11. Hidupku Milikmu

1149 Words
Elis benar benar tidak menyangka, ibarat kata sudah jatuh masih tertimpa tangga pula, baginya Andreas tak ubahnya seorang monster, dia benar-benar tidak menyangka laki laki yang begitu dia cintai tega menghancurkan hidupnya sedemikian rupa. Tanpa ia sadari air matanya menetes, wajahnya terlihat frustasi, masa depan serta cita-citanya hancur sudah, kini ia hanya sebatang kara tanpa keluarga, teman dan sanak sodara yang mendukungnya. Jika ya, dengan menyerahkan hidupnya kepada Andreas, nama baik keluarganya bisa terselamatkan, dia rela melakukannya, walaupun kelak hidupnya menderita, dia tidak peduli, Elis menghapus air matanya, di tegakkannya kepalanya, di kuatkannya hatinya, dengan berat hati dia menyetujui permintaan Andreas. "Baiklah ... aku bersedia menyerahkan hidupku untukmu, aku harap kamu benar-benar menepati janjimu." Andreas tersenyum mendengar jawaban Elis. "Tenang saja El, aku akan menepati semua janjiku." Andreas melirik sebentar ke arah Elis, kemudian dia fokus lagi mengendarai mobil sportnya. "Aku juga punya syarat, aku tidak ingin kamu menyentuhku." Andreas tersenyum mendengar syarat yang di ajukan Elis. "Tidak. Aku tidak akan menyetujui syarat itu, itu keputusan ku, dan itu final titik." Harusnya Elis sadar, seperti apa Andreas, mana mungkin pria brengsekk itu menahannya tanpa meminta sesuatu, dan sesuatu itu adalah tubuhnya. Andreas terus melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, hingga beberapa jam kemudian, mobil yang ia kendarai sudah memasuki area kompleks di mana rumahnya berada, para penjaga rumah segera membukakan pintu untuk sang majikan, ketika mobil Andreas sudah memasuki area pelataran rumahnya, kadang Elis merasa heran, kenapa harus banyak bodyguard yang berjaga di rumah itu, siapa sebenarnya Andreas yang selama ini dia kenal. Kadang pria yang bersamanya berubah menjadi sangat menakutkan, kadang dia bersikap lembut, Elis tidak ingin memikirkan itu semua, dia berjalan mengikuti Andreas ke dalam rumah itu. "Pergilah ke kamarmu, aku harus menyelesaikan pekerjaan ku." Elis benar-benar tidak habis pikir, padahal mereka baru sampai, tapi pria di depannya itu seperti tidak punya rasa lelah sedikitpun. "Kita 'kan baru sampai, An. Apa kamu tidak lelah?" Andreas mendekat ke arah Elis. "Kenapa? apa kamu merindukanku di ranjangmu sayang ..." Elis benar-benar kaget, ketika Andreas menarik pinggangnya, sehingga jarak mereka begitu dekat, dengan kasarnya Andreas mengusap bibirnya, kemudian tanpa rasa canggung dia melumat kasar bibir Elis di depan semua pelayan rumah itu, Elis mendorong tubuh Andreas dan berusaha melepaskan diri dari Andreas yang menurut nya sudah gila. "Lepaskan aku!" Elis berusaha melepaskan pelukan Andreas yang semakin kuat. "Tentu saja aku akan melepaskanmu, kamu harus istirahat untuk nanti malam." Andreas melepaskan pelukannya. "Aku harap kamu menepati janjimu," Ucap Elis seraya berlalu dari tempat itu. Andreas memandang Elis yang pergi meninggalkannya, Elis berjalan menuju kamar mereka, setidaknya dia merasa lega, gadis itu tidak terlantar di luar sana. Sesampainya di dalam kamar, Elis merebahkan tubuhnya. Elis tidak tau harus berbuat apa, apakah Andreas akan memperlakukannya dengan buruk atau sebaliknya, gadis itu berjalan menuju balkon kamar, sesaat dia terpesona dengan pemandangan di sekitar rumah yang terlihat sangat asri, dinginnya udara Bandung begitu terasa, semilir angin menerpa wajah cantiknya, gadis itu sibuk menyibakkan rambutnya yang tertepa angin, di halaman belakang rumah itu nampak sebuah kolam renang besar, dengan bangku dan taman di sebelahnya yang semakin mempercantik pemandangan rumah itu, di sebuah bangku dekat dengan kolam, nampak Andreas sedang sibuk dengan laptopnya dan beberapa anak buahnya yang berdiri di sampingnya. Pria itu terlihat sangat tampan, pantas saja Diana begitu tergila-gila padanya, sebenarnya Elis masih ingat betul gimana dulu Diana sampai menyekapnya dan menyiksanya di sebuah gedung kosong, karena obsesinya terhadap Andreas, yang dulu statusnya sebagai kekasihnya. Andreas yang kala itu menjadi kekasih Elis, selalu berusaha menolak Diana, karena bagi Andreas dia hanya mencintai dan tertarik dengan Elis semenjak mereka masih anak-anak. Diana yang tidak terima, menculik Elis setelah dia pulang dari sekolah dan menyekapnya di sebuah gedung kosong dengan anak-anak berandal yang tidak menyukai Andreas dan Rico, dulu sebelum dia pingsan dia sempat melihat wajah Rico yang datang menyelamatkannya, tapi setelah itu Rico seperti hilang di telan bumi, Elis berusaha mencari keberadaan Rico, tapi hasilnya nol, tidak selang beberapa hari Andreas memutuskan hubungan mereka sepihak, tanpa sebuah penjelasan, kala itu Elis sangat sedih, tapi sebagai perempuan dia tidak bisa memaksakan cintanya untuk laki-laki yang begitu dia cintai.. Hingga beberapa bulan setelah kejadian itu, Andreas datang kembali kepadanya, memintanya untuk menjalin hubungan lagi secara diam-diam, Elis yang sudah di butakan oleh cinta Andreas tidak mampu menolaknya, dia menerima kembali Andreas yang sudah tidak sehangat dulu lagi menjadi kekasihnya. Elis benar-benar tidak menyangka, ternyata Andreas menyimpan dendam yang entah itu apa penyebabnya, sampai membuat hidupnya benar-benar di titik nol. Elis segera mengalihkan pandangannya kepada Andreas yang tengah sibuk dengan laptopnya, kali ini dia tidak boleh terjerat lagi dengan pesona seorang Andreas Herlambang. Siang berganti sore, hingga sang mentari bersembunyi di balik gelapnya langit malam. Elis yang sudah membersihkan diri duduk termenung di sofa di kamar itu, dari tadi siang gadis itu mengurung diri di kamar, bahkan hanya untuk menyentuh sebuah makanan dia tidak mau, rasa lapar tidak lagi dia rasakan, dia hanya ingin melihat senyum di wajah sang papa dan mamanya, walaupun selama ini dia hanya bisa menyusahkankedua orang tuanya, setidaknya dia bisa sedikit membalas jasa ke dua orang tuanya, tidak peduli penderitanya dia, selama hidup bersama Andreas yang tidak pernah memandangnya, walaupun tiap hari Elisa harus melihat tatapan penuh kebencian di mata laki laki itu, Elisa sungguh tidak peduli. KRIETT ... Suara pintu terbuka dari luar, memunculkan sosok tubuh atletis yang tampan dan begitu sempurna, Andreas berjalan ke arah Elis dengan tatapan dinginnya, pria itu menarik tangan Elis dengan kasar, sehingga membuatnya berdiri tepat berhadapan dengan Andreas. "Makanlah, aku tidak ingin kamu mati sia-sia , hanya karena kelaparan." Itulah kata kata kasar Andreas yang begitu menusuk hati seorang Elis. "Kenapa tidak kamu biarkan saja aku mati, itu lebih baik " Andreas tertawa dingin, menyeringaikan wajahnya tepat di muka Elis. "Tidak segampang itu jalangg, terlalu enak jika kamu harus mati sekarang, makan atau aku tidak akan menepati janjiku." Andreas semakin menguatkan cengkeraman tangannya pada lengan Elis, gadis itu meringis menahan sakit di lengannya. "Sudah ku duga, kamu hanya menjebakku di rumah sialan ini, tanpa mau menepati perjanjian kita." "Diamlah kamu El, jangan paksa aku berbuat kasar padamu, pelayan! bawa makanannya ke sini!" Seorang pelayan muncul dari balik pintu dengan berbagai makanan, yang dia dorong dengan sebuah troli, pelayan itu mendekat, mempersilakan Elis untuk makan, kemudian pergi dari ruang itu tanpa mau tau urusan ke duanya. Andreas memutar tangan Elis ke belakang yang menyebabkan nyeri luar biasa, kemudian mendorong tubuh Elis ke sofa, pria itu memepet tubuh Elis pada sofa. "Dengerin aku El, menurutlah padaku atau kamu akan merasakan sakit yang lebih ..." bisik Andreas di belakang tubuh Elis yang dia tekan ke sofa. "Lepas! lepasin aku, brengsekk!" Elis berusaha berontak, tapi kuncian tangan Andreas terlalu kuat, hingga akhirnya pria itu melepaskanya dengan kasar. "Ku peringatkan sekali lagi, makanlah! jangan banyak tingkah, atau aku sama sekali tidak akan membantumu." Dengan terpaksa Elis menuruti kata kata Andreas, sebelum laki laki sialan itu berubah pikiran, diam-diam Andreas tersenyum sebelum meninggalkan ruangan itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD