Chapter 14

1048 Words
Sekarang Fani dan Kenan sudah resmi bertunangan tinggal menunggu hari pernikahan mereka yang katanya akan di laksanakan 4 bulan lagi. Lucy bertepuk tangan dengan semangat begitupun yang lain nya. "Mereka pasangan yang serasi" gumam Lucy. "Kalau mau juga cepat selesaikan sekolah mu" bisik Sehan. Lucy mendongak menatap pria yang lebih tua 10 tahun darinya. Lucy memanyunkan bibirnya "Emang cari jodoh itu gampang. Masih mending bentar lagi istri kak Sehan lahiran lah aku? pacar aja gak punya" Sehan mengusap rambut Lucy "untung istriku gak ikut coba kalo ikut dia pasti cemburu liat kamu" kekeh Sehan. Lucy tersenyum tipis. "Kak toiletnya dimana?" tanya dia. "Kamu keluar nanti di sebelah kananmu belok sekitar 5 meter. Nah di situ" "Makasih kak. Aku kesana dulu" pamit Lucy. Tak lama setelah Lucy pamit Gama datang "Mana cewek tadi. Bikin susah orang aja tiba tiba hilang" ucap Gama. Sebelah alis Sehan terangkat "Loh Lucy gak bilang kalo dia lagi gak enak badan. Tadi dia langsung keluar, lo samperin aja deh keburu pingsan" ucap Sehan berbohong dan dengan bodohnya Gama percaya lalu buru buru keluar mencari Lucy. Lucy sendiri yang baru keluar dari kamar kecil langsung di kagetkan dengan keberadaan Gama yang sudah berdiri di depannya. "Lo beneran sakit?" katanya. "Ha!? Aku-" Kata kata lucy terjeda saat Gama melihat air di wajah lucy. "Kalo demam kenapa gak bilang" seru Gama sambil memegang tangan Lucy yang dingin karena dia baru saja membasuh wajahnya dengan air mungkin Gama mengira itu keringat. "Gama aku gak-" "Kita pulang!" sahut Gama tidak membiarkan lucy melanjutkan kalimatnya. "Pesta belum selesai nanti tante Farah nyariin" protes Lucy saat Gama menarik tangan nya. Gama tetap berjalan "Biar aku yang ngomong sama mama dari pada kamu bikin susah yang lain" "Kamu peduli sama aku?" tanya Lucy di sela sela ia menyamai langkah Gama. Cowok itu menekan tombol lift sehingga pintu tertutup. Gama menatap Lucy. "Jangan kepedean. Kamu datang sama keluargaku kalau ada apa apa sama kamu pasti mamaku merasa bersalah sama mama kamu" jawab Gama. Lucy terdiam membiarkan Gama tetap mencengkeram tangannya. Bibir lucy tertarik membentuk sebuah senyuman. Perasaan nya terasa hangat meskipun Gama tidak mengatakan secara langsung jika dia peduli. Gama membawanya masuk ke taksi online yang sudah di pesan Gama yang akan membawa mereka kembali ke rumah. Tepat saat mereka tiba dirumah, hujan mulai turun. "Kok pas banget ya?" gumam Gama sambil melihat tetesan hujan sebelum menatap Lucy. "Kamu istirahat sana" perintah nya. Lucy membuka pintu rumah dan sangat sepi lalu mendekati Gama. "Sepi. aku takut" ucapnya. Gama menghela nafas rendah dia lupa jika semua orang di rumah ini masih di pesta pertunangan Fani. Akhirnya Gama masuk duluan di ikuti Lucy di belakangnya. "Gama aku gak sakit. Yang kasih tau kamu aku sakit siapa?" Tanya lucy. Gama berhenti mendadak, untung lucy memberi jarak antara langkahnya dengan Gama jika tidak pasti dia akan menabrak punggung Gama lagi. "Gak sakit? Terus keringat di wajahmu itu apa?" Lucy tersenyum tipis "itu tadi aku ngantuk jadi basuh muka biar seger lagi eh kamu malah tiba tiba muncul dan gak kasih aku kesempatan buat ngomong" Cowok itu duduk di sofa sambil memejamkan mata, dalam hati Gama mengutuk Sehan yang sudah membohonginya. "Tapi sudahlah aku juga mau tidur" Lucy berbalik meninggalkan Gama namun tangan Gama menarik Lucy hingga gadis itu jatuh di atas sofa di mana Gama berada di atasnya. Lucy mengerjap beberapa kali karena kaget. "Kamu kerja sama kan sama Sehan buat ngerjain aku agar berduaan sama kamu?" ucap Gama tepat di depan wajah Lucy. Lucy mengerutkan dahi dan mendorong Gama menjauh darinya. "Gama dengar!. Aku memang suka sama kamu tapi aku gak pernah berfikir seperti itu. Jika aku mau aku bisa melakukan nya sendiri" seru Lucy kesal dan berlari menuju kamar tamu. Sedangkan Gama terdiam, barusan apa lucy membentaknya? Masa bodoh. Mana ada maling ngaku maling. Kalo ada mungkin penjara udah penuh. Batin Gama. Gama bersandar di bahu sofa menunggu yang lain pulang. Saat melihat jam tangan nya waktu menunjukkan angka sepuluh malam. Matanya melihat arah perginya Lucy kemudian Gama mendesah membuang pikiran kesal nya. "Sehan kurang ajar" maki Gama. "Hachuu.." "Han kalo flu mending kamu pulang aja duluan istrimu udah nungguin tuh" ucap Fery. Sehan mengusap hidungnya "Ini bukan flu tapi seperti ada orang yang gak suka sama aku nih jadi omongin yang jelek jelek" Fery menepuk bahu Sehan "masih percaya aja lo sama mitos" kekeh Fery. --- Ke esokan harinya Gama dan keluarga nya kembali pulang. Di sepanjang perjalanan Lucy tidak banyak bicara dan memilih bermain hp. Yang duduk di depan Farah dan papa Gama yang mengemudikan mobil. Sesekali Gama yang duduk di samping Lucy mencuri pandang melihat gadis itu. Tidak biasanya Lucy mengabaikan dirinya. Terkadang dalam situasi seperti ini Lucy pasti suka menempel seperti perangko. Tapi sejak pagi tadi gadis ini sama sekali tidak mengajaknya bicara. Jangan kan bicara menatap pun sepertinya tidak. Lucy sendiri sibuk dengan hp dia saling berkirim pesan dengan Felix. "Lucy" panggil Farah. Gadis itu mengangkat kepala untuk menatap Farah. "Iya tante" "Kamu kapan masuk sekolah?" tanya Farah. "Besok sudah masuk tante" jawab Lucy. "Wah artinya ini hari libur terakhir ya" sahut papa Gama. Lucy mengangguk meskipun papa Gama tidak melihat. "Tapi lucy senang kok om di ajak ke acara tunangan nya kak Farah berasa datang ke rumah keluarga sendiri" ucap Lucy. Farah tertawa pelan "Lah kamu kan sudah termasuk keluarga kami dari dulu" Lucy tersenyum "ah tante bisa aja" jawab Lucy. Papa Gama ikut tertawa. "Oh ya Gam. Kamu sendiri kapan mau nyusul Fani?" Tanya Farah. Gama tidak mengalihkan matanya menatap ke luar jendela "Tau ah ma. Gak usah di bahas nanti kalo siap juga pasti Gama kasih tau" ucap Gama dengan nada ketus. Farah kembali menatap Lucy "Oh ya Lucy. Kamu udah kelas tiga kan, nanti kalau udah lulus mau lanjut kuliah di mana?" "Belum ada rencana tante. Tapi Lucy maunya yang jurusan bahasa asing" "Kenapa bukan bisnis biar kayak Gama?" "Lucy suka nya bahasa tante" kekeh Lucy canggung. Farah tidak bicara lagi. Suasana kembali hening hanya terdengar suara musik dari radio mobil. Lucy menyimpan hp nya di tas saat merasakan ngantuk. Dia bersandar di pintu mobil tidak mau di bahu Gama bahkan Lucy sengaja memberi jarak antara dia dan Gama. Gama memperhatikan Lucy yang sudah terlelap. Ingin rasanya Gama menarik lucy agar mendekat tapi egonya terlalu besar dan berakhir membiarkan lucy begitu saja. _____ To be continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD