Chapter 4

1289 Words
Dari kalkun panggang hingga pie apel, Casey dan ibunya Aiden membuat berbagai macam hidangan di siang hingga menjelang malam hari itu. Entah siapa yang akan memakan semua itu. Mungkin nanti akan diberikan kepada pekerja di rumah itu, yang pasti mereka berdua tidak akan mampun memakan sendiri semuanya. Casey sendiri bukanlah seorang yang suka memasak, namun memasak dengan Ibu Aiden terasa begitu menyenangkan karna candaan tawa sering dilontarkan bersama anggur merah yang sesekali mereka sesap. "Coba ajah ada Jane ya, udah lama ibu gak masak bareng sama dia juga," seru Ibu Aiden ketika Casey sedang menyiapkan untuk membuat salad. Mendengar nama itu Casey langsung membeku, tapi tetap berusaha menjaga senyuman dibibirnya. Jane adalah teman kecil Aiden. Sebelum Aiden dibawa oleh ayahnya. Aiden sering ditinggal bermain dengan Jane oleh ibunya. Jane merupakan gadis seumuran Aiden yang nan cantik. Selain berasal dari kalangan angsawan seperti Aiden, Jane juga merupakan gadis dengan otak cemerlang yang terkenal cantik. Sangking cantiknya, Ia sering masuk di cover depan majalah sebagai model. Bahkan kabarnya Ia akan mengikuti ajang Miss Indonesia tahun ini. Pertama kali diperkenalkan dengan Jane, jujur saja Casey cukup cemburu. Jane dengan ibu Aiden sudah sangat akrab jauh sebelum kenal Casey. Bahkan dulu ibu Aiden sering menjodohkan Aiden dengan Jane. Namun menurut pengakuan Aiden, Ia sama sekali tidak tertarik dengan Jane bahkan Ia tidak pernah mengingat Jane sebagai teman masa kecilnya. Hubungan dengan Jane hanya sebatas kenalan ibunya, Ia bahkan tidak pernah berusaha untuk tidur dengan Jane. Casey tidak cemburu tentu saja, Ia kan hanya ingin tau. Jika Aiden memang suka dengan Jane tidak masalah kok. Toh mereka juga akan putus. Sayangnya entah kenapa Casey sungguh tidak menyukai jika nama itu disebut. Padahal kalau dipikir pikir Jane tidak pernah membuat Casey kesal, sulit bahkan untuk tidak menyukai Jane. Ia adalah gadis yang baik dan menyenangkan. Tidak pernah sekalipun merendahkan Casey yang tiba tiba terseret ke kehidupan Aiden, dan justru sering membantu Casey. "Iya, kita bisa bikin bolu. Jane kan pintar sekali membuat bolu,"  Angguk Casey setuju dengan ucapan ibu Aiden. Padahal dalam hati Casey meringis, Ia tidak suka dengan bolu dan tidak ingin mencoba membuatnya. Untungnya Ibu Aiden tidak mengetahuinya dan hanya mengalihkan pembicaraan "Casey bantu ibu tata meja makan ya. Aiden dikit lagi akan sampai untuk makan malem sama kita," seru Victoria, Ibu Aiden yang nan cantik, dengan kulit putih seperti s**u dan tubuh langsing walau sudah berumur serta rambut hitam legam dan yang mirip Aiden. Selebihnya Aiden lebih mirip ke ayahnya. Casey yang sedang mengaduk aduk salad seketika tersentak, Aiden? "Bu, Aiden mau kesini?" seru Casey berlari menghampiri wanita itu. Wanita cantik keturunan Indonesia itu langsung berbalik menghadap Casey "Iya, loh Aiden gak bilang sama kamu?" Casey baru akan menggeleng keras ketika tiba tiba kepala pelayan rumah Lily masuk ke ruang makan "Nyonya, Tuan muda sudah datang." Dan tepat sekali beberapa detik kemudian Aiden muncul dibelakang kepala pelayan itu. Pria tinggi dengan kaos putih dan jeans bolong bolong itu dengan santai masuk ke ruang makan yang ditempati ibunya dan baru saja akan menyapa ibunya ketika Ia melihat Casey "Elo!! Ngapain Lo disini!?" seru Aiden kaget. "Muka lo kenapa?" Seru mereka bersamaan. Seketika membuat keduanya merasa canggung, Casey yang merasa kepergok seketika langsung mengalihkan matanya ke segala arah berusaha untuk tidak menatap Aiden. "Aiden! Kok gitu sih ngomomg sama pacarnya! Muka kamu juga kenapa lagi! Abis berantem lagi kan!" Seru Lily memarahi anaknya, namun secara bersamaan mengkhawatirkan keadaan anaknya. Ibu mana yang tidak sedih melihat anaknya pulang dengan wajah memar seperti itu. Semarah marahnya Casey pada Aiden, Ia sedikit merasa khawatir dengan keadaan Aiden. Memang wajahnya tidak babak lebur, tapi pipinya yang memar dan bibirnya yang berdarah, sangat terlihat habis terkena tonjokkan orang. Biasanya Aiden tidak membiarkan lawannya memiarkan memukul wajahnya sedikitpun. Aset berharga katanya. Lily berjalan menuju Aiden, berusaha memegang pipinya, namun secara reflek Aiden langsung memalingkan wajanya membuat Ia sedikit merasa kecewa "Tidak apa bu, dikit lagi juga sembuh." Lily hanya menghembuskan napas mendengarnya, merasa gagal menjadi seorang ibu "Casey, ajak Aiden sana kekamar obatin lukanya. Ibu yang akan siapin makan malamnya." serunya memanggil Casey yang masih mematung. Mendengar namanya dipanggil, Casey berusaha untuk tidak mengumpat dan langsung menghampiri Aiden secara lambat. Menikmati setiap detiknya. Tidak sabaran, Aiden langsung menarik tangan Casey meninggalkan ibunya yang hanya tersenyum melihat mereka berdua. Aiden membawa Casey kekamarnya diatas lalu langsung menutup pintu serta mengunci kamarnya begitu mereka berdua masuk, dan menarik tangannya pergi ke atas. Casey yang mengetahui mereka berdua lepas dari pandangan ibunya dan para pelayan langsung melepaskan tangan Aiden. "Ngapain lo disini!" Seru Aiden langsung. Casey hanya memutar bola matanya membuat Aiden semakin jengkel "Sekali lagi gue liat tuh mata muter, gue kurung lo dikamar ini seminggu!" ancamnya "Terakhir aku liat ini masih rumah ibu kamu bukan rumah kamu, suka suka akulah mau ngapain. Bukan urusan kamu!" balas Casey tak mau kalah, "Cassandraaaaa" geram Aiden, menggunakan nama lahir Casey. Membuat Casey harus menelan ludah. "Ibu kamu yang nyuruh buat kerumah bantuin dia masak! Puas?" jelas Casey jengkel, ingin rasanya dia melontarkan jawaban pedas nan nyelekit. Tapi dia tahu pria didepannya ini sedang tidak ingin bermain main, dan sejujurnya Ia sedikit takut dengan ancamannya. Aiden yang mendengar jawaban Casey hanya menghembuskan napas berusaha menetralkan amarahnya yang tidak beralasan, yang entah kenapa muncul begitu melihat gadis mungil yang ada didepannya. "Ya udah ambil P3 sana," suruh Aiden layaknya boss. Casey yang masih mencoba bersabar dengan segera mengambil kotak p3 disudut kamar, namun langsung melemparnya kesamping Aiden yang sedang duduk ditepian tempat tidur. "Noh, Lo pake ajah sendiri! Aiden yang melihat kekasihnya bersikap kurang ajar langsung berkata dingin "Udah 3 kali ajah ya aku denger kamu ngomong lo gue. Belum pernah tuh mulut sama tangannya aku ajarin ya?!" Serunya membuat Casey semakin melototkan mataya dan berdiri tegang. Melihat Casey yang hanya menatapnya sinis Ia berkata dengan lebih halus "Sini, cepetan obatin. Nanti Ibu manggil." Mengetahui Ia tidak bisa melarikan diri karna pintu kamarnya dikunci, Casey akhirnya menghela napas dan menghampiri Aiden dan akhirnya Casey pun duduk didapan Aiden dikasur dengan lap basah ditangan kanannya dan betadine di tangan kirinya. Dengan hati hati Ia mengambil wajah Aiden di tangan mungilnya dan langsung membersihkannya "Katanya jagoan, Tapi kok kena pukul!" sindir Casey Aiden hanya mendengus sambil terus menatap wajah Casey "Sekali kali cowok itu harus kena pukul, biar bisa ngerasain sakit," Jawaban yang begitu ambigu, namun Casey tidak mau memikirkannya. Ia terus sibuk mengalihkan pandangan kearah Aiden yang terus memandangnya intens ke rah yang perlu diobatinya. Lagipula dia sudah cape memberi tahu Aiden untuk tidak adu tonjok lagi. Terkadang memang Ia mengerti alasan Aiden memukul orang namun bukan berarti Ia menyutujuinya. Merasa suasana hati Aiden yang mulai membaik, Casey memulai "Yan, aku sama Da.." "Aku gak mau nama laki laki itu keluar dari mulut kamu lagi." potong Aiden tajam membuat Casey mengernyit. "Kamu kenapa sih sensi banget kalau berhubungan sama dia. Kamu kan tau aku sama dia cuman sebatas kakak sama adik tingkat," balas Casey. Aiden dan mendecih dan tak menjawab balasan Casey, merasa tidak akan mendapat penjelasan apapun dari Aiden. Casey akhirnya menyudahi kegiatannya dan membereskan peralatannya. Ketika tiba tiba pinggangnya ditarik oleh Aiden mengakibatkan Casey terduduk dipangkuannya. Membuat pipi Casey seketika memerah. Jarak antara wajahnya dengan wajah Aiden hanya beberapa senti. "Kamu boleh masih suka sama Daniel. Tapi laki laki yang hanya boleh disamping kamu tuh cuman aku. Kamu inget itu baik baik. Karna sampai aku bilang kita putus. Aku gak bakal ninggalin kamu." seru Aiden tajam. Diucapkannya begitu serius sambil melihat kedalam mata Casey. Sebelum Casey sempat menyuarakan protes, Aiden mencium kening Casey sekali, ke kedua pipinya, lalu memberikan kecupan manis ke mulut Casey. Tidak ada pengakuan cinta ataupun sayang. Tidak ada kejelasan hubungan mereka berdua. Bahkan nama Daniel pun tidak pernah disebut sebut lagi setelah itu. Namun bagi Casey itu sudah cukup. Bodoh memang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD