Moren mengusap wajahnya berulang kali. Dia merasa bodoh untuk kesekian kalinya, memberikan keperawanan pada dua pria yang telah dia selidiki adalah anak sahabat Eomma-nya. Awalnya Moren terkejut, mendapati dua lelaki kembar, tiga hari yang lalu memgambil kesuciannya. Adalah anak sahabat dari Eomma-nya. Moren takut bila Sancan-sang-Ibu, mengetahui dirinya tidur dengan anak sahabat Ibunya sendiri.
Moren tidak tau harus berbuat apa?
Dirinya sudah terjebak dalam masalah baru. Dengan menyerahkan kesuciannya dengan pria kembar sekaligus. Ia merasa sangat kotor dan tidak menjalani prinsip yang selama ini harus dijaganya.
Kesuciannya hanya untuk sang suami. Tapi malang dinasib, dirinya sudah tidak bisa memberikan kesuciannya pada suaminya kelak.
Walau di negara ini tidak dilarang s*x bebas, tapi bagi Moren memiliki prinsip no s*x before marriage. Sebuah prinsip yang dianut oleh dirinya harus hilang, karena sebuah kebodohan dan patah hati yang dialami oleh dirinya.
Moren berbaring di atas ranjangnya. Ia sudah tiga hari tidak masuk kerja, semenjak pikirannya tertuju di malam yang panas penuh gairah dan membuatnya bagaikan w************n sekarang.
Dengan mudahnya Moren, menerima ajakan dari Dhafin dan Dhafa dua pria kembar yang sangat berpengaruh di Amerika. Dengan menduduki orang terkaya nomor 23 dan 24 di dunia. Sebuah pencapaian yang sangat luar biasa.
"Kenapa aku sangat bodoh," Moren memukul bantal guling yang bermotif bintang tersebut. Ia tidak menangis, hanya sering melamun, merutuki, dan menyumpahi dirinya yang sangat bodoh sekali.
Hanya karena seorang Davin. Dirinya bisa terjebak pada dunia malam yang sering dihindari oleh dirinya. Apalagi ia terjebak dengan anak sahabat orangtuanya, yang mana dia tidak pernah berjumpa dengan Dhafin dan Dhafa sedari kecil. Sehingga ia tidak mengenali pria kembar itu saat mereka menghampiri dirinya.
Moren baru mengetahui satu hari yang lalu. Dengan mencari lewat internet dan media sosial, yang memuat kabar berita dan aktivitas dari kedua pria kembar itu.
Dhafin Alsa Alganta. CEO di Alganta Group, yang mana sekarang sudah membuka cabang di negara-negara maju maupun negara berkembang.
Dhafa Alsa Angkasa. Pemilik rumah sakit terkenal di Amerika yang sudah memiliki cabang di negara-negara maju dan berkembang.
Kekayaan keluarga Alsa bersatu dengan kekayaan Almalik. Yang mana perusahaan Almalik dipimpin oleh Abraham Alsa Almalik. Memiliki kedudukan orang terkaya nomor 28 di dunia.
Luar biasa!!!
Sebuah keluarga fenomenal yang berhasil mengambil perhatian publik oleh kekayaan dan juga Amaranda Almalik memiliki dua suami dan memiliki enam orang anak. Keluarga unik yang terhindar dari terpaan gosip miring.
Moren membuka ponselnya kembali. Melihat berbagai kabar berita tentang Dhafin dan Dhafa pengusaha yang terkenal dermawan, ramah, murah tersenyum, dan tentunya hal-hal baik lainnya.
Tidak ada berita-berita memuat keburukan dari pria kembar tersebut. Semuanya sempurna sangat sempurna.
Moren membaca beberapa kali, dengan seksama dan sesekali berdecak kagum. Dhafin dan Dhafa tidak pernah terlibat skandal dengan seorang perempuan, padahal mereka sering ke klub malam.
Moren menatap sinis pada ponselnya, lebih tepatnya pada berita yang mengatakan kalau Dhafin dan Dhafa tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun dan selalu berprilaku baik tanpa melakukan ONS (One Night Stand). Sebuah hubungan satu malam atas dasar suka sama suka tanpa paksaan.
Terus yang mereka lakukan tiga hari yang lalu apa? Bukankah itu adalah ONS dan lebih parahnya lagi, mereka melakukan hubungan intim bertiga.
"Berita palsu," Moren melemparkan ponselnya ke sembarang arah. Ia merasa takut sekarang. Takut hamil, sebab ia tau kalau Dhafin dan Dhafa tidak menggunakan pengaman pada malam itu.
"Aku tidak mau hamil," Moren memegang perutnya. Dirinya masih ingin bebas dan bersenang-senang, bekerja, tanpa dihalangi oleh seorang anak.
Moren masih berumur dua puluh tiga tahun. Masih sangat muda untuk memiliki seorang anak, apalagi anak dari luar pernikahan. Jangan sampai anaknya dibilang anak haram nantinya.
Anaknya harus terlahir dengan seorang Ayah. Itupun kalau dia benar-benar hamil. Dan dengan harapan besar Moren berharap ia tidak hamil.
Membesarkan seorang anak tidak pernah terbayangkan dalam benaknya. Walau dulu ia pernah bercita-cita memiliki keluarga harmonis dengan Davin, namun tidak dengan mempunyai anak dalam waktu lima tahun pernikahan mereka.
"Moren, kau di dalam?" Moren tersentak mendengar suara Adik satu-satunya. Jovano Chow, yang biasa dipanggil Jovan.
Jovan hanya berjarak dua tahun dengannya, umur Jovan dua puluh satu tahun. Tapi sudah mengelola perusahaan keluarga Chow dibidang otomotif.
"Aku di dalam, masuklah." Moren berbicara menggunakan remot yang telah disediakan dalam kamarnya agar orang di luar mendengar suaranya. Dari luar juga dilengkapi remot yang menghubungkan suara ke dalam kamar.
Jovan membuka pintu kamar Moren. Jovan tersenyum melihat Kakaknya yang terlihat baik-baik saja, ia sudah mendengar kabar tentang Davin pengkhianat itu.
"Kau tidak ke butik?" Jovan mengambil duduk di tepi ranjang Kakaknya. Memerhatikan Moren yang sedang malas-malasan. Biasanya Moren paling rajin bekerja daripada dirinya.
Moren menggeleng, "Aku sedang malas ke butik. Apakah Eomma dan Appa masih lama pulang?" Moren bertanya pada Jovan. Orangtuanya sedang pulang ke Korea dua hari yang lalu. Sebab Andrew Chow-Ayah-Moren sedang menyelesaikan masalah keluarga di Korea.
Jovan mengangkat bahunya. "Aku tidak tau," Jovan berbaring di sebelah Moren mengambil boneka pisang sebagai bantalnya.
"Kau masih sedih? Davin bukanlah jodohmu, coba kau mengetahui dia berselingkuh di saat kalian sudah menikah. Pasti akan lebih sakit," Jovan tersenyum manis pada Kakaknya. Memberikan sebuah semangat untuk Kakaknya segera melupakan Davin.
Moren tersenyum kecut. Ia sudah melupakan Davin, namun ia tidak bisa melupakan Dhafin dan Dhafa yang memberikan kesalahan satu malam. Sehingga membuatnya merasa jalang dan kotor.
"Aku sudah melupakannya," Moren menjawab enggan. Membicarakan Davin membuat mood-nya rusak, sebab Davin-lah puncak masalah sehingga ia pergi ke klub malam dan berakhir dengan dua pria sekaligus.
"Syukurklah, aku sangat khawatir kau akan bunuh diri." Jovan tertawa melihat wajah kesal Kakaknya. Jovan hanya bercanda, guna mencairkan suasana hati Kakaknya yang sepertinya kurang baik.
"Aku tidak sebodoh itu." Moren melempar sebuah boneka ruang berukuran sedang pada Jovan. Jovan langsung menangkap bonekanya dan memeluknya dengan erat.
Dalam kamar Moren terdapat sangat banyak aneka ragam boneka, sehingga tak jarang Jovan mengejek kalau kamar Moren adalah toko boneka.
"Aku sudah memberi pelajaran pada Davin dengan menghajarnya," ucap Jovan bangga. Membayangkan wajah Davin babak belur olehnya satu hari yang lalu, sesuatu kepuasan sendiri baginya.
"Baguslah, aku sangat menantikan kalau dia mati sekalian." balas Moren enteng.
Keluarga Chow diajarkan bela diri setiap orangnya. Dengan Andrew Chow sebagai pelatih, yang mengajarkan mereka berlatih bela diri. Andrew adalah mantan FBI terhebat di New York.
Andrew berhenti menjadi FBI ketika setahun setelah kejadian Ara, Dhafin dan Dhafa diculik. Andrew mengembangkan bisnis keluarganya dan memindahkan pusat perusahaan ke New York.
"Aku malas membunuh orang," ujar Jovan.
Jovan tidak pernah membunuh. Paling hanya membuat anak orang sekarat di rumah sakit.
"Kau tidak boleh membunuh, aku hanya berharap Davin cepat mati. Bukan kau membunuhnya," lanjut Moren. Moren tidak ingin Adiknya menjadi pembunuh.
"Aku tidak akan membunuh. Aku masih sangat waras memikirkan semua resikonya," Jovan mengacak rambut Kakaknya gemas.
Moren tersenyum manis pada Jovan. Jovan membuat Moren, mengalihkan sedikit pikirannya dari kejadian tiga hari yang lalu. Di mana Moren sangat bodoh mau saja melakukan ONS tanpa pikir panjang.
Dahulu.
"Kau akan mendapatkan pengganti lebih baik dari Davin,"
"Semoga saja,"
Moren berharap jalan hidupnya akan bahagia setelah ia melalui semuanya. Dan untuk keperawanannya ia akan mencoba ikhlas. Di negara ini tidak hanya dirinya yang sudah tidak perawan, masih banyak lagi wanita-wanita yang tidak perawan. Jadi, Moren akan berusaha ikhlas dan membangun semangat hidupnya kembali. Tanpa memikirkan sebuah keperawanannya yang hilang.
Untuk hamil? Dirinya meminta penuh harap pada Tuhan. Agar dirinya tidak hamil, sehingga ia bisa menjalani kehidupannya seperti semula dan mencari lelaki baik hati yang sangat mencintai dirinya.