Part 1 (e)

1126 Words
            Ketiga pria yang Albert panggil datang secara bersamaan, mereka terkejut sekaligus panik melihat Robert tergeletak di atas lantai tak sadarkan diri. Ketiganya berjongkok mengeliling tubuh Robert yang tergeletak dan saling bertukar pandang satu sama lain bertanya melalui tatapan.             “Ada apa dengannya,  Al?” tanya Joven dengan raut wajah cemas.             “Aku tidak tahu. Saat aku dan Syahquita datang, ia sudah terjatuh ke lantai.” Jawab Albert.             Syahquita memperhatikan keempat pria di hadapannya, “Mengapa kalian hanya diam saja? Bawalah Robert ke ruang pengobatan.”             Setelah mendapat gertakan dari Syahquita barulah Albert dan Joven menggotong tubuh Robert menuju ruang pengobatan, sedangkan Dawin pergi mencari Alger yang entah berada di mana saat ini. Syahquita dan Keenan berjalan cepat di belakang Albert dan Joven.             Syahquita membukakan pintu ruang pengobatan agar kedua pria yang membawa tubuh Robert dapat masuk secara leluasa. Albert dan Joven meletakkan tubuh Robert di atas brankar. Tak lama setelah itu Dawin masuk ke dalam ruangan itu bersama dengan Alger dan dua medikus istana. Syahquita dan yang lainnya menjauh dari brankar, mereka membiarkan Alger dan dua medikus melakukan tugasnya.             Alger merobek kemeja Robert dengan gunting, dapat terlihat jelas bahwa ada luka di d**a Robert lebih tepatnya di atas jantungnya. Tubuh Syahquita melemas ketika melihat luka itu.             “Ada apa, Alger? Apa yang terjadi pada Robert?” terdengar suara khawatir keluar dari mulut Joven.             Alger menoleh sekilas ke arah belakangnya, “Luka lamanya terbuka kembali.”             “Luka lama?” tanya Albert tak mengerti maksud perkataan Alger.             Syahquita dan keempat pangeran mendekatan tubuh mereka untuk melihat luka yang Alger maksudkan. Luka yang sama kembali terbuka, mungkinkah ini ada hubungannya dengan Syahquita-wanita yang pernah dicintainya?             “Bagaimana mungkin luka itu bisa terbuka kembali?” tanya Keenan tak percaya.             “Ini pasti ada hubungannya dengan Drake. Aku sudah mencurigainya sejak awal. Aku akan membunuhnya kali ini, tidak akan aku biarkan ia lolos.” celetuk Albert berapi-api.             “Hei, hei, tenanglah. Ini tidak ada hubungannya dengan Drake. Kau tidak bisa menilai orang dalam sekejap, Al. Bagaimana jika ini tidak ada hubungannya dengan Drake? Apa yang akan kau lakukan?” ucap Syahquita berusaha menenangkan Albert.             “Yang dikatakan Albert itu benar, Syah. Ini adalah hari bahagia untukmu dan Albert, aku yakin ini rencana busuk dari Drake. Selama ini dia tidak pernah bisa melihatmu dan Albert bahagia, bukan? Dan aku sangat yakin bahwa perubahan sikapnya hanya kedok saja.” timpal Joven.             Syahquita menggeleng tidak setuju dengan tanggapan Joven tentang Drake, “Okee, kalian boleh menilai Drake sesuka kalian. Tapi satu pertanyaanku, bagaimana kalian bisa menyimpulkan semua ini adalah rencana Drake? Apa kalian melihat gerak-gerik mencurigakan dari Drake saat di pesta tadi? Tidak, bukan?”             “Aku tahu kalian masih tidak percaya pada pria itu tapi tidak bisakah kalian memberinya waktu? Waktu untuk membuktikan semua perubahannya yang sungguh-sungguh. Semua perubahan membutuhkan waktu.” lanjut Syahquita.             Keenan yang sejak tadi mendengarkan perdebatan antara Syahquita, Albert dan Joven menjadi sangat geram. “Kau tahu, Syah? Bahkan kebaikan hati seseorang tidak bisa mendeteksi kejahatan.” ucapnya begitu lancang.             Syahquita mengangguk pelan setelah mendengar ucapan Keenan, “Ya, aku tahu itu, Keenan. Tapi kita tidak bisa menyalahkan Drake dalam hal ini.”             “Satu pertanyaanku, bagaimana kau bisa sangat yakin kalau Drake benar-benar berubah? Apa kau tahu siapa saja orang yang berada di belakang Drake? Pria itu memiliki banyak kaki tangan yang setia padanya sehingga k*****t itu dapat dengan mudah membersihkan tangannya dari pekerjaan kotor yang ia lakukan saat ini.” ujar Keenan seakan memutar balikkan fakta tentang keyakinan Syahquita pada Drake.             “Okee, hentikan perdebatan ini! Fokuskan pikiran kalian pada Robert. Biarkan Syahquita berpegang teguh pada keyakinannya tapi jika aku tahu k*****t itu ada hubungannya dengan Robert maka aku tak akan segan-segan menghabisinya.” sentak Dawin sangat geram.             Joven mengangguk setuju dengan yang Dawin katakan, bahkan bukan hanya Joven tapi juga Albert dan Keenan. Syahquita tidak mau mencari masalah dengan mereka semua jadi ia harus mengendalikan emosinya agar tidak terbawa suasana yang tegang ini.             “Alger, bisakah kau jelaskan kepada kami apa luka lama yang telah pulih bisa kembali terluka?” tanya Joven menatap serius Alger.             “Bisa saja, Tuan. Kau tahu bukan bahwa saat luka itu didapati olehnya, aku mengatakan kemungkinan besar tidak ada harapan tapi entah dari mana keajaiban datang dan luka itu menutup. Sebenarnya luka itu tidak benar-benar pulih masih terdapat bekas luka yang tidak akan menghilang.” jelas Alger.             “Apa kali ini masih ada kemungkinan luka itu sembuh total?” tanya Syahquita.             Alger menatap wajah sendu wanita itu, “Luka ini bisa disembuhkan secara total, Nona. Tapi tanaman yang dapat menyembuhkan sangat langka dan jauh.”             “Katakan Alger di mana aku bisa mendapat tanaman  itu?” tanya Syahquita lagi.             “Apa nama tanaman itu? Dan seberapa jauh keberadaannya?” timpal Albert.             “Anggrek hitam yang tumbuh di tanah Papua, hanya ada di Indonesia. Sama seperti windflower, tanaman itu dapat menyerap racun dari luka itu. Warna hitam pada tanaman itu mampu menghilangkan racun yang sangat mematikan sekalipun. Kemungkinan besar luka itu kembali terbuka karena masih terdapat sisa-sisa racun di lapisan kulit terluar dari luka itu yang selama ini tidak kita ketahui.” Sahut Alger.             “Indonesia? Apa kau sudah gila? Tempat itu sangat jauh,  Alger.” protes Dawin.             Alger tersenyum tipis mendengar suara Dawin, “Aku sudah mengatakannya, Tuan. Tanaman itu sangat jauh keberadaannya. Terlebih tidak semua hutan di Papua terdapat tanaman itu, hanya beberapa hutan sajalah kau dapat menemukan tanaman itu. Dari informasi yang aku dapatkan tanaman itu berada di pedalaman Papua Barat. Jika kalian benar-benar ingin menemukannya bersiaplah dengan segala kemungkinan yang terjadi.”             “Segala kemungkinan apa yang kau maksud, Alger?” tanya Dawin merasa ada sesuatu yang Alger tutupi.             Alger menoleh ke arah Dawin, ia terlihat sedang berpikir untuk menjawab Dawin. “Seperti yang aku katakan tanaman itu hanya terdapat di hutan pedalaman Papua  Barat saja. Kemungkinan yang terjadi adalah sangat sulit menempuh medan menuju hutan itu, akses yang sangat sulit, serta kita tidak pernah tahu seperti kondisi lingkungan di sana. Tidak ada satupun di antara kita pernah menginjakkan kaki di tempat itu.”             “Ya, kau benar. Tapi mengapa kita tidak menggunakan windflower saja? Aku bersedia untuk mengambil bunga itu meski memiliki resiko yang luar biasa.” ucap Keenan.             “Windflower hanya untuk menyerap racun dari makhluk-makhluk seperti goblin atau yang ada keterkaitannya dengan sihir hitam. Sedangkan racun pada luka itu sangat mematikan, aku belum menemukannya sejak ratusan tahun. Dan racun itu hampir menyebar ke seluruh jantung tuan Robert kala itu.” Kata Alger.             Dari beberapa yang Alger jelaskan ada satu hal yang sangat ingin Albert ketahui mengenai tanaman itu. “Alger, apa yang membedakan anggrek hitam dari Papua dengan anggrek hitam lainnya? Bukankah sama saja dengan anggrek-anggrek biasa lainnya?”             Alger terdiam dengan memandang wajah penasaran Albert, ia tidak langsung menjawan pertanyaan tuannya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD