Terlihat Rina dan teman regunya sedang beradu mulut, entah apa yang diributkan. Kakak Pembina melerai, dan menanyakan ada apa. Mereka saling ngotot dan saling menyalahkan, saling nge bos sok merintah.
"Ada apa ini??!!" Tanya Kak Yanto.
"Ini Kak, Rina dikasih tugas masak gak mau, malah nyuruh Dina, sedangkan Mereka sudah punya tugas masing-masing!" jelas Irma sebagai ketua regu. "Dari kemarin gak mau ngapa-ngapain Kak, yang lain udah ngalah eh malah keenakan!" Tambahnya lagi.
"Rina, Kamu gak boleh gitu, 1 regu tuh harus kerjasama, liat tuh regunya Tia, Mereka dengan sukacita melakukan tugasnya masing-masing, selalu kompak." Nasehat Kak Yanto.
"Kenapa bawa-bawa regu Tia sih Kak??!!!" Hardik Rina gak suka. "Kalo Kakak suka, ke sana aja! Gak usah ngurusin Kami!" sewotnya lagi.
Kak Yanto hanya menggeleng. Sebagai hukuman kegaduhan ini, mereka 1 regu dihukum push up 30x.
Santi langsung balik kanan ke tenda, dan menceritakan apa yang terjadi. "Emang si Rina itu selalu jadi biang kerok di regu itu." Kata Santi. "Padahal regu itu kalo gak ada Rina, bisa kompak juga loh." sambung nya lagi.
"Sudah... sudah... gak usah dibahas lagi." lerai Tia. "Lebih baik Kita siap-siap, tuh masakan udah mau jadi semua, udah lapeeerrr niiihhh." Kata Tia lagi, memasang muka melas.
Sontak teman regunya tertawa. "Hahahaha.. dasaaaarrr....!!"
Jam sudah menunjukan pukul 21.00, anggota regu sudah bersiap. Tia mengabsen kembali anggota regu dan perlengkapan yang akan dibawa. Mereka sudah siap semua, tinggal menunggu aba-aba dari Kakak Pembina.
Seseorang menghampiri tenda Tia. "Siapa tuh???" Tanya Sri. Mereka menengok semua ke arah orang itu.
"Eeehhhmmm Tiaaaa, pujaan hati datang tuh..." Goda Yuni.
Tia sontak kaget mendengar ucapan Yuni. "Apaan siihh Yuni?"
"Permisi.... boleh pinjam Tia sebentar??" Kata Yasin.
"Gak boleh!!" Sahut teman-teman Tia kompak.
Yasin tersenyum. "Tia, please."
"Baiklah.." Kata Tia.
"Jangan lama-lama, sebentar lagi kumpul di lapangan!" Teriak Halimah.
Tia membawa Yasin ke belakang tenda dekat empang. "Ada apa?" Tanya Tia.
"Tia, kenapa sikapmu berubah padaku?" Tanya Yasin sambil menggenggam kedua telapak tangan Tia.
Tia buru-buru menepisnya. "Gak ada yang berubah, sama kok, Kita tetap berteman." Jelas Tia sambil membelakanginya. "Tapi Ka...."
"Tiaaaaa, cepat!! Kakak Pembina udah manggil!" Teriak Yeni.
"Iyaaaa..!!" Jawab Tia. "Maaf, Kita harus cepat ke lapangan." Kata Tia sambil berlari meninggalkan Yasin yang masih terpaku. "Yasiiiinnn!!" Teriak Tia. "Ayooo nanti telat."
Yasin tersadar dan langsung berlari ke tendanya untuk mengambil perlengkapannya.
Semua Regu sudah berbaris di lapangan sesuai nama regu yang sudah tertempel. Kakak Pembina memberi intruksi tentang bagaimana menjalani mencari jejak ini.
"Sudah mengerti semua!!??" Kata Kak Yanto.
"Suuudaaaahhh..!!" Jawab anggota regu serempak.
Setiap regu mendapat peta masing-masing dari Kakak Pembina. Ternyata mencari jejak di bagi menjadi 4 penjuru yang akan berkumpul di titik yang sama.
Setiap 2 km akan ada pos-pos, yang akan memeriksa kelengkapan regu dan kesehatan anggota regu.
Regu yang pertama jalan, regu Rajawali yang di dalam nya ada Yasin, Mereka mendapat arah utara. Selang 5 menit Regu Anggrek menuju arah Selatan. 5 menit kemudian Regu Banteng ke arah Timur dan 5 menit kemudian Regu Mawar kearah Barat.
4 Regu sudah berjalan ke 4 penjuru. 10 menit kemudian regu Macan Tutul berjalan ke arah Selatan, selang 5 menit Regu Aster ke arah Utara, kemudian Regu Merpati ke arah Barat dan terakhir regu Melati ke arah Timur.
Kami berjalan menyusuri jalan setapak yang masih terdapat rumah-rumah warga, beberapa meter kemudian sudah tidak tampak rumah warga, yang ada hanya kebon-kebon dan rindangnya pohon bambu.
Berbekal senter Kami menyusuri jalan sambil mencari tanda jejak di pohon atau di batu, kalau dalam jarak 100 meter Kami tidak menemukan tanda panah berarti Kami salah arah. ( Reader maaf ya, untuk lokasi yang masih asri dan penuh hutan dan pematang sawah diambil dari pengalaman Author dulu waktu SMP. Kalau sekarang SMP Author udah jadi jalan TOL).
Regu Tia yang ke arah Utara terus berjalan di kegelapan malam. Yeni mulai kasak kusuk. Yeni masih tinggal di sekitaran daerah sekolah, jadi Dia sedikit paham jalan yang akan Mereka tempuh.
Yeni memepet pada Kami, regu Kami sontak sedikit kaget bertanya kenapa sikap Yeni begitu seperti orang ketakutan. Kami berhenti sejenak.
Tia menghampiri Yeni dan bertanya: "Ada apa Yen?"
Yeni sedikit gugup. "Kalo gak salah di depan sana jalan menuju pemakaman yang terkenal angker, beritanya pernah ada seorang gadis yang bunuh diri di pohon nangka dekat salah satu makam."
Sontak Kami semua teriak dan ada yang sampe mau mundur. Tia, Santi dan Sri mencoba menenangkan teman-teman Mereka.
"Tenanglah, ini malam minggu gak akan ada apa-apa." Kata Sri. "Lagi pula Kita kan bertujuh masa takut?"
Kami terus menyenter ke pohon dan batu untuk mencari tanda panah, sampailah Kami pada makam yang dimaksud Yeni, memang keadaannya gelap dan sepertinya pemakaman ini tak terawat, banyak ilalang yang tumbuh hingga menutupi jalan setapak ke tiap makam.
Kami berjalan di tengah-tengah area pemakaman itu, Kami makin merapatkan diri dan saling berpegangan erat. Tiba-tiba....
"Hihihihihihihihi...." Suara itu terdengar jelas, tanpa aba-aba anggota regu Tia berhamburan berlari sekencang-kencangnya. Karena kaget dengan reaksi teman-temannya, keseimbangan Tia lengah, senter yang Tia pegang terjatuh, dan tubuhnya memutar.
Teman-teman Tia tak ada yang tahu, karena Mereka sudah terbirit-b***t berlari sekencangnya.
Tia mencoba berdiri sambil meraih senternya yang jatuh dekat salah satu makam yang ternyata masih baru. 2 hari lalu, setelah Tia membaca papan nisannya.
Tia sedikit merinding dan hendak mengambil langkah seribu, namun tiba-tiba saja, tas ranselnya seperti ada yang menarik dari belakang. Tia langsung memejamkan mata, dan terus membaca ayat kursi sekencang-kencangnya.
Tubuh Tia serasa dipantek gak bisa bergerak. Terus mengulang ayat kursi itu. Tapi suara seperti kunti itu makin terdengar kencang pas ditelinganya. Tia merasa ada sebuah tangan menyentuh pundaknya. Tia memberanikan diri membuka mata.
Betapa terkejutnya Tia, di hadapannya berdiri sesosok tubuh dengan kain putih yang diikat diatas kepalanya menyerupai kue pancong ups... pocpoc. Refleks Tia pukul kepala pocpoc itu dengan senternya.
"Aaddaaaawww!" Teriak pocpoc.
Tia yang hendak berlari sontak berhenti. "Kok pocpoc teriak aduh?" Batinnya. Tia membalikan badan dan ternyata...
"Kak Yantoooo....!" Refleks Tia memeluk Kak yanto. "Kak, Aku takut, cepet pergi dari sini!"
Kak Yanto memelukku erat, bukan nya cepat pergi malah diam aja disitu.
Tia menyadari apa yang Dia lakukan, buru-buru Tia melepaskan pelukannya. Tapi Kak Yanto malah menariknya kembali kepelukannya. Dia menatap Tia lekat. Tia terdiam, makin lama makin dekat wajahnya ke wajah Tia.
"Aaaapppaa yang Kak Yanto akan lakukan?" Tanya Tia.
Kak Yanto tersadar dan meminta maaf pada Tia. "Maaf."
"Tia, Aku sangat menyayangimu." Peluknya lagi.
"Tttaaappiii Aakkuuu.." Jawab Tia terbata. "Jangan seperti ini Kak, Aku gak mau ada salah paham." Pinta Tia.
"Kak, Kita di daerah pemakaman, bisa kan Kita cepat-cepat menyingkir dari sini??" Harap Tia.
Sontak terdengar lagi suara cekikikan itu. Tia langsung memeluk tangan Kak Yanto. Kak Yanto tertawa sambil menunjukkan tape recorder mini dari tangannya.
Tia langsung memukul tangan Kak Yanto. "Kak Yanto jahat banget iiihhhh." Kata Tia manja.
"Kan ini malam minggu mana ada yang seperti itu? Kan Kamu yang bilang tadi?" Kata Kak Yanto.
"Bukan Aku yang bilang Kak, tapi Sri. Hehehehe... Jadi Kakak dari tadi mengikuti Kami?" Tanya Tia.
Kak Yanto hanya mengangguk. "Nanti Adik, Kakak yang manis ini diculik orang, lagi." Katanya lagi.
Karena berita yang sering terdengar daerah pemakaman yang angker itu sering dijadikan tempat pembegalan. Makanya Kak Yanto mengawal regu Kami dengan jarak yang tak akan terlihat oleh Kami. Kami pun dengan segera meninggalkan lokasi itu.
Kak Yanto menggandeng tangan Tia kuat. Tia agak risih sebenarnya takut nanti keliatan Sri. Dia akan salah paham. Tapi Tia terpaksa dari pada nanti Dia ditinggal lari lagi oleh Kak Yanto.