Chapter 04

1134 Words
Aluna Morenlia Chow gadis 23 tahun ini, memasuki kamarnya dengan derai air mata. Kekasih hatinya Davin berani berselingkuh di belakangnya, bahkan Davin sudah menghamili perempuan itu.   Ia merasa terkhianati, dua bulan menjelang pertunangan ia harus menerima sebuah kenyataan pahit dengan melihat bagaiman panasnya percintaan Davin dan wanita itu di atas ranjang Davin.   Moren pada awalnya shock. Moren bukannya menangis malah ia tertawa sumbang melihat calon tunangannya bercinta dengan wanita lain menjelang pertunangan mereka dua bulan lagi.   Moren tambah shock. Dengan sebuah fakta yang sangat mengejutkan didengar olehnya, kalau perempuan itu telah hamil tiga bulan dan mereka akan segera menikah.   Hebat!!   Hebat sekali takdir mempermainkan dirinya. Bukan takdir saja! Tapi pria berengsek yang sudah menjalin asmara selama lima tahun dengannya, sudah lima tahun dan tau betul sifat baik dan buruk masing-masing. Masih saja tergoda oleh wanita lain.   Apakah karena Moren menganut ajaran tidak ada s*x sebelum menikah. Moren berbeda dengan Eomma-nya yang sudah melepaskan keperawanan saat pertama menjalin hubungan dengan Appa-nya. Moren keturunan China-Korea.   Moren membanting pintu kamarnya secara kasar dan menguncinya. Agar orang-orang di mansion tidak khawatir dengan dirinya yang menangis hanya karena seorang lelaki.   Moren mengambil foto, baju, dan barang-barang pemberian dari Davin. Dia akan membuangnya tidak akan menyimpannya lagi. Percuma menyimpan kalau lelaki itu saja sudah berkhianat.   Moren menangis memandang satu foto yang menjadi kenangan termanis untuknya. Saat Davin memberikan kejutan ulang tahun yang ke-20 padanya. Sebuah kejutan terindah baginya dengan Davin membawanya ke pulau Jeju dan menikmati suasana liburan menyenangkan juga makan malam romantis.   Di situ pula pertama kali Davin melamar dirinya dan memberikan cincin bermata berlian padanya. Moren menatap cincin pada jari manis dengan sebuah kepedihan. Ia melepas cincin pemberian Davin secara kasar dan membuangnya ke jendela kamarnya yang terbuka.   Percuma!!!   Percuma Moren selama ini setia, berharap, bermimpi, mencintai, menyayangi, dan segalanya hanya untuk Davin.   Tapi Davin? Lihatlah? Dengan mudahnya Davin berpaling dan menghamili wanita lain. Apalagi mereka akan nenikah.   Hebat sekali dirinya bisa tertipu berbulan-bulan oleh Davin. Ia sungguh bodoh, tidak mengetahui kelakuan buruk dari Davin selama ini.   Jangan-jangan selama ini saat Davin bilang ada acara keluarga, perjalanan bisnis, dan lainnya. Davin bersama dengan wanita-w************n itu.   Moren tertawa miris. Sungguh miris sekali hidupnya, sudah memuja-muja sang kekasih ternyata sang kekasih memuja wanita-wanita lain.   Moren memukul meja kerja yang terletak dalam kamarnya. Tidak peduli dengan tangannya yang terasa sakit dan memerah. Hatinya lebih sakit! Sakit yang tidak berdarah namun sangat menyiksa.   Beginikah rasanya sakit hati?   Moren tidak mau merasakan sakit hati. Ia ingin kembali pada lima tahun yang lalu, seandainya ia tidak menerima Davin, seandainya ia tidak mencintai Davin begitu dalam, semuanya hanya seandainya!! Tidak bisa diulang kembali.   Penyesalan datangnya terakhir.   Keluarganya pernah mengakatakan pad dirinya bahwa Davin bukan lelaki baik-baik. Tapi Moren dengan bodohnya membela Davin dan masih menjalin hubungan dengan Davin.   Sekarang terbukti semua ucapan keluarganya benar. Moren menyesal tidak mendengarkan ucapan dari keluarganya, seharusnya ia mendengarkan ucapan keluarganya dan memutuskan hubungan dengan Davin.   Penyesalan tiada guna. Moren merasakan penyesalan sekaligus sakit hati amat dalam. Ia tidak bisa membentuk hatinya lagi, agar utuh seperti semula.   Moren terduduk di atas lantai kamarnya. Dan menangis meraung, untung saja semua kamar di mansion ini kedap suara. Tidak ada yang mendengar suara tangisannya.   Moren memukul lantai dan menjambak rambutnya secara kasar. "Mengapa?! Mengapa?! Apa salahku?! Aku mencintainya Tuhan! Tapi dia tidak mencintaiku!" Moren memukul dadanya yang terasa sangat sesak.   Mengingat setiap memori kebersamaan dengan Davin. Pemuda yang berhasil merebut hatinya pertama kali dan membuat hidupnya lebih berwarna.   "Kau berikan luka atas semua kebaikanku selama ini," Moren tersenyum miris. Ia menghapus air matanya secara kasar dan memegang bingkai foto saat dirinya dan Davin berada di pulau Jeju.   "Kau jahat! Kau pengkhianat! Aku benci! Aku benci!!!" Moren menunjuk-nunjuk wajah Davin dalam bingkai tersebut.   Moren merasa bodoh mencintai pria salah selama ini. Ia memberikan separuh hatinya ada orang yang salah.   Benar pepatah orang-orang. Jangan mencoba mencintai kalau kamu belum siap sakit hati.   Moren mencintai tapi belum siap untuk sakit hati. Moren terlena akan indahnya hubungan cintanya bersama Davin tanpa memikirkan resiko sakit hati kemudian hari.   Bila kau sudah sakit hati, jangan salahkan semuanya akan kau sesali. Sesal pernah mencintai dia tapi dia tidak mencintaimu.   Sediakanlah sedikit ruang hati untuk menyimpan sebuah sakit hati. Dan jangan biarkan dirimu hancur melebur dalam sebuah penyesalan dan pahitnya cinta.   Moren memukul dadanya kembali. "Kenapa?! Dadaku terasa sesak dan sakit? Kau sukses Dav, memberikan luka amat dalam pada diriku sehingga aku tidak tau bagaimana tersenyum lagi?"   "Apakah aku harus menampilkan topeng pada orang-orang? Kau membunuh rasa ini. Kau membunuh aliran darahku dengan sebuah kenyataan menyakitkan," Moren menangis tergugu. Menyesali dan merasakan apa itu sakit hati karena cinta.   "Tuhan... aku selalu berdoa padamu, berikan aku kebahagiaan bersama dirinya. Tapi kau malah memberikan sebuah kenyataan menyakiykan, aku mati rasa Tuhan. Aku mati rasa. Aku tidak tau harus bagaimana?" Moren menatap langit yang tidak ada bintang sama sekali. Bulan kesepian tidak ditemani oleh bintang.   Sama sepertinya dirinya kesepian tiada yang menemaninya. Ia kesepian, hancur, kecewa, marah, menyesal,  semuanya melebur menjadi satu.   "Bulan... kau kesepian? Sama denganku, apakah bintang pergi? Atau dia tidak mau hadir? Kekasihku pergi dengan wanita lain," Moren tertawa miris.   "Apakah sakitnya cinta seperti ini? Bulan katakan padaku, apakah sakitnya cinta seperti ini? Aku hancur." Moren memukul lantai beberapa kali.   Moren tidak peduli dengan tangannya. Kenangan saat terakhir kali melihat Davin mengisi pikirannya. Bayangan kalau calon tunanganmu tidur dengan wanita lain. Sakit. Lebih sakit daripada ditusuk ribuan belati.   Lebih baik d**a ini ditusuk oleh belati daripada merasakan sakitnya cinta.   "Tuhan... apakah aku masih mampu tersenyum? Untuk tertawa dan tersenyum saja aku lupa. Dia sangat berpengaruh pada hidipku,"   "Dia pernah mengatakan... akan mencintai diriku sepenuh hatinya dan akan setia padaku, tapi apa? Dia berkhianat dan akan menikah dengan wanita lain." Moren  menangis kembali. Ntah sampai kapan dirinya menangis? Menangisi sebuah takdir lucu yang menghancurkan dirinya.   Lucu? Ya, lucu! Karena dengan bodohnya ia tertipu dan tak mendengarkan ucapan dari keluarganya. Seharusnya ia mendengarkan dan tidak menjalin hubungan dengan Davin.   Tapi dengan bodohnya Moren menulikan telinganya. Dan melanjutkan hubungannya dengan Davin, seorang pria yang mampu menghancurkan dirinya sekarang.   "Davin!!! Aku benci kamu!!!" Moren berteriak sembari melemparkan bingkai foto di tangannya ke dinding.   "Aku harus menenangkan pikiranku," Moren bangkit dari posisi baringnya. Menatap seluruh penjuru kamarnya dan mencari tas yang ia lempar ntah kemana tadi?   Dirinya harus pergi menenangkan dirinya. Tidak boleh seperti ini terus, dengan merenungkan penyesalan, sakit hati, kehancuran, dan juga segalanya.   Dirinya pasti bisa melupakan seorang Davin dalam hidupnya. Tekad Moren.   Moren pasti bisa melupakan Davin. Davin saja bisa melupakan janji-janjinya kenapa Moren tidak bisa melupakan lelaki tersebut?   Moren mengambil tas yang tergelat di samping ranjangnya. Ia memakainya dan membuka pintu kamarnya, Moren keluar dari kamarnya dan berlari menuju pintu utama mansion. Jangan sampai keluarganya melihat dirinya berantakan dan hancur seperti ini.   Moren merasa lega setelah memasuki mobilnya. Malam ini dirinya harus menenangkan pikirannya dan melupakan Davin. Moren menjalankan mobilnya perlahan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD