Chapter 17

1192 Words
Riuh sesak atmosfer siang hari sedikit banyak membuat keempat orang yang baru saja akan mengambil koper masing masing dari mereka itu semakin lelah. Ini memang bukan musim liburan, namun bukan berarti bahwa bandara akan lenggang bak lorong rumah sakit dimalam hari, bukan?? Perjalanan yang memakan waktu lebih dari dua puluh empat jam dengan dua pesawat yang berbeda menjadi alasan utama kenapa wajah keempatnya menampakkan wajah wajah ingin bergelung dikasur saja. Meskipun seat yang mereka tempati adalah seat paling mewah dengan pelayanan bintang lima pula. Tapi siapa sih yang akan baik baik saja terus terdiam selama lebih dari dua puluh empat jam dan melakukan kegiatan dengan sedikit tak leluasa bak biasanya. Namanya adalah Karina. Sesosok wanita elegan menawan yang kini berstatus sebagai petinggi di salah satu perusahaan jasa keuangan. Oleh karena itu, kedatangannya saat ini didampingi oleh asisten pribadinya yang bernama Kris. Karina sendiri meskipun anak dari menteri keuangan tidaklah berminat untuk bermain main di kancang perpolitikan meskipun background keluarga dan pendidikannya linear di bagian keuangan. Terlalu banyak cerita yang baik fakta maupun baru rumor membuatnya enggan sama sekali menduduki dirinya di bangku bangku yang katanya ekslusif itu. Beberapa tahun yang lalu, setelah ia menyelesaikan pendidikannya, ia lebih memilih untuk mencari pekerjaan di bidang yang sama, meskipun harus menjadi ‘pesuruh’ lebih dahulu, hingga kemudian beberapa tahun setelahnya ia bisa menjadi salah satu wanita paling penting di perusahaannya itu. Banyak rumor yang mengatakan bahwa hanya tinggal menunggu waktu saja untuk gadis itu membangun perusahaannya sendiri atau mengambil alih perusahaan yang kini ia pimpin. Claude yang sedari tadi tengah duduk diam di samping Karina –karena Victor dan Kris bersikeras agar keduanya saja yang mengurus masalah koper dua orang penting itu- bukannya tak tahu mengenai wanita yang ada di sampingnya, melainkan tak tahu banyak. Dulu, ketika keduanya masih kecil, dan kedua orang tua mereka masih memimpin negeri ini, Karina dan Claude memang beberapa kali tertangkap tengah duduk di tempat yang sama bersama Victor untuk membahas pelajaran yang ada disekolahan. Hanya itu. Setelah Karina melanjutkan pendidikannya diluar negeri, Claude dan Victor sama sekali tak pernah bertemu dengan wanita itu sampai sampai ada berita yang mengatakan bahwa Karina sudah menjadi salah satu dari wanita dengan posisi tinggi di negara mereka. Sama sekali tak ada yang tahu kapan Karina kembali dari studinya dan memulai portofolionya di Negara Aristides. Meskipun Claude sudah lama tak bertemu dengan gadis itu, ia tahu jelas mengapa Karina masih belum menikah sampai saat ini. Itu karena wanita ini lahir dengan posisi dominan dalam seluruh aliran darahnya. Terlihat jelas meskipun ia masih kecil dahulu, Karina adalah sosok yang lebih sering memimpin teman temannya dalam beberapa bentuk kegiatan. Ditambah pula dengan otaknya yang cemerlang dan kharismanya yang tinggi membuat orang lain tak dapat berkata apapun jika sudah diketuai olehnya. Pun, bukannya sang mantan raja tak mengetahui tentang hal itu. Justru ia tahu jelas mengenai anak dari orang yang kini sudah menjadi bak teman dekatnya itu. Justru dengan sifatnya itu, ayahanda dari Claude berpikir bahwa akan menjadi hal mudah untuk Karina jika ia membantu Claude memimpin negeri ini dan menjadi ibu negara. “Setelah ini, kita akan langsung ke hotel lebih dahulu kan??” suara lembutnya menarik Claude dari lamunnya atas masa lalu kecil mereka. Karina yang terlihat jelas bahwa ia tak memiliki riasan di wajahnya selain sedikit  pelembab bibir berwarna merah muda nampak tetap cantik seperti biasanya. Mata bulatnya yang hitam jernih, rambut panjangnya yang masih mengkilap meskipun terkena pendingin udara seharian penuh membuat Claude diam diam bertanya tanya, mengapa ia tidak jatuh cinta saja pada gadis menawan ini. Semuanya akan menjadi lebih mudah jika ia mencintai Karina. “Kurasa iya” jawab Claude seadanya. Memang segala akomodasi dan kegiatan yang akan dilakukan keduanya ini adalah perintah dari si mantan raja, dan Victor juga Kris lah yang mengatur segalanya. Kedua orang yang tengah menjadi boneka itu hanya duduk diam dan mengikuti jalannya acara. Tak lama, keheningan muncul kembali. Bohong jika keduanya berkata bahwa mereka tidak canggung. Tentu saja mereka canggung. Teman kecil yang terpisah bertahun tahun, lalu dipertemukan kembali dalam ajang perjodohan adalah lelucon masa lalu yang Claude pikir mungkin hanya akan ada di serial televisi biasa yang sering ditonton neneknya dahulu. Untung saja, sebelum atmosfer tak mengenakkan itu semakin kental, pengawal dari si raja dan asisten pribadi dari si wanita muncul dengan banyak koper di tangan mereka. “Kurasa transportasi yang akan membawa kita ke penginapan sudah sampai” ucap Kris yang sama sekali tak terlihat kesusahan membawa banyak barang dari Karina. Menjadi asisten pribadinya bertahun tahun membuat ia terbiasa dengan sisi wanita itu yang sering kali membawa barang barang –yang sejujurnya penting, namun tidak terlalu berguna untuk di beberapa kegiatan-. Ah omng omong Kris, dia adalah sesosok lelaki tinggi –yang tingginya bahkan lebih tinggi dibandingkan Victor- dengan mata tajam dan resting bi face yang kuat. Pertama kali bertemu, rasanya Victor seakan diajak berduel dengan pria itu. Namun setelah sesekali berbincang –mengenai jadwal kedua tuannya tentu saja-, Victor menyadari bahwa ia adalah sosok yang lebih cocok menjadi pemimpin dibandingkan asisten pribadi. Keempatnya kini berjalan keluar bandara dengan santai santai saja. Karena negeri yang keempatnya kunjungi kali ini adalah negeri yang amat sangat jauh dari Aristides, pun negeri ini mengusung sistem republik, jadi sudah dipastikan bahwa tidak akan banyak orang yang tahu bahwa Claude adalah seorang raja. Si ayah tak ingin jika agenda menjodohkan anaknya itu terganggu hanya karena orang berkerumun atau saling berbisik mengenai kedatangan raja di negeri mereka tanpa ada pemberitahuan yang jelas. Perjalanan menuju tempat penginapan mereka diisi dengan kekosongan yang tidak berarti. Karina dan Claude yang duduk di kursi belakang sama sekali tak bicara. Si wanita bahkan terlihat memejamkan matanya lelah dan mungkin sedikit terlelap menuju tidurnya. Kris dan Victor yang tengah menyetir pun hanya diam dengan fokusnya masing masing. Jika di mobil itu hanya ada Victor dan Claude, mungkin si rambut hitam akan bervolunteer untuk sedikit berdendang atau minimal menghidupkan musik yang disukai oleh rajanya, seperti kebiasaan Claude. Namun, dengan adanya dua orang lain disana, membuat ia hanya diam saja karena tak tahu apakah keduanya akan senang jika mendengarkan musik. Jadi untuk sejauh ini, diam adalah pilihan yang terbaik. Perjalanan yang tahunya panjang itu menuntun mereka ke sebuah vila di perbukitan dengan pemandangan yang sangat indah. Kolam ikan dengan kincir air sebagai pembangkit listrik untuk pengganti air menjadi hal pertama yang mereka lihat ketika memasuki vila tersebut. Hal pertama yang mereka lakukan setelah berhasil melewati pintu masuk vila adalah mencari tempat terdekat untuk merebahkan diri dan langsung menghela nafas lelah. Perbedaan waktu, kondisi tubuh hingga perjalanan yang amat sangat panjang tentu saja menguras energi mereka sangat banyak. Belum lagi Victor yang harus menyetir dari bandara menuju vila ini karena keempatnya setuju bahwa mereka tak ingin ada orang asing ditengah mereka ketika liburan ini dimulai. “Nona, kamarmu disebelah sana, mari aku bantu membawakan barang barangmu” ujar Kris yang merasa sudah selesai mengisi kembali energinya meskipun sedikit, dan langsung membantu nonanya itu untuk membereskan beberapa hal yang perlu dibereskan. Karina yang memang kelelahan setengah mati hanya mengangguk dalam diam dan memasuki kamarnya setelah sedikit pamit pada Claude juga Victor. Hahh.. sepertinya memang istirahat seharian penuh dan tidak kemana mana hari itu adalah pilihan terbaik untuk mereka. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD