When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Bang!" Farras memanggil. Muka betenya makin menjadi-jadi ditambah panas. Apalagi pas liat abangnya cool-cool aja duduk bareng Zakiya di trotoar sambil nunggu tukang bengkel. Farrel melempar tanya dengan muka kerutannya. Kentara banget kalau ia gak suka diganggu karena ada Zakiya disini. Tapi sedari tadi, mereka cuma ngobrol-ngobrol kecil aja. Kayak ngomogin tugas karena Farrel gak masuk kelas di jam terakhir tadi. "Pulaaaang! Farras panas nih!" Manjanya. Farrel menggaruk tengkuknya dengan bingung. Ia tak mungkin meninggalkan Zakiya sendirian disini. "Bentar lagi, Ras. Sampai tukangnya datang," tuturnya. Tapi tak mempan karena Farras malah mencebik. Farrel menarik nafas. Menahan kesal karena ulah Farras yang tiba-tiba manja begini. Ia tak tahu saja kenapa Farras begini. Ya, namany