Diterima

1108 Words
Pesona Sang Madu 3 Diterima “Akan lebih baik jika mbak membesarkan anak kandung Bang Rasyad ketimbang anak orang lain,” kata Lyra memelan namun dengan penekanan yang kuat. “Maksud Mbak?” tanyanya lagi, matanya setengah melotot menatap Lyra. Sepertinya Zahra belum juga paham dengan yang Lyra ucapkan barusan. Padahal Lyra sudah menekankan kata ‘Akan lebih baik jika mbak membesarkan anak kandung Bang Rasyad ketimbang anak orang lain’. Lyra memperbaiki posisi duduknya, menyeruput jus jeruk yang masih bersisa untuk menyegarkan tenggorokannya yang mulai mengering. Ditariknya nafas sebelum ia melanjutkan ucapannya. “Begini Dek, Bang Rasyad anak tunggal dan mbak mandul. Keluarga kami seringkali menanyakan kenapa mbak belum juga hamil. Terutama mama mertua, beliau ingin sekali punya cucu. Sampai sekarang kami belum memberitahu keluarga kami kalau mbak tidak akan pernah bisa hamil.” Lyra menarik nafas sebentar, lalu melanjutkan ucapannya. “Mbak ingin Bang Rasyad menikah lagi, agar kami bisa memberikan mama cucu. Dan nantinya, anak itu kami yang akan merawatnya. Mbak ingin kamu menjadi istri Bang Rasyad sampai kamu melahirkan anaknya,” kata terakhir Lyra ucapkan dengan sangat hati-hati supaya Zahra bisa mencerna maksud dari ucapannya. “Mbak meminta aku untuk menyerahkan anak kandungku sendiri?” jawabnya gusar. “Begini Dek, jangan salah paham dulu.” Lyra berusaha mencari kata-kata yang baik dulu sebelum melanjutkan ucapannya. Dirangkainya kata sebaik mungkin supaya Zahra bisa mengerti dan tidak tersinggung. “Kami akan memberi apapun yang kamu minta. Asalkan kamu mau membantu mbak,” ucap Lyra lirih. “Tidak akan pernah, Mbak. Aku tidak akan menjual anak kandungku dengan apapun di dunia ini. Aku tidak menyangka Mbak bisa sekeji ini. Mbak tidak punya perasaan.” Zahra meninggalkan Lyra sendirian. Ditatapnya Zahra yang sudah menjauh, ia menelan ludah karena penolakan Zahra, tapi Lyra bukanlah seorang yang gampang menyerah. Jika Zahra menolak, maka ia akan mencari perempuan lain yang mau melakukannya. Tekadnya sudah bulat, mencari istri untuk suaminya. Kemudian Lyra meninggalkan tempat tersebut menuju tempat mobilnya di parkir. Ia duduk dibelakang kemudi sambil berfikir langkah apa yang akan dia lakukan. Diambilnya ponsel yang tersimpan di dalam tas, satu persatu ia membuka nomor handphone yang tersimpan di kontak ponselnya. Lalu ia mengirim pesan ke beberapa orang teman lamanya yang ia rasa bisa membantunya untuk mencarikan seorang gadis yang bisa menjadi istri kedua suaminya. *** [Ada nih, Ly. Seorang janda miskin yang membutuhkan pertolongan kalian?] Begitulah bunyi pesan salah seorang teman lama Lyra. Seorang janda miskin untuk dijadikan istri suaminya? Tidak mungkin, seorang janda tentu memberatkan bagi ia dan Rasyad. Apalagi janda tersebut mempunyai anak dari suaminya terdahulu. Lyra tidak mau membebani Rasyad dengan menikahi seorang janda lalu menjadi ayah sambung untuk anak janda itu, kemudian meminta janda tersebut meninggalkan mereka saat ia sudah melahirkan anak Rasyad. Akan ada beban moral yang tertinggal di hati mereka jika Lyra melakukannya. [Kalau bisa jangan janda, Dew. Gue mau yang masih sendiri, jadi gue sama dia sama-sama enak. Lo kan tau, gue hanya butuh ia sampai ia melahirkan saja. Jika ia janda, apalagi sudah punya anak, kasian anaknya. Gue gak mau hal ini menjadi beban mental untuk gue dan Bang Rasyad juga untuk anaknya. Bagaimana nanti anaknya tau, apa yang pernah ibunya lakukan?] Lyra membalas pesan Dewi, sahabatnya tersebut sudah bersusah payah membantunya mencarikan seseorang yang bisa menjadi istri Rasyad. Bukannya Lyra terlalu banyak kriteria, Lyra juga harus memikirkan perasaan orang disekitar mereka nanti. Karena Lyra sadar, apa yang dilakukannya tidaklah baik. Tapi dengan berbagai pembenaran, Lyra tetap bersikeras kalau itu baik. Karena itu, ia berusaha tidak merugikan banyak pihak dalam hal ini. [Ntar gue cari lagi deh, tapi apa Lo gak mau ketemu orangnya dulu. Kasian loh Ly, anaknya hanya satu. Sudah dua tahun ditinggal suaminya. Gue yakin, ia gak akan menolak perjanjian yang Lo minta, karena ia memang butuh duit untuk penyambung hidupnya dengan anaknya.] [Gue pikir-pikir dulu deh, Dew. Tapi kalau lo bisa cari yang masih sendiri, gue lebih memilih yang sendiri.] [Oke, gue usahain ya....] [Thanks ya, Dew.] Janda, apa suaminya mau menikahi janda dan menjadi ayah sambung? Lyra memikirkan berbagai kemungkinan jika itu terjadi. Kepalanya menggeleng tidak setuju dengan yang disarankan Dewi. Jika memang ia harus membantu janda tersebut, tidak harus dengan menikahkan ia dengan suaminya. Ia bisa memberikan sedekah untuk mereka. Dalam hal ini, Lyra ingin mencari seorang perempuan yang bebas yang tidak akan melibatkan orang lain dengan perjanjian yang akan mereka buat. Bisa jadi si ibu tidak menuntut di kemudian hari, tapi bagaimana dengan anaknya? Lyra tidak mau di masa yang akan datang ada masalah, karena itu Lyra harus mencari seorang yang benar-benar bebas, seperti Zahra. Kemudian ia teringat dengan adik sahabatnya itu. Apa permintaanya terlalu melukai harga diri gadis itu? Apa ia harus melibatkan Zaimah untuk membujuk Zahra supaya mau menerima lamarannya? Zahra gadis yang baik, sama baiknya dengan Zaimah. Meskipun Lyra tidak begitu dekat dengan Zahra, tapi Lyra yakin, Zahra memiliki sifat yang tidak jauh berbeda dengan kakaknya. Penurut, ya, Zaimah seorang perempuan yang tidak pernah membantah. Pasti Zahra tidak jauh berbeda dengan Zaimah, karena mereka dibesarkan dalam satu keluarga yang sama. Gayung bersambut, dua hari setelah penolakannya, Zahra menghubungi Lyra jika ia bersedia menerima tawaran Lyra asalkan Lyra membelikannya sebuah Ruko dan memberi modal untuk ia berdagang. Tidak masalah baginya tentang permintaanya, Lyra sudah menyiapkan segalanya. Tidak penting juga baginya alasan Zahra menerima tawaran yang pertamanya sudah ditolak, yang jelas Zahra sudah bersedia. Setelah itu, dengan cepat Lyra mempersiapkan semua surat-surat pernikahan. Lyra tidak akan mengundang siapapun dalam pernikahan tersebut. Pernikahan ini hanya akan dihadiri oleh Lyra, Rasyad, Zahra, Penghulu dan dua orang saksi yang bisa Lyra percaya, yaitu Dewi dan suaminya. Zahra juga sudah menandatangani perjanjian pernikahan yang telah Lyra buat. Isinya simple saja, jika nanti Zahra sudah melahirkan anaknya, ia akan menyerahkannya kepada Lyra dan akan Lyra ganti dengan uang untuk modal usaha Zahra, nominalnya Zahra bebas menentukan, Lyra akan menyanggupinya. Untuk kedepannya, Zahra tidak menuntut sama sekali dan menganggap semuanya tidak pernah terjadi. Zahra juga tidak diperbolehkan untuk menghubungi Lyra, Rasyad dan anaknya. Setelah menikah, Zahra akan tinggal dirumah mereka. Lyra telah mempersiapkan semuanya dengan matang. Kamar yang akan di tempati Zahra sudah disiapkan juga, nanti Lyra akan mengenalkan Zahra pada tetangga kalau Zahra adalah istri adik sepupu Lyra yang ditinggal dinas oleh suaminya di luar kota. Karena kehamilannya, Zahra dititipkan sementara di rumah Lyra dan Rasyad. Zahra akan menempati kamar di lantai satu, sementara kamar Lyra dan Rasyad ada di lantai dua. Lyra juga sudah menyiapkan hatinya dari sekarang untuk malam pertama mereka nanti. Ikhlas. Rasa ikhlas yang tidak dimiliki oleh semua wanita yang suaminya menikahi perempuan lain. ‘Satu malam saja, Bang. Semoga satu malam pengorbananku akan di balas oleh Tuhan dengan kebahagiaan sepanjang hidup kita.’ Lyra bermonolog di dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD