Bab 05

1164 Words
Zahra langsung mengurumg diri di kamar setelah para tamu pulang. Gadis itu mendudukan dirinya di tepi ranjang sambil memeluk lutunya. Apa yang sedang Akbar lakukan? Apa lelaki itu marah?atau sedih?, itulah yang Zahra pikirkan Zahra meremas dadanya yang nyeri perasaannya sedari tadi hanya tertuju pada lelaki itu dan semakin ia memikirkan Akbar semakin perasaannya tak enak "Ya Allah, lindungi dia jauhkan dia dari segala hal buruk." Sebuah doa terup dari mulut Zahra dengan air mata yang ikut menetes Zahra membaringkan dirinya dan mencoba tidur dan mengistirahatkan hati dan pikirannya ***** Kavita berlari menerobos ruang UGD dengan raut wajah panik dan air mata yang berlinang, rasanya tubuh wanita itu bergetar saat mendengar putra semata wayangnya mengalami kecelakaan "Pasien Fahri Akbar dimana?." Tanya Kavita panik "Di sebelah sana bu." Ucap perawat itu sambil menunjuk kearah kasur yang tertutup tirai "Nak..." Lirih Arman saat mendapati Akbar terbaring dengan bahu yang dililit perban "Kenapa bisa begini nak..."raung Kavita saat melihat wajah anaknya yang pucat ditambah perban yang melilit bundak anaknya "Akbar gak papa ma...sudah jangan nangis." Ucap Akbar yang tak tega melihat tangisan mamanya itu "Kamu tau..tangan mama gemetar rasanya mama gak injak tanah saat dengan kabar kamu kecelakaan.." ucap Kavita "Sudah mah..sudah...sekarang kan kita sudah liat keadaan Akbar." Ujar Arman yang berusaha menenangkan istrinya itu "Maafkan akbar yah mah,tapi sekarang Akbar gak papa kok,cuma pundak Akbar aja yang cidera...." jelas Lelaki itu "Kamu..ini,sudah mama bilang jangan suka ngebut,masih aja ngebut bandel sih kamu." Kavita kesal dan memukul kaki putranya itu "Sudah..mah sudah." Ucap Arman yang memeluk istrinya itu,sedangkan Akbar hanya mengaduh sakit dan meringis merasakan perih pukulan mamanya yang bahkan menembus celana jeans panjangnya Kavita menangis tersedu dia sangat takut,dia pernah kehilangan anak sebelumnya dan dia tau betapa sakitnya itu, Akbar sebenarnya memiliki seorang kakak namun meninggal dalam sebuah kecelakaan akibat bermain saat masih di bangku kanak-kanak hal itulah yang membuat sikap protective Kavita semakin menjadi tidak ada yang bisa menjabarkan sakitnya kehilangan seorang anak dan wanita itupun tidak ingin merasakannya lagi "Maaf mah...."lirih Akbar "Maafin mama nak...maaf mama pukul kamu." Kavita menangis dan memeluk Akbar erat, membuat Akbar membalas pelukan mamanya itu dengan cepat.. "Jangan nangis mah..Akbar baik-baik saja." Ucap lelaki itu dengan air mata yang menetes... Fisiknya memang baik-baik saja tapi siapa yang tau betapa parahnya luka hati lelaki itu dan pelukan Kavita seakan penenang bagi Akbar , memang benar seorang Ibu itu ibarat rumah senyaman apapun tempat lain pastilah rumah yang bisa membuatmu hangat dan nyaman, Karena sebesar apapun kasih dan perhatian orang lain tak akan ada yang mampu mengalahkan cinta kasih seorang ibu pada anaknya. ***** Zahra turun dari kamarnya menuju ruang makan yang mana disana sudah duduk Hamka serta Maira yang sedang menunggunya "Mau sarapan apa nak?roti?apa nasi goreng." Tawar Maira "Gak usah bun, Zahra minum s**u aja." Jawan gadis itu pelan Maira hanya menghela nafasnya melihat tingka Zahra yang semakin pendiam dari hari ke hari "Bunda, ayah..Zahra pamit ke kampus." Ucap gadis itu setelah menenggak habis susunya "Tunggu,sebentar Hanung datang menjemput kamu,biar dia yang antar kamu ke kampus." Ucap Hamka dengan wajah datar "Zahra bisa pergi sendiri seperti biasa." Jawab gadis pelan "Dia itu calon suami kamu.,!!!." Kesal Hamka dengan suara meninggi "Itu mau ayah dia jadi suami Zahra,bukan mau Zahra." Jawab Zahra sambil tertunduk Hamka bangkit dari kursinya dengan rasa geram, namun Maira yang melihat perseteruan itu langsung melerai anak dan suaminya itu "Sudah...sudah...cukup."ucap Maira sambil menahan Hamka kembali duduk Hamka menatap tajam kearah putrinya itu sebelum akhirnya membuang wajahnya. "Bu,pak...ada tamu," ucap Salah satu pelayan "Siapa ?." Tanya Maira "Mas Hanung, itu sedang menunggu di depan." Ucapnya "Suruh masuk biar sekalian sarapan sama-sama." Pinta Maira yang di balas anggukan paham pelayan itu "Silahkan masuk Mas Hanung ibu dan bapak mengajak sarapan bersama Hanung tersenyum dan melangkah masuk sampai akhirnya di ruang makan ia mendapati Hamka, Maira serta gadis cantik yang kini menatap kearahnya. Zahra menghela nafasnya jika sudah begini dia tidak punya pilihan lain selain pergi bersama Hanung ****** Zahra melangkah keluar rumah mengekori Hanung yang berjalan di depannya. Sesampainya di depan mobil Hanung segera membuka pintu untuk Zahra "terima kasih. " ucap Zahra tanpa mau memandang kearah Hanung Sedangkan Hanung hanya tersenyum melihat Zahra yang terlihat imut baginya Hanung pun bergegas masuk kedalam mobil untuk segera mengantar Zahra ke kampusnya "kamu ambil jurusan apa Ra,? " ucap Hanung membuka pembicaraan karena sedari tadi gadis itu hanya diam menatap keluar jendela "aku... Jurusan Hubungan Internasional. " jawab Zahra "wah... Bagus itu pintar bahasa inggris dong kamu." ucap Hanung Yang hanya mendapat senyum kecil dari Zahra "kamu sakit Ra? Kok diem terus." tanya Hanung "gak mas.. Saya gak papa kok." jawab Zahra yang hanya bisa mengandalkan senyum palsunya agar terlihat baik-baik saja "emm.. Aku kira kamu sakit. " Jawab Hanung yang kembali fokus pada kemudinya Hanung menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang kampus Zahra membuat gadis itu langsung bergegas turun tidak lupa sebuah ucapan terima kasih Zahra lontarkan membuat Hanung yang mendengar itu merasa senang Ada apa ini? Mengapa hatinya terasa berdebar saat berada di dekat Zahra. Hanung tidak menyangka bahwa hatinya berhasil terpaut pada seorang perempuan muda seperti Zahra padahal jauh sebelum bertemu Zahra Hanung sudah banyak mengenal perempuan lain yang lebih dewasa namun tidak satupun dari perempuan itu berhasil merenggut hatinya seperti yang Zahra lakukan "Bye Ra..."ucap Hanung sebelum melesatkan mobilnya pergi. Sedangkan kini Zahra hanya bisa menghela nafasnya. Apa yang harus ia jelaskan pada Akbar? Lebih dari itu Zahra bahkan takut untuk menemui lelaki itu, Takut akan perasaannya yang sedang berkecamuk saat ini **** Akbar terdiam di kamarnya sembari menatap langit-langit kamar yang mendominasi warna biru laut itu Suara ketukan pintu terdengar membuat Akbar tersadar dari pikirannya " Udah mendingan Nak?." Ucap Kavita yang masuk dengan segelas s**u kunyit di tangannya "Udah Mah..." jawab Akbar sembari mendudukkan dirinya. "Ini di minum dulu susunya..." pinta Kavita sambil menyodorkan s**u berwarna kuning pucat itu "Apa ini Mah?kok kuning.?" tanya Akbar sambil sesekali mengendus gelas yang saat ini ia pegang "s**u kunyit...ini bangus buat luka dalam.." ujar Kavita sambil memberi kode pada putranya untuk lekas meminum s**u itu Akbar menatap ragu s**u dalam gelas itu namun desakan Kavita membuatnya hanya bisa pasrah "Eww...pahit mah.." cela Akbar "Pahitnya dikit aja kok..." "Pahit Mah, Akbar gak suka.." ucap lelaki itu sambil sesekali bergidik membayangkan rasa s**u itu "Mau cepat sembuh gak? Makanya naik motor itu pelan-pelan gak usah kebut-kebutan...." sengit Kavita yang mau tidak mau membuat Akbar terpaksa kembali meminum s**u kunyit itu "Nih udah nih...jangan ngomel terus." Cetus Akbar tanpa sengaja " Ya kamu makan jadi anak nurut sama orang tua," jawab Kavita sambil mengambil gelas yang Akbar pengang "Udah istirahat dulu jangan main game ya awas.!" Ancam Kavita sebelum menghilang di balik pintu Akbar tersenyum getir, bermain game? Bahkan dia tidak memiliki semangat untuk melakukan apapun yang saat ini dia pikirkan hanyalah satu yaitu Apakah Zahra masih mencintainya?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD