Setelah melakukan transfusi darah, Andreas keluar dari ruang operasi, wajahnya kusut, penampilannya benar-benar kacau. Harusnya dia bisa sedikit mengalah dengan Elis. Pria itu memejamkan matanya, menangkup wajahnya dengan kedua tangannya. Andreas menjambak rambutnya kasar. Berjalan kearah sofa, mendudukkan bokongnya di sana. Menunggu cemas hasil operasi kedua Elis. Kali ini, pria ini terlihat sangat frustasi dan putus asa, apa yang akan terjdi dengannya, jika keadaan Elis sampai fatal. Elis seperti sengaja membiarkan luka jahitnya terbuka, gadis itu benar-benar sudah menyerah dengan hidupnya. Haruskah Andreas mengakhiri semuanya, dan berusaha berdamai dengan hatinya. “Kenapa? kenapa mencintaimu begitu menyakitkan El.” Andreas berusaha menahan sesak itu di d**a, menahan agar air matanya t