Part 4/5

1200 Words
            “Bersama Arla di bawah.” jawab Albert.             Syahquita melepaskan tangannya dari kedua pipi Albert, ia hendak berlalu dari hadapan suaminya namun tangan kekar Albert menahannya.             “Biar aku yang ke bawah, kau tetaplah di sini.” kata Albert lalu berjalan pergi dari hadapan Syahquita.             Syahquita memandang kepergian suaminya dengan kegeramannya, ia tidak mengerti mengapa Albert memperlakukannya seperti ini. Seolah-olah dirinya sedang sakit keras.             Tak lama setelah itu Albert kembali bersama Oliver yang berada di gendongannya, anak lelaki itu di  turunkan oleh Albert dan langsung berlari ke arah Syahquita.             “Mommy.” teriak Oliver kegirangan.             Syahquita membungkukan badannya dengan tangan terbuka lebar menanti kedatangan anak kesayangannya ke dalam dekapannya, “Hii, sayang. Mommy mencarimu sejak tadi.”             Syahquita mengangkat tubuh Oliver ke udara lalu menggendongnya di depan d**a, ia mencium gemas pipi gempal anaknya itu hingga wajah Oliver memerah.             “Mommy.” rengek Oliver.             “Maaf, sayang. Mommy terlalu merindukanmu, Ollie.” sahut Syahquita menyudahi ciuman di pipi anaknya.             Syahquita mengusap lembut kening Oliver dengan tangan kanannya hingga turun ke rahang bocah itu, ia melakukan hal tersebut ke kedua pipi Oliver yang memerah akibat ulahnya.             “Oke, sekarang apa yang akan kita lakukan?” tanya Albert memecah kerinduan Syahquita pada anaknya.             Secara spontan Syahquita dan Oliver langsung mengarahkan pandangan mereka ke arah Albert yang berdiri di depan Syahquita.             “Aku ingin membaca buku. Bisakah kita ke perpustakaan saja?” tanya Syahquita ragu karena ia yakin Albert tak akan mengijinkannya.             Albert mengangguk pelan dengan senyumannya, ini di luar dugaan Syahquita, “Selagi aktivitas ringan aku akan mengizinkannya, ingat hanya membaca buku tidak lebih dari itu. Deal?”             “Oke, deal.” sahut Syahquita penuh semangat.             Syahquita melangkahkan kakinya hendak keluar namun Albert menghentikannya karena ia tidak mau istrinya menggendong Oliver yang nyatanya tidak seringan bulu angsa. Albert mengambil alih Oliver dari gendongan Syahquita, mereka berjalan berbarengan menuju perpustakaan yang letaknya di sayap timur kastil.             Syahquita memilih beberapa buku yang diinginkan oleh Oliver, niatnya mengunjungi perpustakaan untuk membaca buku bukan membacakan cerita dongeng untuk anaknya. Tapi, itu tak menjadi masalah bagi Syahquita setidaknya ia bisa mengenang cerita dongeng masa kecilnya dahulu. Ya walaupun di usia delapan tahun ia mengkhayalkan sosok Vampire nan menyeramkan yang kini menjadi suaminya sendiri.             Sementara Albert sendirilah yang merasa bosan berada di ruangan yang di penuh oleh rak-rak buku, ia bukan tidak gemar membaca melainkan selera membacanya belum muncul saja makanya ia merasa jenuh. Sebenarnya pun tujuan Albert mengambil cuti agar dirinya bisa berduaan dengan Syahquita supaya hubungannya dan istrinya itu bisa kembali merapat seperti sebelum semua pertengkaran terjadi.                                                                                             ***             Setelah berjam-jam mereka di perpustakaan, akhirnya Syahquita mengajak Albert dan Oliver keluar dari sana. Ini seperti sebuah keajaiban bagi Albert sebab ia sudah meminta pada Syahquita untuk kembali ke kamar namun selalu saja di tolak terlebih Oliver masih ingin mendengarkan suara mendayu-dayu dari ibunya.             Mereka bertiga keluar dari perpustakaan bersama-sama, kali ini Oliver berjalan di antara Syahquita dan Albert tanpa di gendong seperti mereka datang. Saat mereka hendak menaiki anak tangga yang akan membawa mereka ke lantai dua kastil tiba-tiba saja mereka berpapasan dengan Robert yang memakai dua kruk (tongkat ketiak) di kanan dan kirinya. Terlihat sangat jelas bahwa kondisi Robert tidak dalam keadaan yang baik-baik saja, kaki kiri memakai gips terbalut kain elastis berwarna cokelat muda.             “Senangnya bisa melihat kau bersama-sama dengan Syahquita dan Oliver tanpa merasa bersalah atas keadaanku, Albert.” cibir Robert.             Rahang Albert mengeras setelah mendengar perkataan Robert, kedua tangannya pun terkepal sangat kencang di samping kedua pahanya. Syahquita memperhatikan raut wajah suaminya itu, ia yakin emosi Albert pasti sudah terpancing.             “Al.” tegur Syahquita seraya melirik penuh peringatan.             Syahquita meraih tubuh Oliver lalu menggendongnya, ia berjalan menaiki tangga lebih dulu dari Albert karena ia tidak mau lagi terlibat dalam perkelahian keduanya. Albert memejamkan kedua matanya, menarik napas dalam bahkan lebih dalam dari biasanya, kepalan tangannya pun perlahan-lahan mengendur.             Albert mengangkat kakinya menaiki anak tangga mengikuti jejak sang istri yang sudah lebih dulu menaiki anak tangga. Kali ini Albert lebih memilih untuk melupakan emosinya daripada harus menerima kemarahan Syahquita yang sangat menyiksanya baik secara batin maupun fisiknya.             “Hei, Loser!!! Apa kau bosan menyakitiku?” teriak Robert dari bawah.             Albert menutup kedua matanya rapat-rapat sambil terus menaiki anak tangga, ia tidak mau dan tidak akan terpancing lagi dengan segala emosinya. Entah ada apa dengan Robert? Ia seperti menantang Albert untuk berkelahi dengannya.             “KAU PECUNDANG, ALBERT!!! PRIA MALANG YANG TAKUT PADA KEMARAHAN ISTRINYA!” teriak Robert lagi sangat kencang hingga menggelegar ke seluruh sudut ruangan.             Albert membalikkan tubuhnya ke belakang, dengan tatapan mematikannya Albert menatap ke arah Robert yang berada jauh di bawah, “HENTIKAN, ROBERT!!!”             Dengan senyuman nyelenehnya Robert kembali berteriak, “Untuk apa aku hentikan? Apa kau tidak mau menghajarku hingga babak belur lagi?”             Albert memutar bola matanya jenuh, ia membalikkan kembali tubuhnya dan melangkah ke arah kamarnya. Ia menganggap angin lalu perkataan Robert yang masih saja bersuara di bawah sana.             “LOSER, bertarunglah denganku! Kau pengecut, Albert!”             Albert mengusap-usap dadanya pelan, ia harus kuat menahan emosinya yang sangat ingin menghajar Robert hingga tak berdaya. Namun, apa dayanya ia yang tak mampu melakukan itu karena ingat dengan janjinya pada Syahquita.             Memang sangat sulit bagi makhluk keji, kejam tak punya hati seperti Vampire untuk menahan segala emosinya. Kemarahan mereka seperti sisi lain diri mereka yang terkadang mengambil alih seluruh diri mereka hingga tak mempedulikan apapun di sekitarnya, hal ini pun terjadi sebelum kejadian Syahquita terbentur tangga.                                                                                    PART 5 Kehidupan memang tidak selamanya lancar jaya. Kita memiliki sejuta harapan tapi tak selalu menjadi kenyataan.             Hari berlalu berganti minggu bahkan bulan, meninggalkan jejak yang terlupakan maupun tidak terlupakan. Pertengkaran Robert dan Albert terus berkecamuk dari hari ke harinya sampai membuat Syahquita tidak tahu harus melakukan apa untuk melerainya. Memang Albert sudah berjanji untuk menahan emosinya tapi tak selamanya ia mampu menahan emosinya itu.             Pergelutan antara amarah dan kesabarannya menyebabkan kegelisahan pada dirinya. Di saat Albert ingin menahan emosinya, Robert justru memancing emosinya terus menerus hingga membuat Albert geram dibuatnya. Tetapi, Albert sudah tak mampu menahan emosinya itu, hasratnya begitu ingin menghabisi Robert. Tiap kali Albert diam, Robert malah mengusiknya sangat persisi seperti setan dalam diri manusia.             BRUUUUKKKKKK… Tangan Albert yang terkepal sukses menghantam wajah Robert sangat keras. Berkali-kali Albert memukulkan tangannya ke wajah adiknya itu hingga sudut bibir Robert berdarah bahkan hampir sobek karena pukulan bertubi-tubi plus keras nan kasar.             “Aku sudah mengatakan padamu, Robert! Jangan memancing emosiku!!” kesal Albert mendorong keras tubuh Robert ke dinding.             Perlakuan Albert tak membuatnya takut atau merasa sakit, Robert justru tertawa senang melihat kemarahan kakaknya itu, “Albert yang malang! Istrimu itu tidak sungguh peduli padamu, Albert. Dia hanya peduli padaku.”             “Buktinya kemarin sore ia menemuiku untuk melihat kondisiku.” lanjut Robert tersenyum puas.             “k*****t!!!” Albert membenturkan kepala Robert ke dinding hingga menimbulkan bercak darah di dinding itu yang sudah pasti itu darah Robert.             “ALBERT!!! HENTIKAN!!!” teriak Syahquita murka tak sengaja melihat pertengkaran itu.             Syahquita berlari untuk menghampiri keduanya, ia menarik kasar kerah baju belakang Albert lalu berusaha menurunkan tangannya dari kerah baju Robert. Mata Syahquita terbelalak, mulutnya terbuka lebar ketika melihat kerah baju Robert yang berlumuran darah.             “Oh my God!!”             “Apa yang kau lakukan, Al?” bentak Syahquita seraya menatap nanar suaminya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD