BAB 2

1106 Words
Suasana di dalam mansion begitu tenang, semua pelayan sudah berbaris rapi dan menundukkan kepala masing-masing. Hari ini mereka harus bersiap menghadapi wajah dingin sang Nona Muda, hari ini mereka juga sudah mendengar perdebatan sengit kedua majikan yang ada di mansion tersebut. Suasana sangatlah tegang, apalagi dengan kehadiran seorang pria asing berwajah tampan. Pria itu terlihat duduk dengan tenang pada single sofa, ia mengamati wajah kedua orang yang masih melancarkan aksi perang dingin. Pria itu adalah Danieru Malaike, pemimpin perusahaan Malaike yang tak lain pengusaha paling sukses dan kaya di Amerika. Danieru adalah anak kedua dari keluarga itu, ia tampan dan otaknya juga tak kalah cerdas. Awalnya Danieru sangat tidak tertarik untuk berurusan dengan keluarga Alistair. Tetapi ia juga tak mungkin melepaskan Nyonya Alistair dan membuat semua uangnya hilang begitu saja. “Jadi, di mana Nona Camilla? Bukankah Anda mengatakan jika dia akan menjadi jaminan untuk semua hutang yang Anda miliki?” tanya Danieru. Ia menatap wanita paruh baya yang kini hanya menunduk, Danieru juga sangat penasaran secantik apa Camilla jika bertemu secara langsung. “Agata, kau benar-benar jalang! Bisa-bisanya kau menjadikan Camilla sebagai jaminan atas hutangmu,” ujar Tuan Terizla Alistair. Pria paruh baya itu tak menyangka jika istri yang ia cintai memiliki hutang begitu banyak, bahkan kekayaan yang ia miliki sudah tak cukup untuk melunasi hutang tersebut. Ibu Camilla adalah wanita yang suka berjudi, tetapi suaminya tak menyangka jika kebiasaan istrinya itu membawa bencana bagi keluarga mereka. Selama ini istrinya tak pernah mengatakan apa pun tentang hutang tersebut, dan setelah hutang itu bertumpuk lalu berbunga semuanya baru ia ketahui. “Bisakah kau diam? Setidaknya Camilla berguna dan bisa menyelamatkan semua orang sekarang.” Nyonya Agata Alistair terlihat tak terlalu peduli, bahkan tidak ada penyesalan pada wajah wanita itu sekarang. “Menyelamatkan?” tanya Camilla yang baru saja tiba. Wanita cantik itu menatap tajam pada ibu dan ayahnya, ia benar-benar tak mengerti dengan keadaan saat ini. Di luar sana banyak sekali orang-orang asing, dan saat ia masuk ada seorang pria yang entah siapa. Pria itu memang tampan, tetapi wajahnya begitu menyebalkan untuk Camilla. “Camilla Alistair?” tanya Danieru. Ia segera berdiri dan menghampiri Camilla, tidak lupa pria itu mengulurkan tangan guna memperkenalkan diri secara resmi pada Camilla. “Ya. Siapa Anda?” tanya Camilla tanpa menyambut uluran tangan pria itu, ia hanya menatap dan tak berniat beramah-tamah. “Aku calon suamimu,” sahut Danieru. Pria itu terlihat begitu dingin, apalagi saat Camilla tak menyambut uluran tangannya. “Suami?” Camilla membeo, dan saat itu juga Nyonya Agata menarik tangan Camilla dan memaksa Camilla duduk di tengah ia dan suaminya. “Maafkan kelancangan putri saya, Tuan Malaike.” Danieru masih terus menatap Camilla, ia bisa melihat wajah cantik itu terkejut dengan semua kejadian sekarang ini. “Tidak masalah. Karena Camilla sudah datang, maka saya akan mengatakan kapan dan di mana kami akan menikah.” “Tunggu dulu! Apa yang kalian bicarakan?” tanya Camilla yang memerlukan penjelasan. Sejak kapan ia punya rencana menikah, apalagi dengan pria asing yang terlihat sangat menyebalkan itu. “Camilla, dengarkan Ayah. Ibumu memiliki hutang yang sangat banyak, dan sekarang kita tidak mampu untuk membayarnya. Jika perusahaan bangkrut, para karyawan dan pekerja akan kehilangan pekerjaan. Belum lagi, kau tahu jika banyak orang tua yang menjadi tanggung jawab Ayah di Panti Jompo. Bisakah kau menikah dengan Tuan Malaike, bisakah kau membantu Ayah menyelamatkan perusahaan?” tanya Tuan Alistair. Camilla yang mendengar penjelasan ayahnya begitu kaget, ia menatap ibunya yang masih menundukkan kepala. “Kenapa bukan dia saja yang menjual tubuhnya dan melunasi hutang itu? Bukankah Ayah mengatakan jika seseorang yang berbuat kesalahan harus bertanggung jawab dan menyelesaikannya?” Nyonya Alistair menatap anaknya tak percaya, ia tak menyangka jika anak yang dibesarkannya dengan cinta dan kasih sayang bisa mengatakan hal begitu mengerikan. “Kenapa Ibu menatapku? Apa salahku dan kenapa harus aku yang bertanggung jawab. Ibu sudah cukup pintar untuk berpikir, tetapi Ibu masih melakukan hal yang salah? Oh Tuhan, kenapa aku harus lahir dari rahimmu? Aku benar-benar memilih tidak pernah hidup daripada memiliki Ibu yang buruk sepertimu!” tegas Camilla panjang lebar. Ia segera berdiri, menatap Danieru yang terlihat begitu kaget dengan tindakannya. Rasanya Camilla ingin menggunduli pria itu, atau bahkan menendang ibunya berkali-kali. Camilla merasa kesal, ibunya tak pernah berubah dan melakukan kesalahan yang sama. Dulu, ibunya juga memiliki hutang dan itu semua bisa dilunasi. Kebiasaan wanita tua itu untuk berjudi membawa malapetaka bagi keluarga Alistair. Camilla bahkan tak mengerti kenapa sang ayah bisa mencintai wanita seperti ibunya itu. “CAMILLA! APA YANG BARU SAJA KAU KATAKAN?” seru Nyonya Alistair dengan suara keras, ia menatap anaknya dengan tatapan tajam. “Dan apa yang Ibu lakukan? Jika Ibu tahu berhutang kepada seseorang itu harus membayar, kenapa Ibu melakukannya? Apa Ibu pernah berpikir? Atau otak Ibu sudah bermain lompat tali di perempatan jalan?” tanya Camilla. Danieru yang melihat pertengkaran keduanya merasa terhibur, ia benar-benar tertarik dengan jalan pikiran Camilla dan bagaimana wanita itu bicara. Camilla bukan seorang anak yang penakut pada orangtuanya, bahkan Camilla begitu berani menasihati ibunya sendiri. Dalam satu kali pertemuan, Danieru benar-benar dibuat kagum dengan Camilla. Ia mengira Camilla hanya akan menuruti kemauan ibunya, menjadi jaminan hutang dan menyerahkan hidupnya untuk terkekang. “Camilla!” bisik Tuan Alistair. Camilla yang tak tahan menatap ayahnya. “Tak perlu berbisik, Ayah cukup pintar dan bisa mengerti jika aku menasihati wanita yang buruk sepertinya!” tegas Camilla. Wanita itu menarik napas beberapa kali, ia benar-benar mencoba untuk tidak lepas kendali sekarang, Camilla melangkah ke arah tangga dan naik ke lantai atas dengan cepat. Suasana ruang tamu mansion itu kembali begitu sunyi, semua pelayan bahkan merasa sulit untuk bernapas karena takut. Mereka saling melirik, tak tahu harus berbuat apa. “Jadi?” Suara Danieru akhirnya memecah sunyi. “Saya tak tahu harus melakukan apa. Tetapi jika Anda ingin mengambil seluruh harta keluarga Alistair, maka dengan sangat rela saya akan menyerahkannya. Jika masih banyak hutang yang tersisa, saya akan bekerja keras lalu mengembalikan semuanya kepada Anda.” Tuan Alistair tak bisa memaksa putrinya, ia juga sadar jika tidak selayaknya Camilla terlibat dengan petaka yang istrinya sebabkan. “Suamiku!” tegas Nyonya Alistair. “Berhenti bicara, renungkan kesalahanmu!” tegas pria itu kepada istrinya. Danieru tertawa kecil, wajahnya menjadi semakin tampan dengan mata yang sedikit menyipit. “Saya tetap menginginkan Camilla, dan saya tidak menerima penawaran lain.” “Tapi ... Camilla tidak menginginkan Anda.” Tuan Alistair benar-benar tak mengerti sekarang. Danieru berdiri, ia kemudian menuju ke arah tangga. “Saya akan membuatnya setuju.” Tuan Alistair tak bisa bicara lagi, ia hanya berharap Danieru memang bisa meluluhkan hati putrinya, dan ia berharap setelah ini selesai istrinya bisa berubah. Danieru segera menuju lantai atas, ia tak perlu bertanya di mana kamar Camilla karena ia akan memeriksa semua ruangan dan menemukan Camilla. Pria itu merasa Camilla adalah tantangan baru untuknya, dan ia akan membuktikan jika tak ada wanita yang bisa menolak pesonanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD