi, bagaimana jika kita pergi ke dokter?” ajak Alex pada Harumi. “Aku…,” “Biar aku saja yang mengantar Harumi ke dokter, Harumi masih punya suami untuk mengurusnya. Sekalian, kami memang akan pergi untuk menjenguk ibu Harumi yang sedang sakit,” potong Gin cepat dan berjalan ke arah Harumi dan berdiri di sampingnya. Alex tersenyum sinis mendengar ucapan Gin. “Seharusnya kalau mas sebagai suami peduli, Harumi tidak perlu sampai sakit dan sesusah ini. Biar saya yang mengurus Harumi jika mas tidak mampu dan lebih peduli pada perempuan lain,” ucap Alex berjalan mendekati dirinya pada Gin. Ia sudah tak tahan lagi untuk bisa menahan emosinya pada pria yang selama ini menyakiti hari Harumi. “Alex, sudah…,” pinta Harumi cepat segera menghalangi Alex dan Gin. Gin hanya diam dan menatap Alex tenang. Ucapan pria itu tak memancing emosinya. Toh, apa yang dikatakan Alex itu benar. Saat ini ia memang tengah menyakiti Harumi dengan hubungannya bersama Bianca. “Pergilah,” ucap Harumi cepat dengan suara pelan. Ia tahu saat ini lebih baik ia berada dirumah daripada memaksakan pergi bersama Alex, hal itu akan membuat Gin memiliki alasan untuk bertengkar dengannya lagi. Ia sedang tak sanggup untuk bertengkar dengan suaminya. Tubuhnya terlalu lemah. “Hubungi aku jika butuh sesuatu, bahkan jika kamu ingin makan apapun beritahu saja, aku pasti akan mengirimkannya padamu,” bisik Alex dengan suara lembut. Harumi mengangguk dan mengantar Alex keluar pintu depan. Setelah Alex pergi Harumi mencoba menenangkan dirinya untuk bersiap menghadapi Gin. Pria itu pasti akan segera marah besar padanya. “Siapa dia?” tanya Gin dengan suara datar dan tak ada emosi di dalamnya cukup membuat Harumi terkejut. “Dia atasanku …” “Bukan itu… kamu tahu maksudku … apa hubungan kalian berdua selain pekerjaan?” Harumi diam. Ia sedikit enggan menjelaskan bahwa Alex menaruh hati padanya. Ia tak ingin jawabannya itu menjadi bumerang untuknya dikemudian hari. “Belum ada hubungan spesial, Alex memang menaruh hati padaku, tetapi ia bersedia menunggu sampai perceraian kita selesai. Ia tak ingin mengganggu istri orang,” jawab Harumi santai. “Dengan bersikap seperti tadi sudah jelas ia ingin memiliki istri orang,” jawab Gin tenang. “Mas, sudahlah … sudah setahun ini kita memiliki kehidupan masing-masing bukan? Kenapa kita tidak tetap seperti itu saja, toh kebersamaan kita saat ini hanya untuk Mami. Setelah itu hidup kita akan benar-benar masing-masing,” jawab Harumi cepat. “Apa kamu benar-benar tak ingin mami kamu pulih?” “Jangan membalikan ucapan dengan berbicara seperti itu mas! Aku ingin mami sembuh tapi kenyataannya kita tahu Mami hanya tengah mengulur waktu! Kondisi mami tak ada hubungannya dengan hubungan kita yang memang sudah hancur!” ucap Harumi kesal. “Maafkan aku,” ucap Gin perlahan berjalan menghampiri Harumi dan memeluknya. Harumi mencoba melepaskan pelukan Gin, tetapi pria itu tetap menahannya untuk berada didalam pelukan. “Untuk apa kamu memelukku mas?!” ucap Harumi gusar, karena bagaimanapun sentuhan Gin terasa menyakitkan untuk Harumi. “Bisakah kita berbicara dengan tenang mulai saat ini? Seperti yang kamu bilang, semua demi mami. Aku tahu aku tak bisa melarangmu untuk berhubungan dengan pria lain. Tetapi aku minta kita berdua untuk bisa gencatan senjata sejenak sampai mami benar-benar pulih.” Bisikan Gin di telinga Harumi membuat lama-lama tubuh Harumi yang mengeras menolak pelukan Gin akhirnya melunak. Suaminya benar, saat ini bukan saatnya ia dan Gin untuk terus bersinggungan. Ada hal lain yang lebih penting yang membuat mereka berdua ada kembali bersama. “Baiklah,” jawab Harumi pelan. Gin menghela nafas panjang penuh kelegaan. Tiba-tiba hatinya merasa senang seolah menemukan Haruminya yang dulu. “Kamar tidurku tetap terbuka untukmu, masih banyak barang-barangmu disana. Aku akan pulang cepat hari ini karena kamu butuh ke dokter dan setelah itu kita akan kembali menjenguk mami. Kamu setuju?” tanya Gin dengan suara lembut. Harumi hanya menunduk dan mengangguk, ia mencoba menata hatinya kembali agar tak kembali luluh pada sikap suaminya yang saat ini membuatnya kembali lemah. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD