Seperti yang dibicrakan teman-temanku kemarin, kami akan pergi ke bar malam miggu. Dan, ini adalah malam Minggu, yang katanya malam yang panjang untuk para muda mudi yang menikmati malam minggu bersama teman atau kekasihnya. Aku sudah bersiap-siap untuk ke rumah Andre. Aku berangkat dengan Alleta menggunakan taxi untuk ke rumah Andre.
Raka juga sudah berada di rumah Andre dari tadi, menunggu Aku dan Alleta datang. Aku harus membantu Mbok Sanem beres-beres terlebih dahulu, makanya agak lama untuk ke rumah Andre.
"Sorry guys, kita telat," ucap Alleta.
"Gak apa-apa, sudah, kan? Kita berlima saja?" tanya Raka.
"Iya, kita berlima lah, mau sama siapa lagi, Ka?"tanya Rosa.
"Ya sudah, kita berangkat pakai mobilku saja," ajak Raka.
Kami masuk ke dalam mobil Raka menuju ke Carlos's Bar and Lounge. Carlos adalah nama bar yang terkenal di kota di mana aku tinggal. Aku sebenarnya enggan untuk ikut dengan mereka, aku tidak enak dengan Mbok Senem. Dari tadi aku sangat gelisah, tidak seperti yang lainnya. Yang tampak bahagia dan senang malam ini. Raka memerhatikan aku yang duduk di sampingnya. Ya, aku duduk di samping Raka yang sedang mengemudikan mobilnya.
"Kenapa gelisah seperti itu, Dew?" tanya Raka.
"Aku gak enak saja dengan Mbok Sanem, La," jawabku dengan singkat.
"Kan kita sudah pamit dari kemarin, Dew. Mbok Sanem juga tau lah, kita remaja yang butuh malam mingguan," timpal Rosa.
"Iya, juga sih," jawabku yang masih saja berat sekali. Rasanya aku ingin pulang saja ke rumah Mbok Sanem. Entah kenapa hati ini rasanya tak karuan.
"Lu sekarang jarang merokok sepertinya, Dew?" tanya Alleta. Aku memang sekarang jarang merokok, karena aku tidak enak dengan Mbok Sanem. Hanya saat penat mengganggu saja aku merokok.
"Ya, semenjak di rumah Mbok Sanem gue ngurangin merokok, Let" jawabku.
"Benar, wanita tidak boleh merokok. Mulai sekarang kurangi, Dew," ujar Raka.
"Iya, Ka," jawabku dengan rasa gelisah yang makin menebal dalam diriku.
Entah kenapa Aku benar-bernar gelisah malam ini. Aku tidak tau kenapa seperti ini. Padahal saat mau berangkat, hatiku baik-baik saja dan tidak segelisah ini.
"Ah…hatiku kenapa mesti gak tenang seperti ini, sih," gumamku sambil menatap keluar jendela mobil.
Kami sampai di depan Carlos's Bar and Lounge. Bar yang mewah dan besar itu kini sudah di hadapan kami. Kami turun satu persatu dari mobil dan bersiap masuk ke dalamnya. Kami datang masih belum terlalu malam. Ya, karena semua menghargaiku yang tinggal dengan Mbok Sanem. Jadi, kami keluar jam 9 malam. Itu saja sudah terlalu malam menurut Mbok Sanem.
Kami masuk ke dalam dan mencari tempat duduk yang nyaman untuk seru-seruan. Kami menikmati musik dan bebagai macam minuman beralkohol di atas mejanya.
Aku sebenarnya tidak ingin minum minuman yang beralkohol, dan Raka tau aku sudah tidak nyaman dengan minuman yang ia pesan. Akhirnya Raka memesankan jus untukku
"Ini untuk mu." Raka memberikan jus Lemon padaku
"Eh…makasih," jawabku.
"Aku tau kamu bingung, kan? mau minum apa? Ini gak terlalu banyak alkoholnya, kok. Aku sengaja pesan ini, biar Rosa dan Alleta juga bisa minum," ucap Raka
"Iya juga sih, aku sebenarnya gak masalah minum ini, tapi gak enak sama Mbok Sanem," jawabku.
"Iya, aku tau," ucap Raka sambil mengusap kepalaku.
"Ih…kebiasaan, rambutku berantakan, tau," ucapku.
"Habis kamu gemesin, Dew. Makanya Pak Affan suka," ucapnya.
"Dia sudah dengan Bu Anita. Malah sepertinya mau serius," ucapku.
"Yes, akhirnya sainganku gugur." Raka terlihat bahagia mendengar Pak Affan dengan Bu Anita.
"Saingan, memang aku mau sama kamu?" Aku menggoda Raka dengan senyuman genit.
"Jangan menggodaku, nanti aku cium," ucap Raka.
"Cium saja kalau berani." Aku sedikit menantang Raka.
"Belum saatnya, Dew," jawab Raka.
Raka memang mencintaiku. Berkali-kali dia menyatakan cintanya padaku, tapi aku selalu menolaknya. Raka bukan hanya sekedar teman, dia adalah sahabat dan aku juga menganggap dia saudara laki-lakiku. Raka tau, kalau hatiku sudah terisi dengan Adrian, karena aku lernahbceeita dengannya mengenai Adrian. Namun, Raka percaya suatu saat nanti aku akan mencintainya dan melupakan Adrian yang entah di mana.
Aku tidak peduli Adrian ada di mana. Dengan Raka bicara seperti itu, aku yakin Adrian akan kembali lagi dan menemuiku. Enatah dia mengingat janjinya atau tidak.
Kami menikmati malam minggu di dalam bar dengan di temani alunan musik DJ yang membuat kami betah di dalam Bar. Akj mulai bisa menyetabilkan rasa gelisah di dalam hatiku yang dari tadi hinggap di hatiku. Aku sudah bisa tertawa lepas dan bercanda dengan teman-temanku, apalagi melihat tingkah polah Raka dan Andre yang dari tadi mengeluarkan lelucon yang tidak ada manfaatnya.
"Ehh…pulang, yuk? Sudah hampir jam 3 pagi ini, kasihan anaknya Embok," ajak Raka
"Ya sudah, yuk pulang, kamu jadi nginep di rumah ku, kan sayang?" tanya Andre pada Rosa.
"Iya, kita habisakan malam ini berdua," ucap Rosa
"Sialan, dasar bocah gak guna kalian!" umpat Raka
"Sekali-kali, sana merasakan, pasti ketagihan," ucap Andre pada Raka.
"Gak, gak mau!" tukas Raka
"Gak mau nolak dia," timpal Rosa.
Kami keluar dari Bar dengan bercanda. Ya, memang kami kalau bercanda benar-benar melewati batas. Aki dari tadi juga sudah banyak bercanda dengan mereka. Aku berjalan mundur sambil bercanda dengan teman-temanku dan tidak sadar di depan Bar ada sepeda motor sport yang terparkir di depan Bar.
"Brakk…..!!!" Aku menyenggol sepeda motor tersebut dan seketika sepeda motor itu roboh.
"Shit..! Aku merobohkan sepeda motor ini," umpatku dengan kesal dan takut kalau pemilik sepeda motor mewah ini marah besar.
Andre dan Raka segera mengangkat sepeda motor itu, dan saat akan mengangkat, terdengar suara menggelegar dari balik pintu masuk Bar
"Siapa yang berani merobohkan sepeda motor kesayanganku!" teriak pria yang berada di depan pintu.
Merke berlima hanya menunduk, Raka dan Andre tau, sepeda motor ini Milik Caelos Adrian Pratama, pemilik Carlos's Bar and Lounge. Carlos mendekati kami, dia berdiri di depanku, menatap wajahku dengan tajam
"Kamu! Berani-beraninya kamu merobohkan sepeda motor saya! kamu punya uang berapa untuk menggantinya, hah!" Carlos sangat marah padaku, di mengumpat, mencemoohku, dengan kata-kata kasarnya.
"Maaf, saya tidak sengaja," ucapku dengan menunduk dan badanku terasa bergetar ketakutan.
"Kalau bicara tatap wajah lawan bicara, kamu!" bentak Carlos.
"Maaf, tuan. Saya tidak sengaja," jawabkh sambil menatap wajah Carlos. Carlos menatap tajam wajahku yang mungkin sudah memucat karena ketakutan.
"Ganti sepeda motor saya dengan yang baru, saya tidak mau tau!" tukas Carlos dengan penuh amarah di hadapanku.
"Ini cuma lecet saja, mas. Masa harus ganti yang baru," timpal Raka.
"Aku tidak bicara dengan kamu,!" seru Carlos sambil menunjukan jari telunjuknya di depan wajah Raka.
"Aku akan menggantinya," ucap Ayu dengan tegas.
"Hah, omong kosong, tubuh mu saja di jual tidak laku untuk membeli sepeda motor ku ini." Carlos berbicara dengan nada sombongnya dan merendahkanku.
"Berapa harga sepeda motor tuan?" tanyaku dengan badan gemetar.
"Kamu mau tau? Dua Ratus Lima Puluh Juta, itu harganya!" seru Carlos.
"Aku mau dalam satu bulan kamu harus sudah bisa mengganti sepeda motorku, kalau tidak kamu akan tau akibatnya, ingat itu!" ancam Carlos.
Carlos dan anak buahnya pergi meninggalkan kami. Aku beberapa kali menyeka air mataku yang jatuh. Raka merangkul tubuhku, mencoba menenangkan aku. Begitu juga Rosa, Alleta, dan Andre.
Saat kami akan melangkahkan kaki menuju mobil Raka, suara Carlos terdengar menggelegar lagi memanggil kami Tapi, hanya satu yang Carlos tuju. Aku, iya aku yang Carlos tuju, dia memanggilku dan mengajak berbicara berdua saja.
"Hey, kamu!" seri Carlos yang membuat kami menghentikan langkah kaki kami. Kami menoleh ke arah Carlos
"Kamu! Bisa kita bicara sebentar!" pinta Carlos dengam suara lantang, dan menunjukan jari telunjuknya ke arahku.
"A-Aku?" tanyaku dengan suara gugup.
"Iya, siapa lagi, kamu yang membuat sepeda motorku hancur," ucap Carlos.
"Ikut saya!" titah Carlos.
Aku berjalan mendekati Carlos, tapi tangan Raka memegangi tangaku, mengisyaratkan dia ingin ikut ke mana Carlos akan membawa aku dan akan bicara apa.
"Aku hanya mengajak dia, buka kamu!" tukas Carlos dan menunjukan jari telunjuknya ke arah Raka
"Aku juga harus tau apa yang akan kalian bicarakan," timpal Raka.
"Ini bukan urusan, kamu!" Carlos mendorong tubuh Raka.
"Sudah, kalaian tunggu di mobil, aku akan bicara dengan dia," ucapku.
"Tapi, Dew," ucapan Raka terhenti, saat aku mengisyaratkan pada mereka untuk menunggu dirinya di dalam mobil.
Aku berjalan mendekati Carlos. Carlos membawaku kembali masuk ke dalam Bar. Carlos mengajak aku ke suatu ruangan yang ada di dalam Bar. Di dalam ruangan yang luas itu, terdapat beberapa kamar, yang mungkin untuk di sewa atau entahlah. Banyak sekali laki-laki dan perempuan yang b******u di dalam. Membuat aku mual melihatnya. Suara leguhan dari wanita nakal dan erangan dari mulut laki-laki hidung belang kerap kali terdengar di telingaku.
"Masuk!" titah Carlos. Dia menyuruhku masuk ke dalam ruangan luas seperti kamar.
Tubuhku gemetar memasuki ruangan itu. Wajahku mucat dan takut, jika Carlos dan anak buahnya akan macam-macam denganku. Carlos duduk di kursi dan menyuruhku duduk di kursi yang ada di depannya.
"Duduk!" titah Carlos. Aku duduk berhadapan dengan Carlos
"Kalian, tinggalkan tempat ini," titah Carlos pada anak buahnya.
"Baik, tuan," ucap mereka menunduk sambil keluar dari ruangan itu.
Carlos memandangi wajahku secara intens, mata Carlos menjelajahi wajahku yang terlihat semakin memucat, aku akut Carlos akan mcam-macam dan menyakiti diriku.
"Kamu yakin bisa mengganti sepeda motorku?" tanya Carlos dengan suara datar.
"Ya, bisa," ucapku dengan tegas walaupun sebenarnya aku tidak tahu, bisa atau tidak mengganti sepeda motor milik Carlos.
"Yakin? Satu bulan bukan waktu yang lama untuk mencari uang 250 juta, apalagi kamu hanya seorang bocah pelajar yang bergaya sok." Carlos bebicara dengan nada sedikit menekan.
"Aku akan buktikan!" tegasku sekali lagi.
"Oke, jika tidak bisa, tubuhmu ini akan jadi milikku," ucap Carlos dengan mendekatiku dan berkata telingaku lalu menyentuh lembut lenganku dengan jari-jarinya.
"Jangan berani menyentuhku!" Aku menepis tangan Carlos dengan kasar.
"Oke, buktikan dalam satu bulan, jika tidak, tubuh indahmu akan menjadi santapan hangat untukku, dan aku minta, 7 hari 7 malam kamu harus menjadi wanitaku yang melayaniku di ranjang. Ingat itu, gadis cantikku,"ucap Carlos dengan menyentuh pipiku dengan lembut dan berbisik di telingaku mengucapkan kata sayang.
Carlos melangkahkan kakinya untuk pergi dari ruangan itu. Aku berjalan dengan gontai, keluar dari Bar milik Carlos. Aku tidak tau, harus bagaimana caranya mendapatkan uang sebanyak itu dalam satu bulan. Tidak bisa di bayangkan jika aku harus menyerahkan mahkota berharganya untuk seorang b******n seperti Carlos dan melayaninya di atas ranjang selama 7 hari 7 malam.
Aku masuk ke dalam mobil Raka. Aku duduk di samping Raka. Aku menundukkan kepalanya, suara Isak tangisku terdengar di dalam mobil. Aku tidak kuat menerima kenyataan ini. Uang jajanku hanya aku dapatkan dengan hasil membantu Mbok Sanem di kantin, karena selama ini bibi tidak memberi uang jajan lagi dan uang untuk bayar sekolah. Dan sekarang, aku harus menanggung beban dari Carlos perihal sepeda motornya yang tidak sengaja aku robohkan.
"Aku akan membantumu, Dew," ucap Raka.
"Aku juga," ucap Rosa, Alleta, dan Andre.
Kami pulang dengan pikiran yang kacau. Malam minggu yang kami pikir adalah malam minggu yang asik dan bisa merefresh pikiran kami. Malah menjadi malapetaka dan menambah beban pikiran kami.
"Ya Tuhan, aku harus cari uang ke mana?"gumamku, yang sesekali menyeka air mataku yang jatuh.
Raka menggenggam tanganku. Dia mengusap kepalaku dengan sayang. Air mataku semakin mengalir deras di pipi, saat Alleta juga mengusap bahuku dari jok belakang. Aku belum bisa menghentikan air mataku. Beban hidupku semakin bertambah. Masalah dengan paman dan bibiku saja belum selesai, kini muncul masalah baru lagi di hidupku.
Rasanya ingin menjerit, tapi aku tidak bisa. Ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokan ku. d**a ku sesak sekali saat mengingat ucapan Carlos tadi yang akan mengambil sesuatu yang berharga pada diriku jika tidak bisa mengganti sepeda motor milik Carlos dalam waktu 1 bulan.