Ranti menatap jengah pada ketiga pria yang beberapa hari lalu menanyakan Reon. Dan hari ini, ketiga pria menyebalkan itu kembali lagi menanyakan seorang Reon Zalendra.
Ada hubungan apa, sebenarnya Reon dengan pria-pria tampan sekaligus menyebalkan ini? Walau dalam hati Ranti, Reon masih menjadi seorang paling menyebalkan nomor satu, tidak ada duanya.
"Apakah Reon ada, manis?"
Ranti memutar bola matanya jengah. Melihat bagaimana pria yang berada di depannya, menatap Ranti penuh minat. Cih! Kenapa Ranti selalu menemukan pria m***m? Tidak adakah, pria alim-alim di sini. Yang sering ke gereja bukan ke klub malam.
"Ada, Anda silakan masuk," Ranti berdiri dari tempat duduknya, mempersilakan para pria-pria tampan, namun mengesalkan ini segera berlalu dari hadapannya.
Ranti menghela napasnya lega. Melihat ketiga pria tampan menyebalkan itu, telah memasuki ruangan Reon. Ranti mengeluarkan ponselnya, lebih baik dirinya berkecimpung dengan dunia w*****d daripada memikirkan pria-pria aneh itu.
Ranti mulai berkhayal, berimajinasi, dan mengerakkan jarinya dengan lincah di atas keyboard ponselnya. Kebetulan sekali, Ranti sudah menyelesaikan beberapa pekerjaan. Mumpung sang bos sedang kedatangan tamu, Ranti bisa memanfaatkannya sebaik mungkin.
Setelah mengetik lebih dari 2000 kata, akhirnya Ranti bisa memublikasikan ceritanya. Dengan tenang Ranti menatap ke arah pintu ruangan Reon, masih aman.
"Kok, cerita Mate diulang lagi?" Ranti mengerutkan keningnya, melihat salah satu cerita yang ditemuinya dan sudah dibacanya kemarin, diulang kembali. "Kak Ara, plin-plan," gumam Ranti, dengan mengulang kembali membaca cerita dari salah satu penulis w*****d.
"Ehm, kenapa sekretaris kerjanya main ponsel dan senyum-senyum?"
Ranti terkesiap. Segera memasukkan ponselnya kembali ke dalam laci meja kerjanya, menatap ke arah empat pria nan tampan dan rupawan. Senjak kapan mereka ada di sini? Perasaan tadi, mereka masih berada di dalam.
"Maaf," Ranti meminta maaf, menundukkan kepalanya.
Reon menatap datar. "Jangan ulangi lagi, aku tidak suka dengan orang bermain-main dalam bekerja," ucap Reon dingin, melenggang pergi dari hadapan Ranti. Ketiga sahabat Reon, mengikuti langkah Reon yang memasuki lift khusus untuk CEO.
Ranti memukul kepalanya. "Dasar bodoh!" Ranti merasa sangat bodoh sekali. Seharusnya ia bisa menahan diri, untuk tidak membuka aplikasi w*****d yang sudah candu baginya.
Lihatlah? Dirinya dicap sebagai sekretaris yang melalaikan pekerjaan. Apalagi kelihatannya Reon menatapnya datar dan tidak suka. Ranti merasakan, hatinya tidak nyaman dan tidak suka melihat Reon menatapnya secara datar dan berkata dingin.
"Lah, ngapa ini hati? Nggak mungkin gue suka sama Reon," ucap Ranti menggunakan bahasa gaul negaranya. Ranti menggeleng kuat, tidak mungkin dirinya menyukai seorang Reon.
Mana mungkin, dirinya menyukai seorang lelaki seperti Reon. Reon bukanlah pria idaman dari seorang Ranti. Memang Ranti akui paras, kekayaan, dan aura yang dimiliki oleh Reon sangat kuat. Namun, Ranti tidak ingin mendapatkan seorang suami yang sering gonta-ganti pasangan, bagaikan mengganti pakaian.
"Kau siapkan bahan rapat," Ranti kembali terlonjak kaget. Mendengar ucapan dari suara pria yang dibencinya dan membuat hatinya gelisah sekarang.
Ranti menatap Reon. Sesaat Ranti, merasakan detakan jantungnya berpacu lebih cepat. Ada apa dengannya? Ia tidak boleh jatuh hati pada Reon.
"Baik, semua yang Mr perintahkan, sudah saya lakukan," Ranti berdiri dari tempat duduknya, mengambil beberapa berkas untuk rapat.
Reon menatap datar, pada gadis yang sudah membuat dirinya harus menahan hasrat mengebu. Sebelumnya Reon tidak pernah seperti ini, di mana-mana seorang wanita-lah yang mengejar dirinya dahulu, bukan dirinya.
"Ranti-" Ranti mendongak melihat ke arah Reon, yang memanggil dirinya. "Ya," jawab Ranti, kembali fokus kepada beberapa berkas dan menbacanya dengan teliti.
"Kau--sangat mengiurkan," Reon menyeringai, setelah berhasil membuat sekretarisnya berdecak kesal.
"Maaf, bisakah Anda bersikap profesional?" tanya Ranti sinis.
Reon mengangkat sudut bibirnya, "Tidak bisa," jawab Reon singkat.
Ranti mengeram kesal. Sabar. Orang yang sabar mendapatkan jodoh yang baik-baik. "Semuanya sudah siap," Ranti mengulurkan beberapa berkas rapat kepada Reon.
Reon menerima berkas-berkas dari tangan Ranti. Ia menatap m***m kepada sekretaris cantik nan seksi ini. Selama ini, tidak pernah Reon, memiliki seorang sekretaris yang semuanya serba alami. Bukan hasil dari operasi, b****g yang menggoda, p******a yang pas, bibir seksi, dan yang paling penting... Reon membayangkan bagaimana nikmatnya, lubang milik Ranti.
Sial! Reon kembali turn on. Tidak bisa dibiarkan, dirinya harus segera pergi dari hadapan Ranti secepatnya. Untung saja rapat kali ini, Ranti tidak ikut bersamanya.
Reon melangkahkan kakinya secepat kilat. Tidak bisa berlama-lama menatap lekukkan tubuh indah dari seorang Rantika Alexandrova. Gadis berdarah Indonesia-Ukraina itu. Berhasil membuat Reon kelimpungan dan mencari penyaluran hasrat di luar.
Ranti menatap kepergian Reon. Ia merasakan hatinya berdenyut sakit kembali, melihat Reon pergi tanpa pamit dan tidak melihat ke arahnya kembali.
Ada apa dengannya?
Ranti tidak ingin jatuh cinta, kepada Reon. Reon bukanlah lelaki baik-baik, yang tidak pernah menghargai seorang wanita. Reon sudah terkenal mengganti teman kencan setiap saat.
Apalagi baru-baru ini, Ranti mendengar, Kalau seorang Reon menjalin kasih dengan seorang Model celana dalam.
"Aku tidak boleh jatuh cinta kepadanya," Ranti menggeleng dan mengusir perasaan yang mulai tumbuh sedikit. Sebelum perasaan itu tumbuh semakin banyak, dirinya harus membunuh perasaan tidak wajar ini.
***
"Kau seperti menahan sesuatu?" Lucas bertanya, dengan nada mengejeknya. Melihat bagaimana Reon menahan sesak dari dalam celana, sungguh pemandangan yang sangat menyenangkan.
Reon menatap tajam ketiga sahabatnya. "Kalian bisa diam?" Reon mengambil duduk di samping Peter.
Memang, hari ini Reon rapat dengan ketiga sahabatnya di salah satu restoran. Sekalian menikmati makan siang bersama.
"Kau berkhayal menikmati tubuh Ranti?" tanya Peter.
Reon mengangguk. "Ya, kalian tau sendiri. Kalau hanya Ranti seorang yang berani menolak pesonaku,"
"Mungkin pesonamu sudah luntur," ejek Kevin, mengundang tawa dari yang lainnya.
"Kau jangan bicara sembarangan! Mana mungkin pesonaku luntur? Lihatlah, sebentar lagi gadis itu pasti sudah menjadi milikku." Reon berucap mengebu.
"Kau yakin sekali," timpal Peter.
Reon menatap tajam ketiga pria yang sudah bersama dengan dirinya, sedari menduduki Senior High School.
"Sudahlah, lebih baik kita membahas mengenai hotel yang akan, dibangun di Dubai," Reon memberikan berkas-berkas yang sudah disiapkan oleh Ranti, kepada sahabat-sahabatnya.
Keempat pria itu. Mulai fokus dengan membahas kerja sama mereka membangun sebuah hotel di Dubai. Mereka berempat akan serius bila, membahas sebuah pekerjaan. Semua masalah wanita akan mereka lupakan sesaat.