(P.O.V ADRIAN) Sore hari tiba, aku berangkat menjemput Kinanti di rumah Mbok Sanem. Seperti biasa, Kinan baru saja selesai bimbingan dengan Bu Annita. Aku duduk memunggu Kinan yang sedang berganti baju kata Mbok Sanem. Kinan yang masih belum mau meninggalkan rumah Mbok Sanem, membuat aku terpaksa mengantar jemput Kinan di rumah Mbok Sanem untuk bertemu dengan papah. Kinan keluar dari kamarnya. Aku masih terduduk di ruang tamu sambil menghisap rokokku. Kinan sudah siap untuk berangkat ke rumah papah. Dia terlihat anggun dengan dress berwarna cokelat muda. Pipi Kinan terlihat memerah dan matanya juga sembab. Entah kenapa pipi Kinan bisa merah seperti itu. “Kinan, kamu habis menangis?” tanya ku. “Emm..tidak, ayo berangkat, nanti keburu malam. Nanti jam 9 aku mau Hangout dengan