Mereka berjalan menyusuri jalan setapak di tengah-tengah sawah.
"Masih jauh ya rumah, Kamu?" Tanya Tia pada Yasin.
"Ya lumayan jauh tapi ini jalan pintas ke rumahku. Kalau naik angkot nanti saja kalau Kita mau kembali ke sekolah." Kata Yasin.
"Gak apa kok, Aku senang, pemandangannya bagus, sejuk lagi udara nya walau hari ini lumayan panas." Kata Tia.
Tak lama Mereka sampai di rumah Yasin, rumah bergaya betawi dengan teras tanah yang bersih, dengan lampu cup model antik jaman dahulu, tergantung di atas langit-langit atap teras
"Assalamu alaikum..." Salam Mereka berbarengan.
"Wa alaikumussalaam..." Terdengar sahutan dari dalam rumah. Keluar seorang wanita cantik seumuran Ibunya Tia.
Yasin meraih tangan Mamanya dan mencium punggung telapak tangannya, begitu juga dengan Tia dan Halimah.
"Ayooo mari masuk, Yasin bawa teman nya kok gak bilang-bilang? Mama gak punya apa-apa ini." Kata Mama Yasin.
"Gak usah repot-repot Tante, Aku dan Halimah cuma mau numpang istirahat aja dan numpang bersih-bersih. Aku dan Halimah sudah makan tadi di sekolah." Kata Tia.
"Oh kalau gitu, ayo silahkan. Yasin, anterin nih teman Kamu, mau ke kamar mandi." Pinta Mama Yasin.
"Iya Ma.." Sahut Yasin. Yasin pun menunjukkan arah ke kamar mandi pada Tia. Sebelumnya Yasin ke kamarnya untuk mengambil handuk yang masih bersih untuk Tia dan Halimah.
"Nih Handuknya, bersih kok dari lemari." Kata Yasin. Tia hanya tersenyum.
Tak lama, Tia sudah keluar dari kamar mandi. "Sekarang udah segar." Gumam Tia.
Tia bergegas ke ruang tamu dimana ada Mama Yasin, Halimah dan Yasin yang sedang mengobrol. Di atas meja sudah tersedia cemilan dan es sirup.
"Wah Tante, jadi ngerepotin nih... Kita kan cuma sebentar." Kata Tia merasa tak enak.
"Gak apa, kata Yasin tadi Kalian jalan kaki kesini, pasti haus." Kata Mama Yasin.
Tia mengangguk. "Halimah, Kamu mau bebersih juga, gak?" Tanya Tia.
"Iya gih sana, mumpung masih ada waktu. Biar segar juga, Tia aja sudah terlihat segar." Canda Yasin.
Halimah mengangguk dan bergegas ke kamar mandi. Tia berbincang dengan Mama Yasin, karena Yasin juga hendak mandi di kamar mandi dalam kamarnya.
Jam sudah menunjukkan 13.45.
"Waduh... keasyikan ngobrol nih sampe lupa mau pramuka. Yuk berangkat, nanti telat." Kata Halimah tiba-tiba.
"Kalian berangkat naik angkot saja, jangan jalan kaki, nanti telat." Kata Mama Yasin.
Mereka pun berpamitan pada Mama Yasin. "Sering-sering ya main kesini!!" Teriak Mama Yasin pada Tia dan Halimah yang sudah berlalu sambil melambaikan tangan.
Tia dan Halimah menoleh dan membalas ucapan Mama Yasin. "Iya Tante..!! Berbarengan.
Tak lama Mereka tiba di gerbang sekolah. Masih ada waktu 5 menit sebelum masuk jam pramuka. Tiba-tiba Yasin menggandeng tangan Tia. Tia kaget dan refleks menepis tangan Yasin.
Yasin menoleh ke arah Tia. Tia menggeleng. Sedangkan Halimah sudah berlari ke lapangan.
Mereka berbaris untuk melaksanakan upacara pramuka. Tia ditunjuk sebagai Pratama. Tia memang sering menjadi Pratama/ Pemimpin upacara, karena teman laki-laki Tia banyak yang tidak siap jika ditunjuk sebagai Pratama.
Sedangkan Yasin masih sungkan karena Dia baru beberapa kali ikut Pramuka.
Upacara pun selesai. Pembina Pramuka memberi aba-aba untuk berbagi kelompok, Karena hari ini Mereka akan diajari tali menali, membuat tandu dan juga memasang tenda, persiapan perkemahan nanti setelah ujian semester 5, karena di semester 6, Siswa kelas 3 tidak diperbolehkan mengikuti ekskul apa pun karena fokus dengan ujian kelulusan.
Mereka terbagi dalam 8 regu. Masing-masing regu terbentuk dari team laki-laki dan perempuan. Regu Tia diberi nama Regu Aster dan Tia terpilih sebagai ketua regu. Memang dari kelas satu, kepemimpinan Tia sudah dinilai oleh teman-temannya.
Regu Aster terdiri dari tujuh orang perempuan yang mempunyai postur tubuh kecil-kecil dan masih pada imut-imut.
Sedangkan Regu Anggrek yang di dalam nya ada Rina diketuai oleh Irma. Personil nya bertubuh tinggi dan subur-subur.
Dan enam regu lainnya terbagi atas 4 regu laki-laki yang terdiri dari 2 regu dari kelas dua dan 2 regu dari kelas 3. 2 regu perempuan yang lainnya dari kelas 2.
Sedangkan untuk kelas satu, belajar morse atau sandi.
Mereka pun bergegas membuat tandu. Setiap regu dibagi menjadi dua, 3 orang membuat tandu dan 4 orang mendirikan tenda.
Saking semangatnya, Tia tak menyadari ada yang sengaja menancapkan patokan dekat tenda regu nya. Tia berjalan kesana kemari sambil memantau pekerjaan tema regu nya juga memasang tenda.
Tak sengaja kaki Tia tersandung sebuah patok yang tertancap tidak pada tempatnya. Tia tersungkur ke tanah yang masih banyak kerikil tajamnya.
"Aaauuwww..!!" Tia berteriak. Teman-temannya langsung mencari suara yang Mereka kenal adalah suara Tia.
Mereka mendapati Tia yang terduduk dengan dagu berlumuran darah karena saat tersungkur, dagu Tia mengenai patok tenda yang sudah tertancap. Lutut Tia terlihat lecet dan memar, tangannya juga beset-beset.
Salah seorang teman Tia, Santi langsung berlari menghampiri Pembina. "Kak Yanto.. Kak Susi.. Kak Bram, Tia jatuh dan terluka!!" Teriakan Santi membuyarkan fokus semua regu pada tugas Mereka. Mereka berlari menghampiri tenda regu Aster, ingin melihat yang terluka.
Para pembina juga segera berlari. Kak Bram langsung melerai kerumunan. "Yang lain kembali ke tempat masing-masing!! Biar Kakak Pembina yang urus!!" Teriaknya.
Yang lain bubar, tapi tidak dengan Yasin. Dia menghampiri Tia. "Kenapa bisa begini?" Tanya nya terlihat khawatir.
Tia hanya meringis menahan sakit.
"Eehhmm.. Kenapa Kamu masih di sini, Yasin?" Tegur Kak Yanto.
"Maaf Kak, Saya hanya ingin membantu Tia, apa salah?" Yasin membela diri.
Kak Yanto hanya menghela nafas. Dia juga tahu desas desus tentang Yasin dan Tia.
Kak Yanto dan Kak Susi menghampiri Tia yang sudah diangkat teman-teman satu regu nya ke tandu dan siap untuk diangkat.
Kak Yanto memeriksa tandu Mereka. "Bagus, ini layak dipakai. Bawa Tia ke ruang guru." Pinta Kak Yanto dengan wajah ditekuk karena Yasin tak mau kembali ke regunya.
"Kayaknya ada yang cemburu." Bisik Halimah yang sedang membersihkan pasir halus yang menempel di tangan Tia.
Tia hanya menggeleng sambil meringis. "Ish.. Halimah... Ada-ada aja.. Kak Yanto itu gebetan Sri... sssttt..." Bisik Tia sambil meringis.
Namanya disebut, Sri menoleh ke arah Tia sambil melotot. "Tapi benarkan?" Canda Tia yang masih sempat usil.
Tia diminta merebahkan tubuhnya ditandu, tapi...
"Aaduuuuhhh..." Teriak Tia saat Sri hendak mengangkat kaki Tia yang terjuntai.
Kak Yanto dan Yasin refleks mendekat.
"Kayak nya kaki Tia terkilir..." Tia mengusap rok bagian pahanya.
Tia segera dibawa ke ruang guru. Sri dan Halimah membersihkan luka Tia dan memberikan obat merah. Kak Yanto terus menatap ke arah Tia
"Hhhmmm..." Halimah berkedip pada Tia dan melirik Kak Yanto.
Kak Yanto tersadar. "Tia. Kamu di sini saja. Halimah, temani Tia. Sri dan Yasin kembali ke lapangan. ayo cepat!" Perintah Kak Yanto.
Yasin meninggalkan ruang guru dengan perasaan tak rela. Tia mengangguk saat tak sengaja bertatapan dengan Yasin. Kini tinggal Halimah dan Kak Yanto yang menemani Tia.
"Kenapa bisa jatuh, Tia? Semangat banget ya?" Tanya Kak Yanto memecah keheningan.
Tia tersenyum kecut. Halimah menyahut: "Gak tahu Kak, Tia semangat banget... Tapi Aku bingung deh, kok patoknya bisa tertancap di situ? Padahal itu bukan area tempat patok ditancap, dan lagi Aku tadi udah merapihkan daerah itu dari patok yang berserakan." Jelas Halimah mengingat-ingat.
Tia juga mengiyakan.
"Kalian gak lihat ada yang menancapkan patok itu di sana?" Tanya Kak Yanto. Halimah dan Tia menggeleng.
Di tempat lain sepasang mata sempat menggeram melihat perlakuan Yasin dan Kak Yanto terhadap Tia. "Apa istimewa nya sih tuh anak? Cantik gak, masih cantikan Gw, putih juga gak. Kulit sawo matang gitu, rambut hitam tebal bergelombang gitu, pintar? Aku juga pintar. Cuma sedikit di bawah Dia. Kurang apa Aku? Tubuh tinggi berisi, sedangkan Tia? Kurus, kecil, hitam, hidup lagi!! Udah Gw peringatkan jangan dekat-dekat Yasin, masih aja gak dengar. Sekarang Kak Yanto lagi, ikut-ikutan merebutkan Dia!! Syukur!! Emang enak Gw kerjain." Gumamnya puas, sambil menyeringai. "Rina gitu loh...!"