Chapter 12

1084 Words
Hari yang cerah dengan seorang gadis duduk di ayunan samping rumah sambil bersenandung memejamkan mata. Semilir angin menerbangkan untaian rambut hitam panjangnya yang tidak terikat. Sebelum sepasang tangan menutupi kedua mata nya dari belakang. "Eh siapa?" seru Lucy. Tapi tak ada sahutan. Dia meraba tangan yang menutupi matanya itu. "Felix ya?" tebak nya. Kedua tangan itu terlepas "ah gak seru masa langsung ketahuan sih" Ujar Felix. Lucy menoleh dan terkekeh pelan "Sejak kapan kamu datang kok aku gak dengar suara motormu?" tanya dia. Felix menunjuk kakinya dan Lucy pun ikut melihat di mana cowok itu sedang memakai sepatu roda. "Wah kamu cuman pakai sepatu roda ke sini? Kan jauh banget sama rumah kamu" ucap Lucy takjub. Tapi kemudian Felix tertawa. "Gak kok aku kesini naik mobil. Tuh di sana mobil nya" Felix menunjuk mobil jazz yang terparkir tidak jauh. Lucy memincingkan mata kearah Felix. Cowok itu mencubit pipi Lucy gemas. "Ayo main mumpung masih liburan" ajak Felix. Lucy memanyunkan bibir "Kamu kan tau aku gak bisa main sepatu roda bahkan aku gak punya sepatunya" Cowok itu menjentikkan jari "untung aja kamu temenan nya sama aku. Taraaa.. Apa yang aku bawa coba?" Dahi Lucy mengkerut bingung "Apaan itu?" tanya dia. "Haish.. Ini sepatu buat lo tubies. Masa buat ikat rambut kan gak mungkin" Felix berdecak kesal. "Buruan siap siap keburu panas cuaca nya" Felix mendorong bahu lucy pelan menyuruh gadis itu berganti baju. Dan sekarang mereka sudah berada di sport center. Lucy dan felix duduk menunggu Lucy memakai sepatunya. "Fel. Nanti kalo jatuh gimana?" tanya Lucy ragu. "Kamu tenang aja aku gak akan biarin kamu jatuh" Felix berdiri dan mengulurkan tangan nya. "Ayo" ucap nya lembut. Lucy menerima tangan Felix dan mereka mulai bermain. Sedangkan Lucy kebingungan memakai sepatu rodanya. "Pegang aja tanganku kayak gini dan langkah pelan pelan" ucap Felix mengintrupsi. Lucy tersenyum rupanya tidak terlalu sulit seperti apa yang dia pikirkan meski pelan tapi perlahan dia bisa tanpa di bantu Felix. Akhirnya mereka menghabiskan waktu sampai sore bermain sepatu roda. Keduanya duduk bersebelahan dengan lucy yang menopangkan kepala di bahu Felix. "Aku capek banget. Ternyata menyenangkan juga main sepatu roda" Ucap Lucy. Felix mendorong kepala Lucy "Kamu keringatan tau jangan dekat dekat, bau" Gadis itu langsung memukul bahu Felix "Enak aja aku bau, aku masih wangi kok udah kamu diam aja biarin aku pinjam lengan kamu buat sandaran" Lucy menarik lengan Felix dan dia kembali menyandarkan kepala. Felix diam untuk beberapa saat sebelum kembali berbicara "Kamu gak takut Gama cemburu liat kamu kayak gini sama aku?" Tiba-tiba Lucy merasa sesak mendengar nama Gama. Dia teringat kebersamaan Gama bersama Nadine begitu dekat seakan tidak ada celah untuk Lucy menerobos di antara mereka. Gadis itu memejamkan mata. Felix melihat Lucy dan melingkarkan sebelah tangan memeluk sahabatnya ini. "Kamu tenang aja selagi aku di sampingmu aku gak akan biarin kamu sedih. Sekarang senyum dong biar cantik" kemudian Felix menangkup wajah Lucy. Gadis itu tersenyum, Felix juga ikut tersenyum. "Lapar nih cari makan yuk. Cacing di perutku udah pada demo" Lucy terkekeh pelan lalu mengambil sepatu yang sudah ia lepas dari kakinya. "Aku mau seafood ya yang ada kepiting nya" ucap Lucy. Felix mengacak rambut Lucy dan mereka tertawa. Dari jauh seseorang duduk di bawah pohon di atas sepedanya. Dia memang tidak mendengar apa yang mereka katakan namun melihat mereka tertawa seperti itu membuatnya tidak suka. "Hei di cariin dari tadi juga ternyata malah disini. Kesambet baru tau rasa lo" Seru Dewa. Gama tidak menanggapi seruan Dewa dan malah mengayuh sepedanya. "Eh gue di cuekin" ujar Dewa kesal. Gama kembali ke rumah nya kemudian memakirkan sepeda dan duduk di kursi teras. Tidak lama sebuah mobil berhenti di depan rumah Lucy. Gama memperhatikan tetangga seberang jalan itu dengan diam. Lucy masih saja tertawa setiap gadis itu bersama Felix. Tanpa sadar Gama berdecih sambil memalingkan wajah. "Gama!" teriak Farah dari dalam rumah. Cowok itu langsung menghampiri mana nya. "Kenapa teriak teriak sih ma?" sahut Gama "tetangga pada denger tuh" protes Gama Farah mendekati putranya itu dengan semangat "Tante mu mau tunangan besok jadi kita pergi kerumah nenek. Kamu kabari Lucy sana" "Loh apa hubungan nya tunangan tante sama Lucy?" tanya Gama "Mama mau ajak Lucy. Kan dia masih libur sekolah dari pada di rumah aja" Gama menghela nafas rendah berjalan melewati Farah "Mama aja deh Gama gak mau kerumah Lucy" "Gama kamu gak mau dengerin mama ya. Besok pagi kita sudah berangkat loh. Cepat kasih tau Lucy sekalian minta ijin mama nya" "Gama capek mah!" Sahut Gama sebelum terdengar pintu tertutup. Farah menggelengkan kepala. Tapi tetap tersenyum membayangkan Lucy akan ikut bersama dan memakai baju yang sudah Farah siapkan. Di lain sisi, di rumah Lucy. Gadis itu berdiri di balkon kamarnya dimana dia bisa melihat rumah Gama sambil mengeringkan rambut. Meskipun berkali kali dia merasa sakit hati dengan tingkah Gama entah kenapa Lucy tidak bisa membenci pria yang sudah merebut hatinya itu. Balkon atas rumah Gama terbuka. Lucy tersenyum tipis biasanya kalau sore Gama pasti akan duduk santai di sana. Tapi yang muncul malah papa Gama. Lucy membuang nafas nya lalu kembali masuk ke kamar. Sedang kan di rumah Gama, setelah Lucy kembali ke kamarnya cowok itu datang dan duduk seperti biasa Gama lakukan dan papa nya masuk kembali. Gama melihat Balkon rumah Lucy sebentar sebelum memalingkan wajah. Lucy duduk di kursi belajar dan meraih buku gambar lalu menggambar desain baju. Sepertinya bakat mama nya sebagai perancang busana diturunkan pada Lucy. Tak lama pintu kamarnya terbuka, liora datang menghampiri melihat apa yang lucy gambar. "Kamu buat gaun pengantin? Bagus juga" ucap Liora. "Iseng aja mah dari pada gak kerjaan" jawab Lucy sambil menggerakkan pensil ke atas kertas. "Tadi tante Farah datang dia mau ajak kamu ke rumah mama nya katanya adiknya tante farah mau tunangan" Lucy menyimpan kembali peralatan gambarnya dan menatap liora. "Mah. Mama tau kan Lucy sangat suka Gama dari dulu. Menurut mama Lucy pantas gak jadi masa depan Gama?" Tangan liora mengusap rambut putrinya itu dengan lembut. "Sayang nya mama. Jodoh gak ada yang tau nak, kalau kamu bukan jodohnya Gama mama yakin kamu pasti dapat laki laki yang lebih baik buat kamu nantinya" Lucy memeluk pinggang liora yang berdiri di sampingnya "Aku mau nya sama Gama mah. Aku gak mau yang lain" Liora tertawa rendah "Lucy gak boleh kaya gini. Masih banyak cowok baik di luar sana, Felix juga seru anaknya" ucap Liora. Lucy semakin merapatkan pelukannya ke pinggang Liora. "Mungkin kamu bisa perlahan melupakan Gama saat kamu menemukan pengganti nya" ujar Liora. Lucy langsung menatap mamanya dengan pandangan tidak percaya. _______ To be continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD