Dengan letih, Varo melangkah menuju kamar tidurnya yang mewah. Baru jam setengah sembilan malam, tapi tubuh dan jiwanya terasa sungguh letih. Setelah membersihkan tubuhnya, Varo memutuskan segera tidur tanpa menunggu istri cantiknya pulang.
Walau jiwanya terasa lelah sangat, tapi pikirannya masih saja mengembara entah ke mana. Matanya menatap kosong bingkai foto berukuran raksasa yang ada di hadapannya. Itu foto pernikahannya. Istrinya tampak sungguh cantik memakai kebaya berwarna keemasan, senada dengan pakaian yang dikenakannya.
Senyum merekah terkembang di bibir merah seksi istrinya, menambah kecantikan. Ada aura yang tampak mistis dari foto itu. Varo melihat dirinya sendiri yang hanya tersenyum simpul, seperti hendak menunjukkan betapa dia menjaga wibawa.
"Aaaggh..." Tiba-tiba Varo memegang kepalanya yang mendadak seperti tertusuk ratusan jarum secara bersamaan. Kembali berkelebatan, bayangan seorang perempuan berwajah sabar, keibuan yang menyambutnya dengan senyum penuh cinta di sebuah rumah petak mungil. Kemudian ada suara anak perempuan kecil menyerobot penuh perhatiannya.
Siapa dia? Siapa mereka? Kenapa wajah perempuan itu sungguh berbeda dari yang ada di foto ini?
"Mas sudah pulang? Pasti capek banget ya? Mandilah dulu terus kita makan malam ya. Sudah aku siapkan air hangat untuk mandi."
"Ayah... aku mau digendong ayah!" Kemudian gadis kecil itu segera saja melompat dan huup... sudah berad di gendongan lelaki muda itu.
Wajah lelaki muda itu, kenapa mirip sekali denganku?
"Mas..."
"Ayaah..."
Aaaaghh... kepalaku...
Mau tak mau Varo kemudian mencari obat tidur agar dia bisa tidur tenang malam ini. Dengan terhuyung Varo mengacak lemari tempat penyimpanan obat, tapi tak jua menemukannya. Pasrah, Varo mencoba mencari di laci nakas sebelah tempat tidurnya. Tidak ada. Tiba-tiba seperti ada yang menyuruhnya untuk membuka laci nakas di sisi sebelah istrinya biasa tidur. Dan bibirnya tersungging senyuman saat akhirnya menemukan obat yang dimaksud.
Tapi matanya tertumbuk pada sebuah amplop yang sudah lusuh. Penasaran, dibukanya foto itu. Kepalanya semakin berdenyut saat melihat apa yang ada di amplop itu.
Beberapa lembar foto. Dan terlihat jelas di foto-foto itu sosok perempuan berwajah sabar dan keibuan sedang menggendong anak perempuan cantik. Keduanya sama persis dengan yang sering berkelebat di pikirannya.
Dan di lembar foto terakhir, foto keempat, tubuh Varo mendadak lemas bagai tak bertulang. Dia melihat di foto itu ada sosok lelaki yang sekarang menggendong anak perempuan cantik itu. Dan dia sungguh yakin bahwa lelaki itu adalah dirinya!
Dibaliknya foto itu, ada sebuah tulisan rapih.
Ayah Devaro, Bunda Padma dan Mbak Yasmin.
Jadi ini nama-namanya? Jadi istriku bernama Padma? Putriku bernama Yasmin? Lalu di mana mereka sekarang? Berarti benar aku adalah suami Padma? Dan Yasmin adalah putriku?
Dan siapa istriku yang sekarang ini? Kenapa aku bisa terpisah dari Padma dan Yasmin? Kenapa kami bisa terpisah? Kenapa aku bisa menikah dengan Yvonne?
Ya Tuhan... Apa yang telah kulakukan? Dan kenapa Yvone memiliki foto ini? Apa hubungannya dengan perpisahanku dengan mereka? Aku akan mencari info tentang Padma dan Yasmin. Lebih baik kufoto dulu empat foto ini.
Varo segera mengambil gawainya dan memfoto empat lembar foto itu dengan cepat. Kemudian dikembalikan seperti semula, dan mencoba tidur.
Tapi hingga istrinya yang sekarang, Yvonne pulang dan merangkak ke arahnya, mencoba menggodanya, Varo berpura telah terlelap. Dia sedang tidak ingin melayani keinginan istrinya itu. Dan satu-satunya jalan menolak adalah dengan berpura sudah tertidur.
"Varo..., sayang... sudah tidur ya? Tumben banget sih jam segini sudah tidur? Biasanya kan nungguin aku." Senyap, tiada respon dari Varo membuat Yvonne akhirnya juga memutuskan tidur.
"Yaah udah tidur beneran ya? Kalau begitu besok pagi aja ya. Padahal aku sedang sangat menginginkanmu."
Yvonne, aku tidak tahu siapa kamu sebenarnya dan apa hubunganmu dengan Padma dan Yasmin.
***
"Pak Tegar..." Panggil Varo saat supir kepercayaannya itu mengantarnya ke kantor suatu pagi.
"Ya Mas. Sudah merasa lebih baik? "
"Entahlah Pak, tapi saya ingin bertanya dan tolong jawab dengan jujur. Apakah bapak tahu siapa sebenarnya saya? Masa lalu saya?"
"Iya Mas. Saya tahu." Varo memijat kepalanya yang semakin pusing.
"Kalau begitu Pak Tegar pasti juga tahu siapa Padma dan Yasmin?"
Saat itu mobil sudah berada di parkiran. Pak Tegar membuka sabuk pengaman dan membalik badannya menghadap Varo.
"Mas Varo sudah ingat pada Mbak Padma dan Yasmin?" Tanyanya takjub.
"Tidak pak, tapi.... semalam saya menemukan ini." Varo memberikan gawainya pada Pak Tegar. Senyum terbit di wajah Pak Tegar yang sudah tampak guratan-guratan halus tanda umur.
"Apakah meraka...? Maksud saya, Padma dan Yasmin adalah benar istri dan anak saya pak?" Tanya Varo pelan.
Pak Tegar mengambil nafas panjang sebelum menjawab, "Iya, Mas, benar. Mbak Padma adalah istri Mas Varo dan Yasmin adalah putri Mas Varo dan Mbak Padma."
"Lalu di mana mereka sekarang pak? Apakah saya menceraikan Padma?"
"Setahu saya Mas Varo tidak menceraikan Mbak Padma."
"Kalau begitu kenapa saya bisa berpisah dari mereka? Kenapa saya bisa menikah dengan Yvonne?"
"Itu Mas Varo yang bisa menjawab."
Varo memijat kepalanya. "Apakah ini ada hubungan dengan kata Ustad Ridho? Bahwa saya diguna-guna pak? Terkena pelet? Apakah Yvonne yang mengguna-guna saya?"
"Maaf saya tidak bisa menjawab itu karena memang hanya Mas Varo yang bisa jawab."
"Kenapa Yvonne tega pak? Bagaimana cara saya untuk bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi?"
"Mas Varo harus sabar ya. Kita akan cari tahu sebab dan cara mengatasinya. Nanti sepulang kantor kita mampir lagi ke masjid kemarin ya mas."
Varo mengangguk, pasrah. Padma, Yasmin, maaf, aku sama sekali belum mengingat kalian. Tapi aku akan berusaha untuk bisa mengingatnya Tunggu aku ya...