Aku menemui Pak Affan di perpustakaan. Aku tidak tau, apa yang akan di bicarakan Pak Affan di perpustakaan, entah itu soal olimpiade atau yang lainnya. Aku menemuinya saat jam istirahat, aku masuk ke dalam perpustakaan dan melihat Pak Affan guru matematika ku sudah berada di dalam perpustakaan. Aku berjalan untuk mendekatinya, tapi saat akan berjalan ke arah Pak Affan, Bu Anita guru fisika ku memanggil aku yang sedang berjalan menuju Pak Affan.
"Dewi," panggil Bu Anita.
Aku menoleh ke arah sumber suara yang memanggilku.
"Iya, Bu," jawabku.
"Ehmm…syukurlah ketemu kamu di sini. Bisa bicara sebentar?" tanya Bu Anita.
"Emm…bisa, Bu, tapi saya akan menemui Pak Affan dulu, Bu. Soalnya Pak Affan tadi menyuruh Dewi menemuinya, untuk membahas olimpiade," ucapku pada Bu Anita
"Oh…kamu mau menemui, Pak Affan?" tanya Bu Anita dengan wajah yang masam. Aku tahu, Bu Anita menyukai Pak Affan. Dia seperti tidak suka mendengar aku akan menemuinya
"Iya, Bu," jawabku
"Ya sudah, temui dulu, padahal olimpiade matematika kan masih lama, apa yang harus di bicarakan, Dew" ucap Bu Anita dengan penuh selidik.
Iya sih, aku juga janggal, karena olimpiade masih sangat lama sekali, tidak mungkin Pak Affan akan membahas olimpiade matematika saja.
"Ulangan Akhir Semester saja belum, sudah bahas olimpiade yang akan di lakukan pertengahan semester depan? Aneh, kan?"gumam ku sambil berjalan ke arah Pak Affan.
Aku merasa tidak enak dengan Bu Anita, aku tahu Pak Affan akan membahas selain olimpiade juga.
"Maaf, Bu Anita, aku tidak enak dengan Pak Affan, karena Pak Affan menyuruhku menemuinya, di satu sisi aku tau, Bu Anita menyukai Pak Affan. Tenang, Dewi akan dekatkan Pak Affan untuk ibu," ucap ku lirih dalam hati saat melihat Bu Anita kembali duduk di bangkunya dan membaca buku, tapi matanya menatap dengan penuh selidik kepadaku dan Pak Affan.
Aku menyapa Affan yang sudah duduk di bangku yang tidak jauh dari bangku Bu Anita. Pak Affan membelakangi arah dari Bu Anita dan Aku duduk di depan Pak Affan. Sehingga aku bisa melihat Bu Anita yang memerhatikan aku sedang bicara dengan Pak Affan.
"Emm..Pak Affan ada apa menyuruh saya ke sini?" tanyaku pada Pak Affan dan duduk di depannya.
"Ingin bicara dengan kamu saja, Dew," jawabnya dengan wajah setengah gugup seperti berbicara dengan kekasihnya.
"Bicara apa, Pak?" tanyaku lagi
"Emmm….itu Dew, emmm…"
"Apa, pak? Soal olimpiade? Atau?" tukas ku.
"Bukan, ini soal….."
"Sudah ku duga, pasti bicara selain olimpiade," gumam ku.
"Soal Bu Anita?"tanyaku kembali.
"Bu Anita? Kenapa Bu Anita?" Pak Affan berkata dengan penuh kebingungan karena aku tiba-tiba menyebut nama guru fisika ku itu.
"Iya, Aku tau, Bapak suka dengan Bu Anita, kan?" tanyaku
"Tidak, aku tidak suka Bu Anita, aku suka…." ucapan Pak Affan terhenti karena aku buru-buru menukas nya.
"Tuh Bu Anita di belakang bapak, sana bilang saja sendiri," tukas ku, agar Pak Affan tidak menyatakan rasa suka padaku.
Aku takut Bu Anita mendengar, makanya aku segera memotong pembicaraan Pak Affan, beruntung Pak Affan berbicara dengan sedikit gagap dan grogi, jadi aku bisa cepat-cepat menukas nya, sebelum Pak Affan melanjutkan perkataannya.
"Apa ada Bu Anita?" tanya Affan
"Iya, lihat saja sendiri, atau Dewi panggilkan ya," jawabku
"Ahh….Jang.…."
"Bu Anita, Pak Affan mau bicara." Aku menukas lagi perkataan Pak Affan.
"Dewi ... apa-apaan, sih, aku mau bicara dengan kamu, bukan Bu Anita," ucap Pak Affan dengan sedikit kecewa.
"Maaf Pak, Dewi tau, bapak menyukai Dewi, ini surat bapak, kan? Yang bapak selipkan di LKS Dewi?" tanyaku dengan menunjukan surat kaleng dari Pak Affan yang di selipkan di LKS matematikanya.
"Maaf, Dewi tidak memikirkan hal ini, masa depan Dewi masih panjang, dan kalaupun Dewi ingin memiliki kekasih, tentunya bukan Bapak atau Raka. Maaf, Bu Anita yang pantas untuk bapak, Dewi tahu, Bu Anita menaruh hati untuk bapak, begitu juga bapak. Sekarang, Dewi minta, bicara yang jujur dengan Bu Anita, jangan buat Bu Anita Menunggu. Selamat berjuang," ucapku pada Pak Affan.
"Tapi, Dew," ucap Pak Affan dengan gugup.
"Tidak tapi-tapian, sekarang tanya hati bapak saja, siapa yang pantas untuk masa depan bapak? Dewi atau Bu Anita. Yang jelas Dewi tidak mau dengan Bapak, Pak Affan adalah guru Dewi, dan rasa suka Pak Affan pada Dewi mungkin hanya sebatas kagum dan mungkin kasihan saja dengan Dewi. Berbeda saat bapak mencuri pandang denan Bu Anita, Pak." Aku mencoba memberi pengertian pada Pak Affan lagi.
"Aku juga tidak tahu, Dew. Sulit di artikan saat aku dekat dengan Anita," ucap Pak Affan.
"Makanya sekarang jangan di persulit lagi, cinta butuh pengorbanan, Pak," ucapku.
"Kamu suka Raka?" tanya Pak Affan.
"Tidak, dia sahabatku saja, aku tidak suka. Sudah ada seseorang yang berarti di hati Dewi, Pak. Itu sejak dulu, semenjak Dewi belum di kota ini," jawabku.
Bu Anita terlihat berjalan mendekati kami, dia langsung duduk di sebelah ku.
"Ada apa, Dew?" tanya Bu Anita.
"Emmm…Pak Affan mau bicara, Dewi tinggal ya, Bu, Pak." Aku meninggalkan mereka berdua.
Dari kejauhan aku melihat mereka saling menatap dan melempar senyuman. Tidka bisa di pungkiri mereka memang selama ini saling menyukai. Aku tahu Pak Affan hanya takut di tolak Bu Anita dan keluarganya saja, karena keluarga Bu Anita adalah keluarga pengusaha kaya raya. Dan semoga kali ini, Pak Affan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang aku berikan. Toh, aku juga sudah menolaknya secara halus tadi.
"Mungkin ini saatnya mereka saling mengungkapkan perasaannya," gumam ku sambil berjalan keluar dari perpustakaan menuju kelasku.
^^^^^^
Aku kembali ke kelasnya, aku melihat teman-temanku sedang duduk di depan kelas dan bernyanyi bersama di iringi petikan gitar Raka Aku duduk di samping Alleta dan langsung menyandarkan kepalaku di bahu Alleta.
"Ehhh…ini yang di tunggu-tunggu sudah datang," ucap Andre.
"Kenapa? Ada apa?" tanyaku
"Gini, Dew, malam minggu nanti, kita akan ke Bar yang terkenal di sini, kita akan happy-happy di sana. Ya, sekali-kali lah, kita masuk Bar yang terkenal," jawab Rosa
"Emmm..Bar mana?" tanyaku
"Carlos," jawab Raka
"Ikut ya, Dew" pinta Raka
"Emmm….malam minggu ini?" tanyaku lagi.
"Iya, ikut ya, please….." Alleta memohon padaku agar aku ikut.
"Oke, aku ikut." Aku mengiyakan ajakan mereka.
"Yeay….akhirnya ikut juga, nanti kita kumpul di rumah Andre, ya?" ucap Rosa.
"Iya, nanti kita saling kirim kabar saja," imbuh Raka.
"Sudah, bel, ayo masuk, tu Bu Anita sudah jalan ke sini." Aku menunjuk ke arah Bu Anita yang sedang berjalan menuju ke kelasku
Ya, ini adalah jam nya Bu Anita. Beliau terlihat begitu sumringah sekali saat berjalan ke arah kelasku. Aku melihat, sepertinya Bu Anita sedang merasakan bahagia.
"Tumben Bu Anita terlihat sumringah siang ini, wajahnya berseri-seri seperti sedang jatuh cinta, apa Pak Affan sudah mengatakannya tadi?" gumam ku sambil berjalan masuk ke dalam kelas.
"Dew," panggil Bu Anita.
Aku seketika menghentikan langkah ku dan menoleh ke arah Bu Anita
"Iya, Bu, ada apa?" tanyaku
"Terima kasih, untuk tadi di perpustakaan," jawab Bu Anita
"Jadi, Pak Affan sudah bilang kalau Paka Affan……"
"Iya, sudah, terima kasih, Dew, kamu sudah mengabulkan mimpiku." Bu Anita reflek memelukku di depan kelas.
Ya, hari ini adalah hari bahagia untuk Bu Anita, karena Pak Affan menyatakan cintanya pada Anita, dan akan melamarnya. Walau nantinya akan di tolak oleh keluarga Bu Anita yang kaya raya. Bu Anita sedikit menceritakan tadi di perpustakaan dengan lirih padaku.
"Selamat, Bu. Dewi bahagia dengarnya," ucapku dengan memeluk erat Bu Anita.
"Ehhh….Dewi, Bu Anita, kalian bahagia sekali? Ada apa ini?" tanya Rosa
"Ada deh, hanya kita berdua yang tau," jawabku.
"Nanti kalian akan ibu kasih tau," imbuh Bu Anita.
"Sekarang kita kembali ke jalan yang benar, buka buku tugas kalian." Bu Anita kembali menjadi sosok guru yang killer bagi semua murid di kelas kecuali aki.